25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kromatografi gas Thermo Scientific TRACE 1300 Series GC dan sentrifus Hettich EBA
21. Sedangkan, alat gelas yang digunakan adalah labu ukur Pyrex, gelas ukur Pyrex, tabung sentrifus 50 ml, tabung disque 2 ml, vial, kaca arloji,
tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, pipet, syringe Thermo, mikropipet, timbangan analitik Mettler Teledo, blender Phillips.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat, asetonitril, aquades, magnesium sulfat, CH
3
COONa, n-Heksan, aseton, NaCl, PSA kombinasi amin primer dan sekunder, baku pestisida profenofos dan
deltametrin, Curacron 500 EC, serta Decis 25 EC.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2014 di Balai Pengujian Mutu Hasil Tanaman Pangan Holtikultura Provinsi DKI Jakarta
BPMHTPH.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tomat sebanyak ± 10 kg dengan berat masing masing tomat sekitar 45 - 100 gram. Lokasi pengambilan sampel tersebut
yaitu di pasar induk Kramat Jati. Sampel yang telah diambil, dimasukkan ke dalam plastik kemudian disimpan ke dalam pendingin.
3.3.2 Determinasi Tanaman
Tomat dikumpulkan dan dilakukan determinasi tanaman di LIPI Bogor.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3 Validasi Metode QuEChERS
3.3.3.1 Uji Linearitas A.
Pembuatan larutan standar pestisida
1. Larutan Induk Profenofos 1007.44 ppm
Profenofos ditimbang sebanyak 10,0744 mg, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan pelarut n-heksan aseton 9:1
sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen. 2.
Larutan Profenofos 100.744 ppm Dipipet profenofos sebanyak 1 ml dari larutan induk profenofos,
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan pelarut n- heksan aseton 9:1 sampai tanda batas dan dikocok hingga
homogen. 3.
Larutan Profenofos 1.00744 ppm Dipipet profenofos sebanyak 0.1 ml dari larutan profenofos
100.744 ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan pelarut n-heksan aseton 9:1 sampai tanda batas dan
dikocok hingga homogen. 4.
Larutan Induk Deltametrin 1006.94 ppm Deltametrin ditimbang sebanyak 10,0694 mg, dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan pelarut n-heksan aseton 9:1 sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.
5. Larutan Deltametrin 100.694 ppm
Dipipet deltametrin sebanyak 1 ml dari larutan induk deltametrin, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan pelarut n-
heksan aseton 9:1 sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.
6. Larutan Deltametrin 1.00694 ppm
Dipipet deltametrin sebanyak 0.1 ml dari larutan deltametrin 100.694 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
ditambahkan pelarut n-heksan aseton 9:1 sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B. Persiapan Sampel
1. Masing-masing tomat disuntik deltametrin sebanyak 128 µl
deltametrin 0.25 ppm, 257 µl deltametrin 0.5 ppm, 375 µl deltametrin 0.75 ppm, 485 µl deltametrin 1 ppm, 725 µl
deltametrin 1.5 ppm, 945 µl deltametrin 2 ppm dari larutan deltametrin 100.694 ppm, kemudian didiamkan selama 24 jam.
Selanjutnya tomat dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam blender lalu ditimbang dengan seksama ± 10 gram.
2. Masing-masing tomat disuntik profenofos sebanyak 128 µl
profenofos 0.25 ppm, 257 µl profenofos 0.5 ppm, 375 µl profenofos 0.75 ppm, 485 µl profenofos 1 ppm, 725 µl
profenofos 1.5 ppm, 945 µl profenofos 2 ppm dari larutan profenofos 100.744 ppm, kemudian didiamkan selama 24 jam.
Selanjutnya tomat dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam blender lalu ditimbang dengan seksama ± 10 gram.
C. Ekstraksi residu pestisida pada sampel
Sampel sebanyak ± 10 g dimasukkan ke dalam tabung sentrifus 50 ml, kemudian ditambahkan 10 ml asetonitril lalu tabung ditutup.
Setelah itu, dikocok kuat selama 45 detik lalu ditambahkan 6 g MgSO
4
dan 1,5 g CH
3
COONa kemudian dikocok kembali selama 45 detik. Selanjutnya, disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 4000 rpm
lalu diambil bagian supernatan dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus. Kemudian, ditambahkan 50 mg PSA Primary Secondary
Amine dan 150 mg MgSO
4
. Selanjutnya tabung ditutup, dan dikocok selama 20 detik lalu disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan
4000 rpm. Setelah itu, 0.5 ml supernatan dipindahkan ke vial untuk kromatografi gas lalu diinjeksi ke dalam kromatografi gas.
