Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu
memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam
aktivitas operasional perusahaan.
f. Wewenang dan Tanggung Jawab Departemen Audit Internal
Wewenang dan tanggung jawab departemen audit internal dalam perusahaan tergantung pada status dan kedudukannya dalam struktur organisasinya.
Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut harus memberikan akses penuh kepada auditor internal tersebut untuk berurusan dengan kekayaan
dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi.
Tanggung jawab auditor internal adalah: 1 Memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan
tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik auditor internal.
2 Mengkoordinasikan kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit dan sasaran perusahaan.
Pada umumnya, auditor internal lebih berfungsi sebagai staf. Oleh karena itu, auditor internal tidak dapat memerintahkan secara langsung untuk menjalankan
tindakan perbaikan karena hal tersebut bukanlah wewenang. Auditor internal hanya berkewajiban menyampaikan hasil pemeriksaan dan penilaiannya kepada
manajemen.
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
Untuk menjaga objektivitas, sebaiknya auditor internal tidak terlibat secara langsung dalam proses pencatatan dan penyajian data keuangan serta tidak terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktiviats operasional yang dapat mempengaruhi keobjektivitasannya jika dilakukan pemeriksaan. Auditor
internal harus bebas membahas dan menilai kebijakan, rencana dan prosedur tetapi tidak berarti dapat mengambil alih tanggung jawab bagian lain yang
ditugaskan. Kedudukan departemen audit internal menggambarkan bagian-bagian mana
saja yang dapat menjadi obejk pemeriksaannya atau dengan kata lain menunjukkan sampai dimana wewenang auditor internal. Setiap pejabat harus
melaporkan aktivitasnya ke pejabat yang lebih tinggi. Dengan cara ini, tanggung jawab bertahap dapat dilaksanakan dan diikuti dengan baik dan benar.
g. Laporan Audit Internal
Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil audit internal
merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil kerja kepada manajemen, yaitu sebagai media informasi untuk menilai sejauh
mana tugas-tugas yang dibebankan dapat dilaksanakan. Adapun isi atau materi laporan audit internal menurut Boynton 2003:494 adalah:
1
Suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai. Laporan interim tersebut dapat dalam bentuk tertulis
atau lisan dan dapat disampaikan secara formal maupun informal.
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
2 Auditor internal harus membahas kesimpulan dan rekomendasi pada
tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang final.
3 Laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.
4 Laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil audit. Laporan
tersebut juga harus diberikan pendapat auditor.
5 Laporan harus mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang potensial dan
mengakui kinerja serta tindakan korektif yang memuaskan.
6 Pandangan auditee tentang kesimpulan dan rekomendasi audit dapat
disertakan dalam laporan audit.
7 Direktur audit internal atau designee harus me-review dan menyetujui
laporan audit final sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada siapa laporan itu akan dibagikan.
Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi yang didalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan,
batasan yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pemimpin perusahaan. Tujuan laporan audit internal adalah sebagai berikut:
1 Laporan auditor merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan. 2 Menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
3 Sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen terhadap penyimpangan yang terjadi.
Untuk mencapai hal tersebut, maka laporan yang disampaikan haruslah memiliki unsur-unsur berikut ini:
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
1 Objektif Laporan yang disusun harus mengungkapkan fakta dengan teliti
berdasarkan data yang dapat diuji kebenarannya. Menyampaikan dengan jelas tentang pokok pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat
diyakini kebenarannya. 2 Clear jelas
Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi penggunanya. Menerangkan dengan
jelas dan lengkap agar dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
3 Ringkas Struktur laporan yang baik melaporkan dengan ringkas pelaksanaan
operasional, pengendalian dan hasil kerja. Laporan tersebut harus terhindar dari hal-hal yang tidak relevan, material seperti gagasan, temuan, kalimat
dan sebagainya yang tidak menunjang tema pokok laporan, namun tetap menjaga kualitas informasi yang disampaikan melalui laporan tersebut
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya. 4 Konstruktif
Laporan yang bersifat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin memaparkan rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengupayakan peningkatan operasi. 5 Tepat waktu
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
Laporan audit hanya dapat bermanfaat dengan maksimal bila laporan tersebut disajikan pada saat dibutuhkan. Sehingga auditor harus mampu
menyajikan laporan dengan tepat waktu. Sebelum disampaikan pada pengguna laporan, peninjauan kembali atas
laporan review dilakukan. Review adalah tindakan bijak yang dapat dilakukan audit internal. Hal tersebut bertujuan untuk lebih memastikan kebenaran dan
kelengkapannya. Laporan audit akan efektif bila terdapat pelaksanaan tindak lanjut agar proses audit yang berjalan benar-benar memberikan manfaat bagi
perusahaan. Untuk itu, departemen audit internal bertugas untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut, menganalisis kecukupan tindak lanjut disertai
identifikasi hambatan pelaksanaannya dan memberikan laporan atas tindak lanjut tersebut.
