Berikutnya, Bank Indonesia
12
mendefinisikan LC yaitu : janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi
syarat Letter Of Credit tersebut. Inti dari definisi tersebut, janji pembayaran LC kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau melalui bank lain
sebagai kuasanya.
Dan Kemudian, Emmy Pangarimbuan Simanjuntak
13
, mendefinisikan
LC sebagai suatu surat perintah membayar kepada seorang atau beberapa orang yang dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut didalam
surat perintah itu kepada orang tertentu. Inti dari definisi Emmy, bahwa LC adalah Surat perintah membayar . Beliau melihat LC sebagai suatu perintah atau kuasa
dari bank penerbit kepada bank pembayar. Letter Of Credit LC Ekspor menurut perbankan syariah dapat diartikan
dengan surat pernyataan akan membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk memfasilitasi perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan tertentu
sesuai dengan prinsip syariah. Hakikat LC adalah pembayaran dan oleh karena itu, keseimbangan hak dan
kewajiban para pihak harus diperhatikan secara adil dan terbuka. Keadilan dan
12
Bank Indonesia, Urusan Luar Negeri Bagian Penelitian dan Pengaturan Lalu lintas Pembayaran luar Negeri,Metode Pembayaran Internasional Letter Of Credit, 1995,h.2.
13
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Pembukuan kredit Berdokumen, Yogyakarta: FH- UGM,1979, h.15.
keterbukaan dalam pelaksanaan LC merupakan suatu keharusan, karena inti LC adalah mewujudkan pembayaran sejumlah uang senilai LC.
Pemohon yang meminta bank penerbit untuk menerbitkan LC, berhak atas barang yang dibayar berdasarkan LC, dan berkewajiban untuk membayar kepada
bank penerbit yang atas nama pemohon melakukan pembayaran, harga barang dengan LC kepada penerima, yang menyampaikan kepada bank penerbit dokumen yang
dipersyaratkan LC yang mewakili barang yang dijual kepada kepada pemohon Jika bank penerbit memberi kuasa kepada bank yang ditunjuk untuk
melakukan pembayaran harga barang kepada peneriama, bank penerbit bekewajiban membayar kembali kepada bank yang ditunjuk sejumlah uang yang telah dibayarkan
kepada penerima. Hak dan kewajiban masing-masing pihak adalah sesuai dengan kesepakatan berdasarkan kontrak yang disetujui para pihak yang memuat sejumlah
pembayaran yang akan direalisasikan sebagai pengganti pengiriman barang oleh penerima kepada pemohon. Saat pelaksanaan hak dan kewajiban juga dilakukan
dengan merujuk pada kesepakatan masing-masing pihak berdasarkan kontrak, demikian juga halnya dengan pembayaran biaya dalam rangka pelaksanaan hak dan
kewajiban.
B. Pihak-pihak yang terkait dalam Letter of Credit
a. Applicant, pihak yang meminta kepada banknya untuk menerbitkan LC kepada beneficiary biasanya importer.
b. Beneficiary, pihak yang menerima LC atau pihak yang mendapatkan manfaat dari terbitnya LC.
c. Issuing Bank, yaitu bank yang menerbitkan Letter of CreditCredit atau LC
atas permintaan applicant atau atas nama bank sendiri. d.
Advising Bank, bank yang menerima LC dari Iss. Bank dan meneruskan LC tersebut kepada beneficiary atau bank lain yang ditunjuk dalam LC.
e. Negotiating Bank, bank yang mengambil-alih melakukan negosiasi
dokumen LC. f.
Reimbursing Bank, bank yang ditunjuk oleh Iss. Bank untuk melakukan pembayaran atas tagihan negosiasi dokumen LC yang diajukan oleh negotiating
bank. g. Paying Bank, bank yang bertugas membayar atas adanya tagihan dokumen LC.
h. Accepting Bank, bank yang mengaksep draft wesel yang ditarik oleh beneficiary dan membayarnya pada saat jatuh tempo.
i. Confirming Bank, bank selain Iss. Bank yang juga menjamin pembayaran LC
yang diterbitkan Issuing Bank. j. Transferring Bank, bank yang diberi kuasa di dalam LC untuk mentransfer LC
atas permintaan beneficiary LC itu ke beneficiary yang lain.
