Pengertian Gender Pandangan Umum tentang Gender

Dalam hal kedudukan janda pada masyarakat Karo, setelah kematian suaminya adalah tetap merupakan bagian dari kerabat suami. Dengan demikian si janda tetap berhak menikmati barang-barang peninggalan suaminya sehingga ia terjamin kehidupannya dan tidak terlantar. Teridah Bangun menyatakan bahwa kebiasaan dalam masyarakat karo, seorang janda yang di tinggal mati suaminya dapat memilih tiga kemungkinan, yaitu : a Kawin lagi dengan saudarakerabat suaminya lakoman b Tetap tinggal menjanda dalam lingkungan keluarga suami c Kawin lagi dengan lelaki lain, dalam hal ini ia harus mengembalikan uang jujur yang diterima oleh keluarganya pada saat ia kawin dahulu. Karena sistem kekeluargaan patrilineal dan sistem perkawinan dengan membayar uang jujur inilah yang pada akhirnya menyebabkan di dalam hukum adat masyarakat karo hanya anak laki-laki meneruskan keturunan dan menjadi ahli waris dari harta peninggalan orang tuanya.

2.2. Pandangan Umum tentang Gender

2.2.1. Pengertian Gender

Universitas Sumatera Utara Pada saat ini kata gender telah memasuki perbendaharaan disetiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial. Demikian juga di Indonesia, hampir semua uraian tentang program pengembangan masyarakat maupun pembangunan di kalangan organisasi pemerintah, non pemerintah diperbincangkan masalah gender. Apa sesungguhnya gender itu? Dari pengamatan, masih terjadi ketidak jelasan, kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya dengan usaha emansipasi kaum perempuan. Gender difahami dengan cukup bervariasi. Dikatakan demikian, karena dalam realitas sosial memang kata gender ini banyak yang lari dari konsep semula. Misalnya saja, ketika orang menyebutkan gender, maka konotasi yang muncul adalah perempuan. Ada juga yang mengartikannya dengan jenis kelamin, sebagaimana yang dimaknai dalam kamus Bahasa Inggris Sebenarnya, gender bukanlah perempuan, bukan pula jenis kelamin. Tetapi yang dimaksudkan dengan gender adalah sebuah konstruksi sosial budaya yang dibangun oleh masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Gender dapat berubah dalam kurun waktu dan tempat. Gender bukan kodrat yang berlangsung sejak lahir. Kontruksi sosial budaya yang dibangun laki-laki dan perempuan secara tidak adil, di mana posisi perempuan selalu dilemahkan dengan berbagai macam aturan dan alasan. Di sinilah ketidakadilan itu muncul. Sehingga sejak berabad-abad yang lalu, nasib kaum perempuan masih saja tertindas. Hal ini dapat dilihat dari fakta sejarah pada zaman revolusi hijau, dimana pada saat itu banyak kaum perempuan terpinggirkan Universitas Sumatera Utara dari perannya sebagai pekerja di bidang pertanian, pelebelan negative stereotipe terhadap jenis kelamin tertentu yang pada umumnya dilekatkan kepada perempuan, misalnya adanya keyakinan masyarakat bahwa laki-laki adalah pencari nafkah bread winer Fakih, 1999:73-74 Begitu pandangan banyak para pakar gender. Gender kini disosialisasikan memang karena ada persoalan yang menghantam kaum perempuan. Barangkali itulah sebabnya kalau berbicara soal gender akan sangat terkait dengan masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan. Kosakata gender pertama kali disinggung oleh Ann Oakly 1972 untuk membedakan seks jenis kelamin secara biologis dan realitas konstruksi sosial budaya atau seks laki-laki dan perempuan. Menurut Oakley 1972 dalam “Sex, Gender and Society” merumuskan gender adalah “pembedaan jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan, juga merupakan tingkah laku behavioral differences antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat socially constructed melalui proses sosial dan budaya yang panjang Fakih,1999:71. Menurut Julia Cleves Mosse, Gender adalah: Seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di teater menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminim dan maskulin. Perangkat khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles “peran gender” kita.Mosse, 1996:3 Selanjutnya Caplan 1987 dalam The Construction of Universitas Sumatera Utara Sexualitas, menegaskan bahwa “perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan tidaklah sekedar biologis namun melalui proses sosial dan kultural” Fakih, 1999:72 Gender adalah pembagian peran, kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki- laki yang dianggap pantas menurut norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat, misalnya tugas utama laki-laki mengelola kebun, tugas perempuan hanya membantu Djohani, 1996:7. Menurut Inpres Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender, gender adalah konsep yang mengacu pada peran- peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat Kelompok Kerja Convention Watch UI, 2003:72. Perubahan ini dapat ditandai dengan banyaknya wanita pada saat ini yang bekerja di luar sektor domestik atau bahkan sebagai pencari nafkah utama pada keluarga. Dari defenisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Gender dalam arti ini mendefenisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis tidak bersifat kodrat sedangkan jenis kelamin sex adalah perbedaan yang Universitas Sumatera Utara bersifat biologis atau kodrat. Maka untuk memahami konsep gender, harus dibedakan kata gender dengan kata seks jenis kelamin. Konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan lemah lembut, cantik, emosional, keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Misalnya pula, zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan di tempat berbeda laki-laki lebih lemah dari perempuan. Ciri-ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa Perubahan ciri dan sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain Fakih, 1999:8-9. Dengan perkataan lain, gender adalah hasil sosialisasi dan enkulturasi seseorang yang terdiri dari sifat, sikap dan perilaku seorang yang ia pelajari Saparinah, 2000:4. Hal yang tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan hanyalah kodrat biologis. Perempuan di negara dan suku manapun mempunyai alat reproduksi yaitu seperti rahim, mempunyai vagina, mengalami menstruasi, dapat hamil, melahirkan serta menyusui. Sedangkan laki-laki kodrat biologisnya adalah memiliki penis, jakala, dan memproduksi sperma yang dapat membuahi sel telur perempuan. Fakta biologis inilah yang dimaksud sebagai “kodrati” atau suatu konstruks Universitas Sumatera Utara bangunan yang tidak dapat dipertukarkan satu sama lain antara laki-laki dan perempuan.

2.2.2 Prinsip Kesetaraan Gender dan Ketimpangannya di Indonesia