D. Analisis dengan Kromatografi Gas
Sampel diinjeksi ke dalam kromatografi gas. Kondisi kromatografi gas untuk deteksi deltametrin sebagai berikut :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kolom : Rtx-5
Panjang kolom : 30 cm
Diameter kolom : 0,25 mm Gas Pembawa
: Nitrogen dalam 1.5 ml menit Detektor
: ECD Electron Capture Detector Suhu Detektor
: 320°C Suhu Injektor
: 250°C Mode
: Splitless Oven
: Temperature awal 210°C ditahan selama 1 menit, lalu mengalami kenaikan 14°C per menit sampai 280°C ditahan
selama 8 menit
Kondisi kromatografi gas untuk deteksi Profenofos : Kolom
: Rtx-5 Panjang kolom
: 30 cm Diameter kolom : 0,25 mm
Gas Pembawa : Nitrogen dalam 1.5 ml menit
Detektor : FPD Flame Photomeric Detector
Suhu Detektor : 280°C
Suhu Injektor : 230°C
Mode : Splitless
Oven : Temperature awal 120°C ditahan selama 1 menit,
lalu mengalami kenaikan 10°C per menit sampai 260°C ditahan selama 2 menit
3.3.3.2 Uji Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Penetapan batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ dapat dihitung secara statistik mengunakan data yang diperoleh pada uji
linearitas. Jumlah data yang diambil sebanyak 6 data yang diperoleh dari uji linearitas.
3.3.3.3 Uji Perolehan Kembali
Tomat yang telah disuntik profenofos dan deltametrin dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konsentrasi 0.5, 1, dan 2 ppm, didiamkan selama 24 jam lalu dilakukan ekstraksi residu pestisida pada sampel, dan diinjeksi ke dalam
kromatografi gas.
3.3.3.4 Penentuan Standar Deviasi
Penentuan standar deviasi dapat dihitung menggunakan data yang diperoleh pada uji perolehan kembali
3.3.4 Analisis Kualitatif Residu Pestisida Deltametrin dan Profenofos
Sebelum Perendaman dengan Larutan Pestisida
Tomat sebanyak ± 250 g dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam blender lalu ditimbang dengan seksama ± 10 gram. Setelah itu, dilakukan
ekstraksi residu pestisida pada sampel dan dianalisis dengan kromatografi gas.
3.3.5 Analisis Kuantitatif Residu Pestisida Deltametrin dan Profenofos
pada Tomat Setelah Perendaman dengan Larutan Pestisida
A.
Pembuatan Larutan Pestisida Deltametrin dan Profenofos
Konsentrasi 20 ppm : Ditimbang ± 200 mg curacron 500 EC dan ± 4000 mg decis 25 EC kemudian dilarutkan dalam 5 L air. Perhitungan
di lampiran 2 Setelah itu, tomat sebanyak ± 5 kg direndam dalam larutan tersebut selama 24 jam. Kemudian, dikering-anginkan selama
±1 jam. B.
Pembuatan Larutan NaCl
1. Larutan NaCl 0.9
Ditimbang NaCl sebanyak 9 gram kemudian dilarutkan dalam 1 L air kemudian diaduk hingga homogen.
2. Larutan NaCl 5
Ditimbang NaCl sebanyak 50 gram kemudian dilarutkan dalam 1 L air kemudian diaduk hingga homogen.
3. Larutan NaCl 10
Ditimbang NaCl sebanyak 100 gram kemudian dilarutkan dalam 1 L air kemudian diaduk hingga homogen.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C.
Persiapan sampel
Tomat sebanyak ± 5 kg berat kisaran tomat 45-75 g yang telah direndam dengan pestisida dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing
bagian sebanyak ± 1 kg, kemudian dari masing-masing bagian diambil sampel sebanyak ± 250 gram
D. Perlakuan terhadap sampel
Untuk masing-masing bagian sampel dilakukan perlakuan sebagai berikut:
1. ±250 gram tomat tidak dicuci kontrol
2. ±250 gram tomat dicuci dengan air mengalir sambil digosok 5
menit 3.
±250 gram tomat direndam dengan NaCl 0.9 sambil digosok 5 menit
4. ±250 gram tomat direndam dengan NaCl 5 sambil digosok 5
menit 5.
±250 gram tomat direndam dengan NaCl 10 sambil digosok 5 menit
Setelah itu sampel dipotong kecil-kecil dan diblender, dilakukan ekstraksi residu dan dianalisis dengan kromatografi gas.
3.3.6 UJi F One-Way Anova