Kondisi Makro Ekonomi Indonesia

sumber tenaga kerja sekaligus pasar. Namun jumlah tenaga kerja yang besar tersebut tidak diikuti dengan tingkat pendidikan yang memadai, dalam konteks pembangunan yang rendah, membimbing masyarakat dari kemampuan berfikir. Keadaan ini berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam bekerja atau berproduksi guna memenuhi hidupnya dalam keluarganya. Bila sifat kegiatan produksinya subsistence, maka balas jasa yang diperoleh oleh sebagian besar tenaga kerja Indonesia tidak begitu besar, sehingga kemamuannya dalam berkonsumsi pun sangat terbatas.

4.2 Kondisi Makro Ekonomi Indonesia

Perjalanan perekonomian di Indonesia banyak mengalami gejolak dan fluktuasi akibat permasalahan yang kompleks. Krisis multidimensional di Indonesia yang bermula dari kemerosotan nilai tukar rupiah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Hampir dua tahun lebih krisis ekonomi dan moneter menimpa perekonomian Indonesia. Pada tahun 1997 dan 1998 merupakan tahun yang terberat dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Diawali oleh krisis nilai tukar, kinerja perekonomian Indonesia mengalami penurunan tajam dan berubah menjadi krisis yang berkepanjangan di berbagai bidang. Pertumbuhan ekonomi merosot menjadi 4.7 pada tahun 1997 yang semula 7.98 pada tahun sebelumnya. Pada masa krisis seperti ini juga berdampak kepada harga-harga barang dan jasa. Tingkat inflasi pada tahun 1997 dan 1998 meningkat drastis mencapai dua digit yang tadinya tahun sebelumnya hanya 6.49 berubah menjadi 11.05 pada tahun 1997 dan kemudian naik menjadi tujuh kali lipat pada tahun 1998 menjadi 77.65. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk melakukan pengendalian terhadap kondisi pada saat krisis tahun 1998 membuahkan hasil dimana inflasi dapat Universitas Sumatera Utara ditekan hingga mencapai 2,01 walaupun disatu sisi pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,8. Sayangnya di satu sisi tahun-tahun berikutnya masih kurang stabil. Bahkan secara umum, selama tahun 2001, kinerja perekonomian Indonesia menunjukan pertumbuhan yang melambat. Hal ini tidak terlepas dari kondisi internal dimana masih tingginya resiko dan ketidakpastian yang berkelanjutan berbagai permasalahan dalam negeri yang terkait dengan restrukturisasi utang. Hal ini mengakibatkan menurunnya kepercayaan dunia usaha untuk melakukan kegiatan produksi da investasi, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang turun menjadi 3,8 dari 4,9 pada tahun 2000. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun-tahun berikutnya dapat dikatakan cukup stabil hingga tahun 2005. Walaupun pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6 lebih tinggi dari tahun 2004 yaitu sebesar 5,1, tetapi di satu sisi tingkat inflasi mencapai tingkat tertingginya sejak krisis ekonomi sejak tahun 1998 yaitu sebesar 17,11 dan terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang cukup tajam. Hal ini terkait dengan kenaikan harga BBM yang dikeluarkan pemerintah pada oktober 2005. Setelah terjadi tekanan yang cukup tinggi pada perekonomian Indonesia pada tahun 2005, upaya-upaya yang dilakuka oleh pemerintah untuk menstabilkan perekonomian membuahkan hasil tahun berikutnya. Walaupun pada tahun 2007, perekonomian Indonesia dibayangi oleh gejolak eksternal sebagai efek dari terjadinya krisis di Amerika Serikat. Untungnya perekonomian Indonesia masih dapat mencatat prestasi yang cukup baik, hal ini tercermin pada peninkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat inflasi dan angka pengangguran dalam negeri dan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di Indonesia. Universitas Sumatera Utara

4.3 Perkembangan Transportasi di Indonesia