Pengertian Strategi Priming Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor Internal-Eksternal

bicara yang rasional dan argumentatif, pilihan bahasa, fakta, dan penyampaian akan berbeda kalau menghadapi teman atau lawan bicara yang emosional dan konfrontatif. Dalam praktik komunikasi melalui media massa tepatnya dalam industri media, faktor eksternal itu berupa pemilik modal, sponsor, dan tuntutan pasar. Seorang wartawan sebuah media massa surat kabar, majalah, radio, tv misalnya tidak akan memilih bahasa, fakta, dan cara pemublikasian yang memojokkan si pemilik media tersebut. Ia juga tidak akan sembarang menyerang pihak yang mensponsori dan pemasang iklan di media tersebut. Setali tiga uang, ia tidak akan menjelek-jelekkan konsumen media tersebut karena khalayak juga menjadi elemen penting dalam industri media. Berkembang atau matinya sebuah media bergantung pada besar kecilnya sponsor, pengiklan, dan konsumen; disamping kuat lemahnya modal dari pemilik atau investor. 46 46 Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 73-76.

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Mujahidin Nur

1. Riwayat Hidup

Mujahidin Nur atau lebih dikenal dengan Iding adalah seorang penulis buku inspiratif yang berbakat. Ia lahir di Indramayu, 11 November 1978. Beliau adalah anak ke-11 dari 12 bersaudara pasangan Alm. H. Nuryadi dan Almh. Subaechah. Sang ayah pergi saat Iding duduk di bangku Sekolah Dasar SD menginjak MTsN. Sejak kepergiannya, ia pun selalu menuruti apa yang diinginkan oleh ibunya walaupun harus bertentangan dengan keinginannya. Ketika Iding menginjakkan kaki di MTsN yang berjarak cukup jauh dari rumahnya, ia berkeinginan untuk mempunyai sepeda seperti teman-teman sebayanya. Namun, Iding hanya bisa menumpang dengan teman-temannya atau menaiki kendaraan umum dikarenakan sang ibu tidak memiliki cukup uang untuk membelikannya sepeda. Iding pun berinisiatif agar ia mempunyai uang untuk membeli sepeda, sampai akhirnya beliau bekerja menjadi kuli kasar, buruh tani, mencabuti rumput di sawah, mengalirkan air ke kebun dan lahan-lahan pertanian. Iding termasuk orang yang beruntung. Walaupun ia tidak memiliki ayah, beliau masih bisa melanjutkan sekolahnya hingga menjadi seorang sarjana luar negeri. Sejak kuliah, Iding bertekat untuk membiayai diri sendiri dari hasil keringatnya. Ia pun berdagang tempe, tiket, sampai akhirnya beliau mendapat beasiswa dari Islamic Brotherhood.