Reog Disajikan dalam Bentuk Sendratari

76 perubahan tersebut dapat dilihat pada ciri-ciri dari kesenian reog sebagai identitas mereka yang ditampilkan pada grup Sri Karya Manunggal sebagai berikut:

3.2.1 Reog Disajikan dalam Bentuk Sendratari

Dalam suatu pentas yang lengkap kesenian reog yang ada di Jawa Timur disajikan dalam bentuk sendratari empat babak. Sendratari ini menggambarkan perjalanan prajurit berkuda dari Ponorogo menuju kerajaan Kediri ketika mempersunting putra putri raja Kediri tersebut. Gelombang perjalanan prajurit- prajurit ini dipimpin oleh senopati Bujangganong. Dalam perjalanan pulang mereka dihadang oleh Singobarong dengan tentaranya. Akhirnya terjadi peperangan, yang berkesudahan dengan kemenangan prajurit Ponorogo Hartono, 1980. Tema cerita yang dibawakan pada grup Sri Karya Manunggal ini sudah tidak seperti yang ada di Jawa yang membawakan tema tentang cerita kerajaan dan pertarungan prajurit. Dalam adegan yang dipertunjukan dari grup tersebut, Bujangganong hanya berperang dengan barongan saja tidak ada tentera atau warok dan prajurit berkuda didalamnya. Prajurit berkuda tampil hanya pada waktu tarian terakhir yang diperankan oleh penari jathil laki-laki. Mereka tidak ikut serta dalam pertunjukan reog yang sedang berlangsung sehingga sudah berbeda dengan yang ada di Jawa Timur. Grup ini tidak mempresentasikan cerita tertentu dalam pertunjukan seni reog tersebut. Namun yang mereka ketahui bahwa sejarah dari seni reog yang mereka kembangkan tersebut merupakan warisan dari leluhur mereka yang dulunya digunakan sebagai media dakwah untuk menyiarkan agama islam. Dan Universitas Sumatera Utara 77 dalam kesenian reog tersebut terkandung makna tentang penyebaran agama Islam tersebut, hal ini ditandai pada dhadhak merak ditambah satu tetengger Jawa dengan seuntai merjan di ujung paruh burung merak yang melambangkan arti sebuah tasbih. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ebdi Irwanto Berikut ini: ― kalo cerita reog ini ya kami cuma neruskan aja sejarah dari leluhur kami. Kalo yang kami tau ini dulunya untuk menyiarkan agama Islam. Tujuannya kan baik sebagai dakwah. Tapi yang tau sejarah itu sekarang cumak orang-orang yang ngertilah sama reog ini. Kalo orang lain mungkin cuma hiburan aja sama mereka. Lambang-lambangnya kana ada maknyanya itu. dhadhak meraknya itu punya makna melambangkan tasbih. ‖ 3.2.2 Reog Juga Berfungsi Sebagai Sarana Ritual Ruwatan dan Hiburan Kesenian reog di Bangko Lestari yang merupakan kesenian yang di setiappertunjukannya tidak hanya untuk ritual sebagai pengusir mahluk halus tetapi juga digunakan sebagai hiburan yang dipentaskan pada saat mengayunkan memberi nama pada bayi, upacara perkawinan, dan perayaan ulang tahun yang lebih sering diadakan di desa Bangko Lestari. Masyarakat yang ada di desa Bangko Lestari masih mempercayai bahwa kesenian reog ini juga akan memberikan keselamatan bagi mereka yang ―menanggapnya.‖ Ruwat atau ngeruwat merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan pertanian, upaya tolak bala dan sebagai media penghormatan pada leluhur yang telah berjasa memberikan keselamatan hidup. Ruwatandesa adalah salah satu upacara adat masyarakat agraris yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat di desa Bangko Lestari. Ruwatan berasal dari kata rawat atau merawa artinya mengumpulkan atau merawat yaitu mengumpulkan seluruh masyarakat kampung yang tujuannya sebagai tolak bala serta ungkapan penghormatan terhadap nenek moyang mereka yang telah berjasa. Dalam hal ini, kesenian reog Universitas Sumatera Utara 78 juga dapat berfungsi sebagai ritual ngeruwat desa atau yang dikenal dengan sebutan bersih desa. Masyarakat percaya bahwa ritual pertunjukan reog ini dapat memberi ketentraman hidup, jauh dari mara bahaya dan segala gangguan penyakit yang kemungkinan dapat terjadi.

3.2.3 Pendukung Pertunjukan Seni