C. Dokumen- dokumen dalam Letter of Credit
Dalam kaitannya dengan dokumen maka hal yang perlu dicatat dalam transaksi Letter of Credit LC adalah pasal 5 UCP 600 yang berbunyi :
Bank-bank berurusan dengan dokumen-dokumen dan tidak dengan barang, jasa atau pelaksanaan terhadap mana dokumen-dokumen tersebut mungkin berkaitan.
14
Oleh karena itu transaksi letter of credit adalah transaksi dokumen yang berkaitan dengan barang yang dikapalkan.
1. Dokumen Pengangkutan Bill of Lading, pengangkutan melalui laut
Airway Bill, pengangkutan melalui udara 2. Invoice atau Commercial Invoice atau faktur pada dasarnya merupakan suatu
sarana bagi penjualeksportir untuk memperhitungkan harga barang kepada pembeliimportir sesuai dengan kesepakatan. Beberapa macam Invoice, yaitu :
3. Commercial Invoice, Invoice yang diterbitkan dan ditanda-tangani oleh Seller dan ditujukan kepada buyerimportir.
4. Consular Invoice, Invoice yang diterbitkan oleh konsulat Negara pembeli yang berada di Negara penjual atas dasar Commercial Invoice
14
Muhamad Mujahidin, Letter of Credit artikel ini diakses pada 4 Maret 2011, dari http:www.yousaytoo.comletter-of-credit2011 -C 134725. html.
5. Visaed Invoice, Invoice yang diterbitkan oleh penjualeksportir dan di- counter-sign oleh konsulatan Negara pembeli yang berada di Negara
penjualeksportir. 6. Proforma Invoice, Invoice yang dikeluarkan eksportir mendahului pengiriman
barang, biasanya baru dalam tahap penawaran. 7. Polis Asuransi
8. List atau Daftar Packing List, daftar perincian barang serta cara dan bahan pembungkus
barang yang bersangkutan.Weight List atau Measurement List, daftar perincian barang mengenai timbanganukuran barang.
9. Certificate, suatu keterangan yang dikeluarkan oleh orang atau instansi yang berwenang mengenai keadaan barang.
10. Certificate of Origin, keterangan yang menyatakan Negara asal barang. 11. Certificate of Quality, keterangan yang menyatakan tentang mutu barang.
D. Kuntungan dan Kerugian Melakukan Transaksi LC
Setiap transaksi mengandung manfaat dan risiko bagi pelakunya. Berikut antara lain manfaat dari transaksi LC :
1. Beneficiary penjual mempunyai jaminan kepastian pembayaran atas barang- barang yang diekspornya sepanjang dokumen dan persyaratan yang
diperjanjikan telah dipenuhi.
2. Beneficiary penjual mempunyai keuntungan dengan mengalihkan risiko tidak dibayarnya LC oleh Issuing bank kepada Confirming bank di dalam
negeri. Confirming bank itulah yang mengambil alih risko komersial dan country risk dari Issuing bank dan melindungi Beneficiary dari tidak
terbayarnya LC. 3. Meminimalkan jangka waktu penagihan kepada Applicant.
4. Beneficiary tidak mempunyai risiko atas nilai tukar mata uang negara Applicant bilamana LC diterbitkan dalam mata uang negara Beneficiary.
Transaksi LC juga memiliki risiko sebagai berikut :
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi LC hanya melihat dokumen transaksi saja dan tidak secara langsung melihat barang-barang yang akan
dikirimkan. 2. Bilamana Beneficiary berbuat curang, maka ada kemungkinan barang yang
dikirim bisa jadi tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Harus teliti ketika melakukan deal atas syarat dan ketentuan beserta dokumentasinya agar
Issuing bank tidak mempersulit dicairkannya dana. Hal ini agar jangan sampai terjadi barang telah disiapkan semuanya atau bahkan telah dikirimkan, tetapi
dengan berbagai alasan pihak Issuing bank mempersulit pencairan dana LC.
