Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang

mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi. Saat Syarifuddin berumur empat bulan, ia mengucapkan kalimat yang berasal dari al- Qur’an. Kalimat itu terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 54, yaitu:                   Mulut mungilnya melafalkan ayat al- Qur’an yang bermaksud mengajak orang yang mendengarnya, khususnya orang tua Syarifuddin untuk bertaubat kepada Allah. Awalnya, Domisia dan Francis merasa bingung akan kondisi Syarifuddin. Tetangga bahkan pastur pun mengira ia kerasukan setan dan tidak ada yang dapat mengerti apa yang diucapkan Syarifuddin. Apa yang dialami oleh anak Domisia dan Francis rupanya menjadi bahan pembicaraan di area sekitar rumah mereka. Sampai-sampai berita tersebut terdengar oleh Abou Ayub yang merupakan seorang muslim yang tinggal di wilayah tersebut. Ayub pun penasaran dan mencoba ingin membantu keluarga Syarifuddin. Setelah Ayub mendengar sendiri apa yang dikatakan Syarifuddin, ia pun terdiam seribu bahasa, bacaan Syarifuddin begitu fasih dan tartil, Ayub pun menjatuhkan dirinya untuk bersujud mensyukuri keagungan Allah SWT. Beberapa saat lamanya, Ayub mengatakan kepada Domisia dan Francis bahwa sebenarnya Syarifuddin tidak kerasukan setan, ia hanya mengajak kalian untuk bertaubat. Mereka pun kaget dan bingung apa yang harus mereka lakukan. Setelah keduanya memikirkan matang-matang, mereka pun mendapat hidayah dari Allah. Domisia dan Francis mendatangi Ayub dan mengatakan bahwa mereka ingin memeluk agama Islam. Ayub pun merasa terharu yang meledak-ledak di dalam rongga dadanya. Ia memandang Francis dengan binar-binar kebahagiaan. Ayub mengajak mereka menuju masjid terdekat. Sesudah jama’ah dzuhur selesai, Imam Masjid, Ustadz Nur Ismaeel, menceritakan keinginan Domisia dan Francis untuk masuk Islam. Beliau pun memberikan tausiyah berkaitan dengan keutamaan orang-orang yang masuk Islam, serta keharusan umat Islam untuk membantu dan menjaga keimanannya lahir-batin. Setelah itu digelarlah prosesi pembacaan syahadat untuk keduanya. Syarifuddin Khalifah, sebuah nama indah yang akan senantiasa domisia dan francis kenang, bukan hanya ketika mereka menjalani kehidupan di dunia ini, namun juga sampai akhirat nanti. Begitulah kuasa Allah pada hamba-hamba-Nya. Dia Maha berkehendak dan Maha menjadikan segala kehendaknya. Apa yang terjadi dengan Syarifuddin Khalifah sungguh sangatlah berbeda, sebagian orang meyakini bahwa ilmu yang dimiliki oleh Syarifuddin adalah ilmu laduni. Hampir di setiap Syekh Syarifuddin berceramah, puluhan bahkan terkadang ratusan orang masuk Islam saat itu juga. Betapa sayangnya Allah dengan anak ini, sehingga kehidupannya mampu memberikan ribuan hidayah bagi orang lain di sekitarnya. Kemampuannya yang susah dicerna oleh akal inilah membuat Syekh Syarifuddin dihujani pertanyaan oleh orang-orang Kristen yang meyakini bahwa dia adalah Yesus. Syarifuddin dapat menghafal al- Qur’an, Injil, dan Hadits-hadits Rasulullah yang membuat ceramahnya sangat kuat sekali memengaruhi audiensnya. Ia pun sering dihujani pertanyaan seperti, Are you Jesus? No, I’m not Jesus, I’m created by God. The same God who created Jesus Hidayah adalah sesuatu yang nilainya melebihi segala yang ada di langit dan di bumi Allah SWT. Hidayah yang keindahannya mampu mewarnai kehidupan manusia di seluruh aspek kehidupannya. Beruntunglah bagi orang- orang yang mendapat hidayah dari Allah. Bersyukur dan jagalah hidayah tersebut, karena hidayah adalah harta termahal dalam kehidupan manusia. 52 52 Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, hlm. 23-114.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Strategi Signing, Framing, dan Priming Mujahidin Nur dalam Menyusun

Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah Strategi komunikasi memang diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi signing, framing, dan priming merupakan strategi yang saling terkait. Karena tanda bahasa yang dipergunakan dipengaruhi oleh fakta yang akan diungkapkan, serta tempat pemublikasian dihadapan khalayak. Begitu pula dengan hal yang sebaliknya, fakta yang akan diungkap serta tempat pemuatan akan menentukan tanda bahasa yang dipergunakan. Lihat tabel di belakang. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa strategi signing pesan verbal kata-kata yang digunakan Mujahidin mengandung makna positif mengajak kebaikan. Rangkaian kata-katanya menjadi kalimat informatif dan sugestif untuk perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan cara pandang yang hanya berpegang teguh pada rasionalitas semata. Karena tidak semua kejadian yang terjadi di dunia ini harus dipahami oleh rasionalitas manusia. Ada kekuasaan Allah yang tidak bisa dijangkau oleh logika manusia. Ia menggunakan ayat-ayat al- Qur’an untuk menguatkan narasinya dan memilih bahasa yang populer populis di semua kalangan agar apa yang disampaikannya dapat dipahami dengan baik dan benar. Dalam menyusun kisah ini, Mujahidin dapat dikatakan berhasil membawa imajinasi pembaca mengenai keadaan di Tanzania beserta keajaibannya. Walaupun penulis masih kekurangan data, tetapi ia mampu menggambarkannya dengan baik. Dari kelebihan-kelebihan yang peneliti temukan dalam buku ini, ada sedikit bahasan yang belum peneliti pahami mengenai arti dari ayat al- Qur’an surat al-Baqarah: 54.                             Artinya: Dan ingatlah, ketika Musa berkata kepada kaumnya: Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu sembahanmu, Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu 53 . hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Sebagian dari ayat tersebut adalah ayat pertama yang dibacakan oleh Syarifuddin ketika berumur 4 bulan. Yang masih jadi pertanyaan adalah arti yang penulis tuliskan tidak lengap karena ada yang terpotong. Mungkin itu adalah cara agar pembaca mudah memahami maksud ayat tersebut, tetapi bila arti dari ayat al- Qur’an dipotong seperti itu apakah mananya tidak berbeda. Ayat al-Qur’an memang tidak diartikan secara sempit tetapi dalam mengartian ayat tersebut ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan. Untuk strategi framing, salah satu aspek dalam framing adalah memilih fakta atau realitas. Model realitas media terbagi menjadi dua. Salah satunya adalah model refleksi realitas. Model tersebut adalah model yang merefleksikan 53 Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat. suatu kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat. Seperti buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. Buku tersebut merupakan kisah nyata yang terjadi di Arusha Tanzania, Afrika Timur. Mujahidin memilih fakta yang positif baik dan memberi inspirasi kepada pembaca. Ia mengungkapkan fakta-fakta yang dapat dikatakan sangat menakjubkan, hingga pembaca pun merasa tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam. Berdasarkan fakta-fakta yang diungkap beliau, peneliti mengartikan bahwa ada tujuan dalam penulisan kisah ini, yaitu untuk menggerakkan hati masyarakat akan kebenaran agama Islam. Untuk strategi priming, Mujahidin meletakan wacana utama di depan halaman, tempat yang mudah dilihat oleh pembaca. Itu merupakan cara agar pembaca tidak jenuh dan bosan. Ahmad Syafawi juga membenarkan; “Itu namanya take line bab, kesimpulan dari babnya. Kalimat yang menariklah yang diambil. Kalau baca buku semuanya text kan bosan, ini salah satu cara agar pembaca tidak bosan. Cara ini juga untuk membuat buku lebih menarik”. 54

B. Menghadapi Faktor Innocently, Internality, dan Externality

Faktor innocently, internality, dan externality merupakan faktor yang memengaruhi seseorang dalam membuat strategi signing, framing, dan priming. Sebelum konstruktor mengatur ketiga strategi tersebut, ia mempertimbangkan dahulu faktor innocently, internality, dan externality guna menciptakan efek tertentu ditengah khalayaknya. Faktor innocently adalah faktor human error atau kekurangmampuan manusia untuk mengendalikan realitas sepenuhnya. Manusia itu memiliki 54 Wawancara Pribadi, pada 14 Mei 2013 dengan Ahmad Syafawi, Pemimpin Redaksi PT Ufuk Publishing House Lini Keagamaan