Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB Sektor Transportasi di Indonesia Perkembangan Inflasi di Indonesia

4.4 Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB Sektor Transportasi di Indonesia

Dalam kerangka ekonomi makro pendapatan nasional menggambarkan akivitas perekonomian dalam suatu Negara. Produk domestik bruto merupakan nilai total dari seluruh output yang dihasilkan suatu Negara. Pengukuran produk domestik bruto diperlukan dalam teori maupun kebijakan makro ekonomi. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menghadapi berbagai masalah sentral berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi. Produk domestik bruto juga menggambarkan perekonomian suatu negara. Perekonomian secara umum dikatakan membaik jika terjadi peningkatan produk domestik bruto. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi karena penduduk terus bertambah maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Di Indonesia, petumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Perkembangan Produk Domestik Bruto PDB sector transportasi tidak mengalami pergerakan yang tajam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produk domestic brutonya yang tiap tahunnya mengalami kenaikan yang terus menerus. Akan tetapi terjadi penurunan pada tahun 1999 dikarenakan pada tahun 1997 dan 1998, Indonesia mengalami krisis moneter yang mengakibatkan turunnya produk domestik brutonya untuk sektor trasnsportasi. Gross Domestik Bruto GDP sector transportasi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang paling tinggi sejak tahun 1985 sampai 2007 yaitu pada tahun 2006 dimana jumlah GDP sector transportsinya adalah Rp. 142.770 miliyar sedangkan pada tahun 2005 jumlahnya sekitar Rp. 110.271,2 miliyar. Universitas Sumatera Utara Grafik 4.4. Perkembangan GDP Sektor Transportasi miliyar Rupiah

4.5 Perkembangan Inflasi di Indonesia

Perkembangan harga-harga barang maupun jasa masih relatif dapat dikendalikan dari tahun 1986-1989, terlihat dari laju inflasi yang cukup stabil dimana tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dibidang moneter yang berhati-hati dan kebijakan fiskal yang lebih ketat serta ditunjang oleh penyediaan barang-barang konsumsi pada jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar. Penurunan inflasi yang cukup tajam terjadi pada tahun 1992 yang berada pada titik 4,94 yang turun hamper 50 dari tahun sebelumnya. Namun, pada tahun 1993 inflasi kembali berada pada kisaran 9 yang disebabkan oleh penyesuaian harga BBM Bahan Bakar Minyak dan tarif listrik pada bulan januari 1993 dan terganggunya pasokan beberapa barang kebutuhan karena bencana banjir. Walaupun pada tahun-tahun berikutnya laju inflasi dapat ditekan, akan tetapi pada tahun 1997 inflasi kembali mengalami peningkatan yang mencapai titik 11.05 Universitas Sumatera Utara yang belum pernah dicapai selama 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan alam yaitu musim kering yang berkepanjangan dan kebakaran hutan yang mengakibatkan gangguan asap yang menghambat penyaluran bahan makanan, disamping itu peningkatan inflasi diakibatkan meningkatnya harag barang yang berhubungan dengan impor. Selain itu, gejolak ekonomi juga mulai dirasakan pada tahun 1997, dimana kerusuhan dan demonstrasi mulai terjadi, keadaan politik yang mulai terguncang. Puncak inflasi terjadi pada tahun 1998 sebesar 77,63. Krisis moneter yang berkepanjangan dan keadaan politik serta keamanan yang tidak stabil menyebabkan terjadinya Rush, dimana masyarakat tidak lagi percaya atas kinerja bank dan mereka menarik dananya yang ada di bank sehingga jumlah uang beredar pada saat itu bertambah. Pada tahun-tahun berikutnya inflasi berhasil ditekan akibat dari kebijakan moneter yang ketat tahun 1998, menurunnya konsumsi masyarakat dan kegiatan investasi yang turun. Grafik 4.5. Perkembangan Inflasi tahun 1985-2007 persen Universitas Sumatera Utara Inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yang hanya mencapai titik 2.01. kondisi ini berangsur-angsur membaik dimana terbentuknya peerintahan baru hasil pemilu 1999 telah memunculkan kembali ekspektasi yang positif pada masyarakat terhadap kondisi perekonomian Indonesia ke depan. Kenaikan inflasi kembali terjadi pada tahun 2001 dan 2002 inflasi kembali berada diatas 10 masing-masing sebesar 12.55 dan 10.03 sebagai akibat dari berbagai kebijakan pemerintah meliputi kenaikan beberapa harga barang dan tarif jasa seperti BBM, angkutan, listrik, air minum, rokok, dan kenaikan upah minimum tenaga kerja swasta, dan gaji pegawai negeri, serta meningkatnya biaya pada tingkat produsen sebagai dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah. Inflasi Indonesia tahun 2005 meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya inflasi 2005 terutama dipengaruhi oleh dampak signifikan kenaikan harag BBM baik melalui dampak langsung maupun dampak lanjutan. Kenaikan harga BBM sebanyak 2 kali pada tahun 2005, khususnya kenaikan kedua pada tanggal 1 Oktober 2005, mengakibatkan inflasi melonjak dua digit, yakni menjadi 17.11 yang pada tahun sebelumnya hanya 6.4. kemudian di tahun berikutnya yaitu tahun 2006, inflasi mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi 6.60 yang tetap stabil pada tahun berikutnya menjadi 6.59 pada tahun 2007.

4.6 Perkembangan Infrastuktur Jalan di Indonesia