E. Jenis Produk Bank Syari ah
1.
Pendanaan dengan Prinsip Wadi ah a. Giro Wadi ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan
dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk kemudahan dan keamanan pemakainya. Beberapa fasilitas giro wadiah yang disediakan
bank syariah untuk nasabah. Antara lain : buku cek, bilyet giro, kartu ATM, fasilitas pembayaran, wesel bank, wesel penukaran, kliring, dan
lain-lain. b. Tabungan Wadi ah adalah produk pendanaan Bank Syariah berupa
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan savings account.
2.
Pendanaan dengan Prinsip Qardh Simpanan giro dan tabungan juga dapat menggunakan prinsip Qardh,
yaitu ketika bank dianggap sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari nasabah deposan sebagai pemilik modal. Bank dapat memanfaatkan dana
pinjaman dari nasabah deposan untuk tujuan apa saja, termasuk untuk kegiatan produktif mencari keuntungan. Senentara itu, nasabah deposan
dijamin akan memperoleh kembali dananya secara penuh, jika sewaktu- waktu nasabah ingin menarik dananya.
3.
Pendanaan dengan Prinsip Mudharabah a. Tabungan Mudharabah yaitu, tabungan dengan bagi hasil yang
disepakati bersama. Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi
kerugian ketika nasabah sebagai pemilik modal shaibul mal menyerahkan uangnya kepada bank sebagai pengusaha mudharib
untuk diusahakan
15
. Keuntungan dibagai sesuai kesepakatan, dan kerugian ditanggung oleh pemilik dana atau nasabah.
b. Depositoinvestasi Umum Tidak Terikat, yaitu deposito dengan prinsip mudaharabah al-muthlaqah, dimana bank mempunyai kebebasan mutlak
dalam mengelola investasinya. c. Deposito investasi khusus Terikat, yaitu deposito dengan prinsip
mudharabah al-muqayyadah, dimana shaibul mal menetapkan syarat tertentu yang harus dipenuhi mudharib, baik mengenai tempat usaha,
tujuan, maupun jenis usaha. d. Sukuk Al-Mudharabah
4. Pendanaan dengan Prinsip Ijarah
F. Produk Pembiayaan
Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat menggunakan empat pola yang berbeda
1. Pola bagi hasil, untuk investment financing
Mudharabah
Musyarakah
15
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari ah, Jakarta : PT.Raja Graindo Persada, 2007, h.117.
2. Pola jual beli, untuk trade financing Murâbahah
Salam Isthishna
3. Pola sewa, untuk trade financing Ijarah
Ijarah Muntahiya Bittamlik 4. Pola pinjaman , untuk dana talangan
Qardh
G. Produk Jasa Perbankan
1. Wakâlah Wakâlah, menurut bahasa adalah menjaga. Sedangkan menurut
definisi mazhab Hanafi adalah seseorang yang menepati posisi orang lain dalam mengerjakan sesuatu yang diperbolehkan atau mewakilkan suatu
pekerjaan kepada orang lain wakil . Para ulama sepakat bahwa wakalah dengan disertai ujrah upah adalah dibolehkan. Dan jika wakalah disertai
dengan ujarah, maka pihak wakil harus menunaikan apa yang telah diwakilkan kepadanya dan tidak keluar dari hal tersebut sampai berakhir
tugasnya
16
.
16
Ahmad Kamil, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan Dan Ekomomi Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2002 , cet- 1, h.681.
