perempuan dan anak laki-laki dari seorang peninggal warisan, bersama-sama berhak atas warisan, dalam arti, bahwa anak laki-laki sama dengan anak
perempuan”. c. “Menimbang, bahwa berhubung dengan sikap yang tetap dari Mahkamah
Agung ini, maka juga di Tanah Karo, seorang anak perempuan harus dianggap ahli waris yang berhak menerima bagian warisan dari orangtuanya”.
2. Konsepsional
Konsepsi adalah : Salah satu bagian terpenting dari teori konsepsi yang diterjemahkan sebagai
usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. Pentingnya defenisi operasional
adalah “untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua du bius dari suatu istilah yang dipakai dan dapat ditemukan suatu
kebenaran”.
18
Pengertian hukum waris sampai saat ini baik dalam kepustakaan ilmu hukum Indonesia dan pendapat para ahli hukum Indonesia menggunakan istilah untuk hukum
waris masih berbeda-beda. Seperti Wirjono Prodjodikoro, menggunakan istilah “hukum warisan”.
19
Hazairin, mempergunakan istilah “hukum kewarisan”
20
dan Soepomo menyebutkannya dengan istilah “hukum waris”.
21
Dari istilah yang dikemukakan ketiga para ahli hukum Indonesia, baik tentang penyebutan istilah maupun berkenaan dengan pengertian hukum waris itu sendiri,
18
Rusdi Malik, Penemu Agama Dalam Hukum di Indonesia, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, hal. 15.
19
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Bandung, hal. 8.
20
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al Qur,an, Tintamas, Jakarta, hal. 1
21
Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Penerbit Universitas, Jakarta, 1996, hal. 72.
Tiorista: Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir, 2008. USU e-Repository © 2008
maka dalam penulisan ini lebih cenderung mengikuti istilah dan pengertian dari hukum waris sebagaimana yang digunakan oleh Soepomo.
Beberapa pengertian hukum waris sebagai berikut: Soepomo menerangkan bahwa “hukum waris memuat peraturan-peraturan
yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda immateriele goederen dari suatu
angkatan manusia generatie kepada turunannya”. Menurut Pitlo bahwa hukum waris adalah kumpulan peraturan, yang
mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat
dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka maupun dalam hubungan mereka
dengan pihak ketiga.
22
Sedangkan menurut J. Satrio bahwa: Hukum waris menurut para sarjana pada pokoknya adalah peratutan yang
mengatur perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-
akibat hukum dari kematian seseorang terhadap harta kekayaannya yang berwujud; perpindahan dari kekayaan dari si pewaris dan akibat hukum
perpindahan tersebut bagi para ahli waris, baik dalam hubungan antara sesama ahli waris maupun antara mereka dengan pihak ketiga.
23
Lebih jauh lagi, B. Ter Haar Bzn memberikan rumusan hukum waris sebagaimana yang dialihbahasakan oleh K.Ng. Soebekti Poesponoto, sebagai berikut
“hukum waris adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad-
22
A. Pitlo, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1990, hal. 1.
23
J. Satrio, Hukum Waris, Alumni, Bandung, 1992, hal. 8.
Tiorista: Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir, 2008. USU e-Repository © 2008
ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke generasi.
24
Dari uraian di atas masalah pewarisan terjadi karena: 1 adanya orang yang meninggal,
2 adanya harta yang ditinggalkan, 3 adanya ahli waris.
Istilah “hukum waris” mengandung pengertian yang meliputi kaedah-kaedah dan asas-asas yang mengatur proses beralihnya harta benda dan hak-hak serta
kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia. Dalam rangka memahami kaedah-kaedah serta seluk beluk hukum waris perlu diuraikan beberapa istilah yang
berkaitan dengan hukum waris, antara lain: a. Waris, istilah ini berarti orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang
yang telah meninggal. b. Warisan, berarti sesuatu yang diwariskan, seperti harta, nama baik, harta
pusaka. c. Pewaris, berarti orang yang mewariskan.
d. Ahli waris, berarti orang yang berhak menerima warisan harta pusaka. e. Mewarisi, berarti memperoleh warisan.
f. Proses pewarisan, berarti cara atau perbuatan mewarisi atau mewariskan.
