Kelayakan Hutan Tanaman Jati Dengan dan Tanpa Karbon

sekali pada awal jangka proyek. Biaya monitoring dikeluarkan setiap tahun, selama jangka proyek karbon berjalan. Sedangkan biaya verifikasi dan sertifikasi dikeluarkan setiap 3 tahun, mulai umur 3 sampai 15 tahun. Kemudian setiap 5 tahun sampai dengan umur 30 tahun dan setiap 10 tahun setelah lebih dari 30 tahun. Harga karbon akan didekati dari biaya pembuatan hutan tanaman. Dari Tabel 5, terlihat bahwa karbon yang diserap oleh tanaman jati pada tahun ke-60 adalah sekitar 246,37 tonCha. Apabila biaya pembuatan hutan sekitar Rp 12.477.582; maka biaya untuk memproduksi karbon per ton adalah sekitar Rp. 50.645;70. Usaha pengembangan hutan tanaman jati ini baru mencapai nilai cashflow positive pada saat umur 12 tahun. Tabel 5. Biaya Pembuatan Hutan Tanaman dan Harga Karbon Uraian Biaya Pembuatan Rp.ha 12.477.582; Positif Penerimaan tahun 12 Biomassa Karbon tonCha 246,37 Harga Karbon RptonC 50.645;70

5.5 Kelayakan Hutan Tanaman Jati Dengan dan Tanpa Karbon

Lampiran 3 menunjukkan bahwa tanpa penambahan nilai karbon pembangunan hutan tanaman jati layak diusahakan, dengan NPV sebesar Rp. 42.623.810;, IRR sebesar 18,706185 dibulatkan 18, 71 dan BCR sebesar 4,00 per hektar. Komponen pendapatan didapatkan dari hasil tebang akhir daur dan penjarangan. Selain itu, komponen pendapatan juga berasal dari pembayaran jasa penjualan unit karbon melalui skema proyek CDM kehutanan yang dihitung berdasarkan dua pendekatan yang saat ini dianggap relevan, yaitu pendekatan Ton-year dan pendekatan T-CER Murdiyarso, 2003. Kedua pendekatan tersebut telah dijelaskan dalam Metodologi Penelitian. Tabel 6. Pengaruh Penambahan Nilai Karbon Terhadap NPV, IRR, dan BCR Kriteria Kelayakan Tanpa Karbon Dengan Karbon Pendekatan Ton-year Perubahan Pendekatan T-CER Perubahan NPV Rp.ha 42.623.810 58.730.780 37.79 40.336.870 -5.37 IRR 18.71 20.49 9.5 17.16 -8.28 BCR 4 3.73 -6.75 2.87 -28.25 Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh penambahan nilai karbon, yang ditunjukkan pada Tabel 6 terlihat bahwa penambahan nilai karbon tidak selalu meningkatkan nilai kriteria kelayakan. Hal ini tergantung pada pendekatan perhitungan CER yang digunakan dalam skema proyek CDM kehutanan. Apabila perhitungan CER menggunakan pendekatan Ton-year, maka nilai NPV akan meningkat dari Rp. 42.623.810; per hektar menjadi Rp. 58.730.780; atau meningkat sebesar 37,79. Peningkatan NPV ini dikarenakan, melalui pendekatan Ton-year maka pembayaran nilai jasa serapan karbon diterima setiap tahunnya, selama jangka proyek berjalan. Selain itu, nilai IRR juga meningkat dari 18,71 menjadi 20,49, atau meningkat sebesar 9,5. Akan tetapi, melalui pendekatan Ton-year, BCR menurun dari 4,00 menjadi 3,73, atau menurun sebesar 6,75. Penurunan nilai BCR tersebut dikarenakan rasio penambahan biaya untuk skema perdagangan karbon lebih besar daripada pendapatan total yang diterima dari proyek karbon. Apabila nilai karbon dihitung dengan pendekatan T-CER, maka terjadi penurunan nilai pada semua kriteria kelayakan. NPV turun dari Rp. 42.623.810; per hektar menjadi Rp. 40.336.870; atau turun sebesar 5,37. Penurunan nilai NPV ini dikarenakan, pembayaran nilai karbon hanya diterima pada tahun diadakannya verifikasi dan sertifikasi saja, yaitu setiap 3 tahun, mulai umur 3 sampai 15 tahun. Kemudian setiap 5 tahun sampai dengan umur 30 tahun dan setiap 10 tahun setelah lebih dari 30 tahun. Nilai IRR mengalami penurunan sebesar 8,28. Sedangkan BCR turun dari 4,00 menjadi 2,87, penurunan nilai BCR akibat penambahan nilai karbon melalui pendekatan T-CER ini, juga disebabkan karena peningkatan rasio biaya total skema karbon yang lebih besar daripada jumlah pendapatan yang diterima. Rincian mengenai cash flow dalam penambahan nilai karbon pada analisis finansial berdasarkan pendekatan Ton-year dan T-CER pada tingkat discount rate 9,6 dapat dilihat dalam lampiran 4 dan 5. Gambar 5 menunjukkan pengaruh penambahan nilai karbon terhadap NPV dan hubungannya dengan waktu penanaman. Gambar 5. Pengaruh Penambahan Nilai Karbon Terhadap NPV Discount Rate 9,6 Untuk mengetahui efek perubahan besarnya discount rate, pada analisis kelayakan finansial. Dilaksanakan perhitungan dengan discount rate sebesar 5 dan 15. Hasil perhitungan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Pengaruh Discount Rate Terhadap NPV, IRR, dan BCR Discount Rate Kriteria Kelayakan Tanpa Karbon Dengan Karbon Pendekatan Ton-year Perubahan Pendekatan T-CER Perubahan 5 NPV Rp.ha 265.342.410 319.889.380 20.56 264.182.740 -0.44 IRR 18.71 20.49 9.51 17.16 -8.28 BCR 14.23 10.76 -24.39 9.06 -36.33 9,6 NPV Rp.ha 42.623.810 58.730.780 37.79 40.336.870 -5.37 IRR 18.71 20.49 9.50 17.16 -8.28 BCR 4.00 3.73 -6.75 2.87 -28.25 15 NPV Rp.ha 6.909.260 12.214.530 76.78 4.594.410 -33.50 IRR 18.71 20.49 9.50 17.16 -8.28 BCR 1.57 1.71 8.90 1.27 -19.11 Keterangan: dibandingkan dengan perhitungan tanpa karbon Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa penambahan nilai karbon akan meningkatkan NPV secara signifikan apabila perhitungan CER menggunakan pendekatan Ton-year dengan discount rate 15. Penambahan nilai karbon dengan pendekatan T-CER, mengakibatkan penurunan nilai NPV, IRR, dan BCR pada semua tingkat discount rate. Hal tersebut menunjukkan bahwa, pendekatan perhitungan CER yang lebih cocok untuk proyek karbon pada hutan tanaman jati adalah pendekatan Ton-year. Rincian mengenai cash flow dalam penambahan nilai karbon pada analisis finansial berdasarkan pendekatan Ton-year dan T-CER pada tingkat discount rate 5 dapat dilihat dalam lampiran 7 dan 8, sedangkan untuk tingkat discount rate 15 dapat dilihat dalam lampiran 10 dan 11.

5.6 Perbandingan Dengan Hutan Tanaman Jati di Daerah Lain