Wakâlah tidak akan sah, kecuali terpenuhinya beberapa syarat. Syarat bagi pihak yang mewakilkan, ia adalah pemilik sah yang dapat bertindak
atas sesuatu yang ia wakilkan. Jika ia bukan sebagai pemilik yang dapat bertindak, perwakilannya tidak sah. Syarat utama bagi orang yang
mewakili adalah berakal, dan terpenting ia memiliki kompetensi dan memiliki sifat amanah. Para ualama memberikan kriteria untuk hal yang
boleh diwakilkan, yakni diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili, tidak bertentangan dengan syariat islam, serta dapat diwakilkan menurut
syariat islam. Adapun hal yang tidak boleh diwakilkan adalah semua pekerjaan yang tidak ada campur tangan perwakilan, seperti shalat,
sumpah, dan thaharah bersuci. 2. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dalam sebuah usaha perniagaan. Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib, mudharabah dapat dikategorikan menjadi
mudharabah muthlaqah, dan mudharabah muqayyadah
17
. Mudharabah muthlaqah adalah akad kerjasama dimana
mudharib diberi kekuasaan penuh untuk mengelola modal usaha. Mudharib juga tidak dibatasi dengan tempat usaha, tujuan maupun
17
Muammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Tazkia Cendekia, 2001 , cet-2,h. 97.
jenis usaha. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah akad kerjasama di mana shaibul mal menetapkan syarat tertentu yang harus
dipenuhi mudharib, baik mengenai tempat usaha, tujuan, maupun jenis usaha.
3. Musyarakah Musyarakah adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dengan masing-masing memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
18
.
4.
Murâbahah Murâbahah adalah akad jual-beli dengan harga semula dengan
penabahan keuntungan yang diketahui oleh pihak pembeli. Syarat sahnya akad jual-beli murâbahah adalah harga pokok harus diketahui
oleh calon pembeli, keuntungan yang akan diambil oleh penjual harus diketahui, harga harus ditentukan dengan uang.
5. Kafâlah Guaranty Kafâlah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
6. Hiwâlah Transfer Service Hiwâlah yaitu, pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya.
18
Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Tazkia Cendekia, 2001 , cet,ke-2, h.91.
BAB III GAMBARAN UMUM PT.BANK MUAMALAT INDONESIA,Tbk
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan pemerintah Indonesia, dan melalui kegiatan
operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha muslim,
pendirian Bank Muamalat Indonesia juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan seniali 84 miliar pada saat
penandatanganan akata pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara
silahturrahim peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanamkan modal senilai Rp.
106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporak porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen koperasi. Bank
Muamalat Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
28
pembiayaan macet NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencapai kerugian sebesar 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3
miliar, kurang dari sepertiga modal sektor awal. Dalam upayanya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat Indonesia
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat Indonesia. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun
1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank
Muamalat Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang
kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada: i tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari pemegang saham, ii tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak kru Muamalat sedikit pun, iii pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun kepengurusan Direksi baru, iv peletakkan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Mumalat menjadi agenda utama di tahun
kedua, v pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat Indonesia pada
tahun ketiga dan seterusnya.
19
Setelah tumbuh sehat selama satu dasawarsa, Bank Muamalat memandang tahun 2009 sebagai saat yang tepat untuk merestrukturisasi serta memperkokoh
landasan usaha demi pertumbuhan di masa depan. Sekalipun dunia dilanda krisis keuangan maupun resesi ekonomi, sektor perbankan syariah di Indonesia tetap
kokoh dan bergairah. Prospek pertumbuhannya di masa depan pun sangat menjanjikan. Sebagai bank pertama murni syariah, dan pelopor di pasar
perbankan syariah nasional sejak tahun 1991, Bank Muamalat memiliki posisi yang strategis guna memanfaatkan peluang pertumbuhan tersebut. Untuk itu,
Bank Muamalat harus membangun landasan dan infrastruktur yang lebih kokoh. Pada tahun 2009, Bank Muamalat melakukan beberapa perubahan struktural,
perbaikan sistem operasional, serta penyelarasan lini usaha.
20
Pada tahun 2007, jumlah pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia meningkat sebesar 30,02 dari Rp 6.628,09 miliar pada tahun 2006
menjadi Rp 8.618,05 miliar di tahun 2007. Peningkatan ini terutama didorong
19
Bank Muamalat Indonesia, Sejarah Singkat Perjalanan Bank Muamalat Indonesia 1991- 2009 ,Artikelinidiaksespada9maret,2011darihttp:www.muamalatbank.comindex.phphomeaboutpr
ofile.
20
Annual Report BMI Tahun 2009.