Masing-masing plot berukuran 30 x 30 m yang mewakili 1 hektar areal tanaman yang seumur. Data yang dikumpulkan adalah diameter setinggi dada, tinggi
pohon, dan jumlah pohon per hektar. Diameter pohon dihitung menggunakan pita ukur, sedangkan tinggi pohon diukur dengan alat Haga hypsometer. Untuk
mengetahui kegiatan penanaman yang mereka lakukan meliputi waktu penanaman, luas penanaman, termasuk biaya yang telah dikeluarkan didekati
dengan menggunakan data yang telah tersedia pada tarif upah kegiatan pengelolaan hutan yang berlaku di KPH Kendal.
Data hasil pengumpulan di lapangan yang berupa data teknis pertumbuhan ditabulasi. Pertumbuhan diprediksi dengan membangun persamaan yang
didasarkan data di lapangan dan mengadaptasi model pertumbuhan yang ada.
3.3 Pengumpulan Data
Untuk menghitung penyerapan karbon pada hutan tanaman jati dan estimasi biayanya dikumpulkan data tentang:
a. Pertumbuhan jati, b. Biomassa pohon,
c. Biomassa karbon. Perhitungan Biomassa pohon dan karbon akan menggunakan model
alometrik untuk jati berdasarkan Buvaneswaran et al., 2006: Biomassa pohon
B = 0,142 D
2.469
Biomassa karbon C = 0,5 B
Sebagai perbandingan akan digunakan metode yang dirumuskan dari Vademicum Kehutanan 1976:
x Volume pohon V = ʌ D2
2
H 0.45 x Biomassa pohon
B = 43 V ȡ x Karbon
C = 0,5 B Dimana:
C = jumlah karbon tonCha ȡ
= berat jenis jati, 0,7grcm
3
| 0,7tonm
3
Vademicum Kehutanan, 1976 D = dimeter setinggi dada cm
H = tinggi pohon m 0,45 = angka bentuk jati
Model ini digunakan karena mudah diaplikasikan, bisa meminimalkan kesalahan pengukuran, serta cukup sederhana. Kelemahannya adalah kurang bisa
mengakomodasi jumlah karbon selain biomassa atas pohon seperti jumlah karbon pada akar, daun dan tanah. Sekitar setengah dari biomassa pohon adalah biomassa
karbon, dalam perhitungan ini digunakan nilai 0,5 yang menyatakan kandungan biomassa karbon di dalam batang pokok pohon jati seperti yang disarankan oleh
Kraenzel et al., 2003. Karena daur jati yang panjang, informasi mengenai diameter dan tinggi
pohon jati tidak tersedia untuk setiap umur tanaman. Karena itu pendugaan diameter dan tinggi tanaman dilakukan pada jati umur tertentu yang tidak terdapat
di lapangan, dengan menggunakan sebuah model yang dapat menjelaskan dengan baik perilaku dari data diameter dan tinggi tanaman. Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Model Pertumbuhan Sigmoid, seperti yang disarankan dalam Ginoga et al., 2005. Hasil pendugaan model pertumbuhan dapat dilihat dalam
lampiran 12. LnD = 0,7373 + 0,77822LnT; R
2
= 0,994 7,21 24,86
LnH
=
1, 2784 + 0,50106LnT; R
2
= 0,980 11,05 14,14
Dimana: LnD = logaritma natural dari diameter
LnH = logaritma natural dari tinggi LnT = logaritma natural dari umur
LnT
2
= logaritma natural dari bentuk kuadrat dari umur Angka dalam kurung menunjukkan nilai t-student
Alasan pemakaian logaritma natural dalam Model Pertumbuhan di atas, karena dari semua bilangan pokok yang mungkin untuk logaritma, pilihan yang
paling menguntungkan untuk bilangan pokok adalah bilangan e. Bilangan e adalah bilangan sedemikian sehingga
. Logaritma dengan bilangan pokok e disebut logaritma natural dan mempunyai lambang khusus
Stewart, 1998:
Untuk mengestimasi biaya untuk memproduksi karbon pada hutan tanaman jati, tahapan pelaksanaan yang dilakukan adalah:
a. menghitung besarnya biaya pembangunan hutan tanaman, mulai dari
kegiatan pembukaan lahan hingga menghasilkan positif pendapatan, b.
menghitung biaya produksi karbon, c.
membandingkan nilai hutan tanaman tanpa dan dengan karbon.
3.4 Pengolahan dan Analisis Data