25
Berdasarkan hukum adat harta yang diperoleh selama perkawinan dengan sendirinya akan menjadi harta bersama diantara suami isteri meskipun masih terdapat
variasi, misalnya di dalam masyarakat yang patrilineal harta kekayaan yang berasal dari kerabat isteri dalam kawin ambil anak tidak dibenarkan hukum untuk dijadikan
24
K. Ng. Soebakti Poesponoto, Azas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1960, hal. 197.
25
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op.Cit, hal. 1269.
Tiorista: Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir, 2008. USU e-Repository © 2008
sebagai lembaga kekayaan bersama. Misalnya kebiasaan di daerah Jawa, seorang laki-laki yang miskin kawin dengan seorang wanita yang kaya, maka dalam hal ini
juga tidak terwujud lembaga kekayaan bersama. Sebab kekayaan yang timbul dalam perkawinan itu dianggap sebagai hasil dari modal kekayaan isteri.
Setiap perkawinan tidak terlepas dari adanya harta benda baik yang ada sebelum perkawinan maupun yang ada setelah perkawinan. Harta benda tersebut juga
diatur dalam Pasal 35 UUP sampai dengan Pasal 37 UUP. Ada 2 dua macam harta benda dalam perkawinan menurut UUP, yaitu:
1 Harta bersama, yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Asal darimana harta ini diperoleh tidak dipersoalkan. Apakah harta itu didapat dari
isteri atau suami, semuanya merupakan harta milik bersama suami-isteri. 2 Harta bawaan, yaitu harta yang dibawa oleh masing-masing suami isteri
kedalam perkawinannya, harta benda yang diperoleh masing-masing baik sebagai hadiah atau warisan.
Berdasarkan definisi ayat 1 Pasal 35 UUP yang disebut harta bersama ialah harta yang diperoleh selama perkawinan antara suami isteri. Asas harta bersama ini
pokok utamanya ialah segala milik yang diperoleh selama perkawinan adalah harta pencaharian bersama dan dengan sendirinya menjadi lembaga harta bersama yang
biasa disebut harta syarikat. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus
didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditemukan, yaitu :
Tiorista: Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir, 2008. USU e-Repository © 2008
a. Menurut Undang-Undang Perkawinan, ada 2 dua macam harta benda dalam perkawinan, yaitu :
1 Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Asal darimana harta ini diperoleh tidak dipersoalkan. Apakah harta itu
didapat dari isteri atau suami, semuanya merupakan harta milik bersama suami-isteri.
2 Harta bawaan adalah harta yang dibawa oleh masing-masing suami isteri kedalam perkawinannya, harta benda yang diperoleh masing-masing baik
sebagai hadiah atau warisan. b. Ahli waris dalam hukum waris adat dalam masyarakat Batak Toba adalah
anak laki-laki, sedangkan anak perempuan tidak berhak mewaris. c. Menurut UUP Pasal 65 ayat 1 huruf b menentukan bahwa isteri yang
kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau berikutnya.
d. Kedudukan anak tersebut dalam Pasal 42 dan Pasal 43 UUP selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
e. Menurut UUP, yang dikatakan anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah Pasal 42, anak yang
dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya Pasal 43.
f. Harta warisan dalam hukum waris adat dalam masyarakat Batak Toba adalah harta bersama yang diperoleh selama perkawinan. Pasal 35 UUP.
Tiorista: Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir, 2008. USU e-Repository © 2008
g. Pewaris dalam hukum waris adat dalam masyarakat Batak Toba adalah seseorang yang telah meninggal dunia.
G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka “penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya”.
26
Untuk tercapainya penelitian ini, sangat ditentukan dengan metode yang dipergunakan dalam memberikan gambaran dan jawaban atas masalah
yang dibahas. Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif
27
, deskriptif berarti menggambarkan serta menjelaskan struktur kekerabatan masyarakat
Batak Toba dalam kaitannya dengan kedudukan anak perempuan, kedudukan anak perempuan dalam hukum waris pada masyarakat Batak Toba serta pergeseran sistem
pembagian harta warisan dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris,
28
dilakukan guna mendapatkan jawaban tentang struktur kekerabatan masyarakat Batak Toba,
kedudukan anak perempuan dalam hukum waris, dan pergeseran sistem pembagian
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984, hal. 43.
27
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum; Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 36 : Penelitian Deskripsi pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu..
28
Ronny Hamitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 14.
Tiorista: Hak Mewaris Anak Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba Studi Di Kecamatan Pangururan - Kabupaten Samosir, 2008. USU e-Repository © 2008
harta warisan dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
2. Lokasi Penelitian