BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Peran Orangtua dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015
Penelitian yang dilakukan Monks, dkk 2002 diperoleh hasil bahwa remaja yang tinggal bersama orangtuanya, memperlihatkan komunikasi antara
orangtua dan remaja yang baik, ini membuat remaja mempunyai perilaku seksual yang rendah. Komunikasi yang baik menunjukkan peningkatan pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi, dan terdapat kemungkinan bahwa remaja akan menghindari seks pranikah.
Hasil statistik uji chi-square diperoleh bahwa nilai p-value = 0,459 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan peran orangtua dengan perilaku seks
pranikah remaja. Berdasarkan penelitian ini terdapat peran orangtua yang baik tetapi remaja masih melakukan perilaku seksual, ini disebabkan karena kurangnya
komunikasi secara terbuka antara orangtua dengan anak dalam masalah seksual sehingga dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual pada
anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22,2 remaja tidak tinggal bersama dengan kedua orangtua seperti tinggal bersama nenek sebesar 3,2, tante 4,7
dan ada yang tinggal di kos 14,3, dan remaja yang tinggal di kos sudah melakukan seks ringan dan seks berat sebesar 4,8 dan 9,5. Sebesar 27,0
remaja menyebutkan bahwa orangtua mereka tidak pernah memberitahukan
Universitas Sumatera Utara
dampak seks pranikah, sebesar 30,2 remaja tidak perlu persetujuan orangtua jika ingin menginap di rumah temannya, sebesar 34,9 orangtua tidak peduli dengan
teman-teman anak mereka dengan tidak membatasi dengan siapa mereka harus berteman atau tidak berteman, sebesar 27,0 orangtua tidak peduli dengan
anaknya dengan tidak pernah memberikan penjelasan kepada anaknya mengenai efek dari menonton film yang berbau pornografi dan sebesar 27,0 orangtua
remaja tidak tahu dengan siapa anak mereka bergaul.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Made Prema Putra 2014 pada remaja SMASederajat di wilayah kerja Puskesmas
Sukawati I yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga terhadap perilaku seksual pranikah p=0,077. Namun hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emi 2014 pada remaja kelas XI di SMA Negeri 8 Mandai-Maros yang menunjukkan bahwa
ada hubungan peran orangtua dengan perilaku seksual remaja p=0,009.
Menurut Efendy 2000, peran orangtua dalam mendidik anaknya sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian anak.
Saluran komunikasi yang baik antara orangtua dan anaknya dapat menciptakan suasana saling memahami terhadap berbagai jenis masalah keluarga, terutama
tentang problematika remaja, sehingga kondisi ini akan berpengaruh terhadap sikap maupun perilaku yang akan dibawakan anak sesuai dengan nilai yang
ditanamkan orangtua.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antara orangtua dengan remaja dikatakan berkualitas apabila kedua belah pihak memiliki hubungan yang baik dalam arti bisa saling
memahami, saling mengerti, saling mempercayai dan menyayangi satu sama lain, sedangkan komunikasi yang kurang berkualitas mengindikasikan kurangnya
perhatian, pengertian, kepercayaan dan kasih sayang di antara keduanya. Komunikasi yang menguntungkan kedua belah pihak, dalam hal ini antara orang
tua dengan remaja adalah komunikasi yang timbal balik, ada keterbukaan, spontan dan ada feedback dari kedua pihak antara orangtua dan remaja Emi, 2014.
5.2 Hubungan Pengetahuan seks pranikah dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015
Pengetahuan seksual pranikah remaja terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan
tentang fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah Sarwono, 2011. Pengetahuan remaja yang kurang
mengetahui tentang perilaku seks pranikah, maka sangat mungkin membuat mereka salah dalam bersikap dan kemudian mempunyai perilaku terhadap
seksualitas.
