Golongan Islam Tiga Varian Kebudayaan Jawa .1 Golongan Islam

67 keagamaan kalangan santri tidak hanya terdiri atas pelaksanaan ritual dasar Islam secara cermat dan teratur sembahyang, puasa, haji, tetapi juga mencakup seluruh organisasi sosial, kedermawanan serta politik islam. Tradisi ini adalah subvarian kedua dari sistem keagamaan orang Jawa pada umumnya.

2.9.1.3 Golongan Islam

Priyai Istilah priyai mengacu kepada orang-orang dari kelas sosial tertentu, yang menurut hukum merupakan kaum elite tradisional: ia mengacu kepada orang- orang yang menurut hukum dianggap berbeda dari rakyat biasa yang disebut wong widah, wong cilik , atau bagi kaum mayoritas, wong tani . Elite pegawai kerah putih ini, yang ujung akarnya terletak pada keraton Hindu-Jawa sebelum masa kolonial, memelihara serta mengembangkan etiket keraton yang sangat halus, sebuah seni tari, sandiwara, musik dan puisi, yang sangat kompleks dan mitisme Hindu-Buddha. Mereka tidak menekankan elemen animistis dan sinkretisme Jawa yang serba melingkupi seperti kaum abangan, tetapi tidak pula menekankan elemen Islam sebagaimana kaum santri, melainkan menitikberatkan pada elemen Hinduisme. Tiga titik utama kehidupan priyai adalah etiket, seni dan praktik mistik. Di Desa Bangko Lestari masyarakat jawa tidak lagi mempertajam tiga kategori masyarakat seperti yang ada di Jawa. Mereka merasa satu tingkat saja sama-sama orang Jawa, dan sekaligus beradaptasi dengan lingkungan di Riau. Di antara mereka pun tidak ada yang menggunakan derajat-derajat sosial kebangsawanan seperti Raden, Raden Ajeng, Raden Ngabehi, Raden Roro, dan lain-lainnya. Mereka sebagaian besar memberikan nama-nama kepada anaknya Universitas Sumatera Utara 68 dengan nama-nama khas Jawa, seperti: Ponisan, Marijan, Supomo, Tukiyem, Pairah, Ponisah, dan sejenisnya. Namun sebagian kecil yang memiliki wawasan dan identitas keagamaan Islam yang kuat, umumnya memberikan nama kepada anak-anaknya dengan nama-nama yang Islamik, seperti Muhammad Ali, Ahmad Salim, Siti Khiriyah, Musaddad, Ali Usman, dan lain-lainnya. Menurut penenelitian penulis di lapangan, para pemusik gamelan, penari Hanoman, penari Dhadak Merak, di dalam komunitas reog ini, sebagaian besar menggunakan nama-nama khas Jawa, yang masih melekat unsur kelompok abangan yang dibawa dari Tanah Jawa.

2.10 Sistem Kekerabatan