2. Good Corporate Governance GCG a. Pengertian
GCG
Mencuatnya skandal keuangan yang melibatkan perusahaan besar seperti Enron, WorldCom, Tyco, Global Crossing dan yang terakhir AOL-Warner,
menuntut peningkatan kualitas Good Corporate Governance GCG, Soegiharto 2005:38 dalam Pratolo 2007:7. Terminologi GCG telah dikenal dari Amerika
Serikat pasca krisis ekonomi sekitar tahun 1930an. Istilah GCG secara luas telah dikenal dalam dunia usaha. Ada beberapa pengertian GCG yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
1 Cadburry Committee memandang corporate governance CG sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka. 2 Menurut Hirata 2003 dalam Pratolo 2007:8, pengertian “CG yaitu
hubungan antara perusahaan dengan pihak-pihak terkait yang terdiri atas pemegang saham, karyawan, kreditur, pesaing, pelanggan, dan lain-lain.
CG merupakan mekanismen pengecekan dan pemantauan perilaku manejemen puncak”.
3 Salowe 2002 dalam Pratolo 2007:8 juga menambahkan bahwa “GCG dapat diartikan sebagai interaksi antara struktur dan mekanisme yang
menjamin adanya control dan akuntabilitas dengan tetap mendorong efisiensi dan kinerja perusahaan”.
4 Menurut Pratolo 2007:8, “GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi
semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut”.
5 Tanri Abeng dalam Tjager 2003:iii menyatakan bahwa “CG merupakan pilar utama fondasi korporasi untuk tumbuh dan berkembang dalam era
persaingan global, sekaligus sebagai prasyarat berfungsinya corporate leadership yang efektif”.
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
6 Zaini dalam Tjager 2003:iv menambahkan bahwa “CG sebagai sebuah governance system diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan investor
terhadap korporasi melalui mekanismen control and balance antar berbagai organ dalam korporasi, terutama antara Dewan Komisiaris dan
Dewan Direksi. Secara sederhananya, CG diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
b. Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG
Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Prinsip-prinsip
GCG yang dimaksudkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117M- MBU2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN adalah ssebagai berikut:
1 Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan. 2 Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3 Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
4 Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. 5 Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk: 1 Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional. 2 Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. 3 Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
4 Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5 Meningkatkan iklim investasi nasional.
6 Mensukseskan program privatisasi. Dalam
website FCGI 2006 dinyatakan bahwa dengan menerapkan Corporate Governance pada perusahaan, akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009
1 Lebih mudah meningkatkan modal. 2 Mengurangi biaya modal.
3 Meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja keuangan. 4 Memberikan dampak yang baik terhadap harga saham.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Suryo Pratolo telah melakukan penelitian terdahulu mengenai GCG yaitu dengan judul “ Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia:
Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan. Penelitian ini merupakan karya ilmiah
yang disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X di Universitas Hasanuddin Makassar yang diselenggarakan pada tanggal 26-28 Juli 2007.
Penelitian ini dirancang dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif-analisis melalui survey dan bersifat grounded.
Adapun variabel yang digunakan adalah: 1. Variabel X
1
adalah Audit Manajemen 2. Variabel X
2
adalah Pengendalian internal 3. Variabel Y adalah Penerapan prinsip-prinsip GCG
4. Variabel Z adalah Kinerja perusahaan Metode pengujian data menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas untuk
tiap-tiap variabel. Uji Asumsi Klasik yakni uji normalitas dan uji heteroskedastisitas dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji hipotesis.
Evelyn Yusrina : Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI Terhadap Pelaksanaan..., 2008 USU Repository © 2009