Hasil statistik uji chi-square diperoleh bahwa nilai p-value = 0,701 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan seks pranikah dengan
perilaku seks pranikah remaja. Meskipun mayoritas remaja memiliki pengetahuan baik tentang perilaku seks pranikah namun hampir sebagian remaja telah
melakukan seks pranikah berat.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sebesar 27,0 remaja tidak tahu bahwa perkembangan fisik organ seksual laki-laki maupun perempuan
menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan, sebesar 30,2 remaja tidak tahu bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong hasrat seksual, baik yang dilakukan sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis, sebesar 34,9 remaja juga tidak mengetahui bahwa petting adalah perilaku
menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif baik dari dalam maupun dari luar pakaian, sebesar 58,7 remaja tidak tahu bahwa melakukan hubungan seks
walaupun hanya sekali dapat menyebabkan kehamilan. Sebesar 66,7 remaja tidak tahu bahwa dampak psikologi dari perilaku seks pranikah pada remaja
diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa dan sebesar 55,6 remaja juga tidak tahu bahwa kehamilan tidak
diinginkan dan aborsi merupakan dampak sosial perilaku seks pranikah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fadhila 2010 yang menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja. Hasil penelitian ini juga tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emi 2014 yang menyebutkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual remaja p=0,035.
Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah menunjukkan arah kecenderungan siswa dengan pengetahuan yang baik akan lebih ke arah
positif kecenderungan untuk menghindari seksual pranikah, sedangkan pada remaja dengan pengetahuan yang kurang akan mempunyai kecenderungan ke arah
yang negatif kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hubungan Ketaatan Beragama dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.
Keluarga juga dapat menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.
Dari 63 remaja, 48 remaja 76,2 beragama Kristen dan 15 remaja 23,8 beragama Islam. Hasil analisis menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai p-value = 0,016 yang berarti bahwa ada hubungan ketaatan beragama dengan perilaku seks pranikah pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa sebesar 58,6 remaja tidak melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa seperti melaksanakan sholat 5 waktu
dan pengajian pada remaja Muslim sebesar 15,8 dan melaksanakan kebaktian pada remaja Nasrani sebesar 42,8. Kemudian sebesar 31,7 remaja tidak
selalu hadir dan mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah dimana 7,9 beragama Islam dan 23,8 beragama Kristen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiara 2009 dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketaatan beragama dengan sikap terhadap seks pranikah pada remaja p = 0,01. Ia menyatakan bahwa semakin
tinggi ketaatan beragama remaja maka akan semakin negatif sikapnya terhadap seks pranikah.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi 2007, bahwa dari 150 responden didapatkan sebanyak 88,7 remaja bersikap positif terhadap
seksual kecenderungan menghindari perilaku seksual pranikah. Hal ini disebabkan karena kebanyakan remaja memiliki persepsi bahwa seks sebaiknya
dilakukan setelah ada ikatan perkawinan yang sah dan dihalalkan menurut agama. Mereka meyakini, jika melakukan seks bebas atau seks pranikah pada usia remaja
akan berakibat buruk terhadap masa depan dan perkembangan mental mereka.
Seseorang yang memiliki tingkat ketaatan beragama yang rendah yang tidak menghayati agamanya dengan baik sehingga dapat saja perilaku seksualnya
tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Orang seperti ini memiliki ketaatan beragama yang rapuh sehingga dengan mudah dapat ditembus oleh daya atau
kekuatan yang ada pada wilayah seksual.
5.4 Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015
Menurut Sudarman 2008, media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang
menyiarkan berita atau informasi disebut juga istilah pers. Secara psikologis, massa adalah orang yang memiliki perhatian terhadap sesuatu hal yang sama,
misalnya massanya majalah gadis adalah remaja puteri. Orang lain tidak bisa membatasi apalagi mengontrol para remaja untuk hanya melihat, membaca dan
mengakses informasi yang baik-baik saja BkkbN, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p-value = 0,001 yang berarti bahwa ada hubungan paparan media pornografi dengan perilaku seks
pranikah pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menyebutkan sebesar 58,7 remaja pernah menggunakan media komunikasi untuk
mendapatkan informasi tentang hubungan seksual, sebesar 44,4 remaja pernah menonton VCDvideo pornografi, sebesar 23,8 remaja pernah membaca
majalahbuku pornografi dan sebesar 38,1 remaja pernah mengakses videomateri pornografi di internet.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Dewa 2014 dengan mengunakan uji spearman rho menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sikap remaja sehubungan dengan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah remaja di SMA Negeri 2 Banjar. Efek media massa
dapat mengubah perilaku nyata pada individu atau khalayak. Larson Otto Nathan dalam Wiryanto 2004 membagi efek perilaku nyata menjadi dua yaitu: efek
yang menggerakkan dan menonaktifkan perilaku nyata.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN