Pada beberapa keadaan tertentu, deforestasi dan degradasi dapat dihentikan, atau setidaknya dikurangi dengan suatu tindakan perlindungan hutan
yang menyeluruh melalui penerapan kebijakan pengelolaan hutan lestari atau meningkatkan nilai ekonomi hasil hutan non-kayu serta pemanfaatan kawasan
hutan tanpa melibatkan penebangan, misal untuk tujuan wisata Soares-Filho et al., 2006. Menjaga hutan dari segala bentuk pemanenan kayu, umumnya akan
berakibat pada terjaganya atau bahkan peningkatan stok karbon hutan, tapi juga mengurangu pemenuhan kebutuhan akan kayu, lahan dan kebutuhan sosial
lainnya. IPCC, 2007 Pengurangan deforestasi dan degradasi hutan merupakan pilihan utama
dalam mitigasi pemanasan global. Biaya mitigasi pemanasan global melalui pengurangan deforestasi tergantung pada penyebab deforestasi tersebut, misal
eksploitasi kayu dan kayu bakar, konversi lahan menjadi lahan pertanian, serta pembangunan berbagai sarana dan prasarana IPCC, 2007
Berkaitan dengan mitigasi pemanasan global melalui pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, terdapat suatu mekanisme yang disebut dengan
REDD Reducing Emissions From Deforestation and Degradation in Developing Countries, mekanisme ini sedang dinegosiasikan untuk menggantikan mekanisme
dalam Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012. REDD merupakan mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif yang
bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan Kanninen et al., 2007.
2.1.2 Menjaga atau Meningkatkan Luas Hutan Melalui AforestasiReforestasi
Aforestasi dan reforestasi merupakan kegiatan konversi kawasan non- hutan menjadi kawasan hutan yang melibatkan manusia secara langsung, melalui
kegiatan penanaman. Dua istilah tersebut dibedakan berdasarkan atas seberapa lama kondisi kawasan non-hutan diberlakukan IPCC, 2007.
Menurut ketentuan yang digunakan dalam sektor kehutanan di bawah Joint Implementation JI, aforestasi merupakan kegiatan penghutanan kembali pada
lahan yang selama 50 tahun tidak berhutan. Sedangkan reforestasi merupakan
kegiatan penghutanan kembali pada lahan yang tidak berupa hutan sebelum tahun 1990 Murdiyarso, 2003.
2.1.3 Pengelolaan Hutan untuk Meningkatkan Stok Karbon Pada Tegakan dan Permukaan Tanah Stand and Landscape Level
Kegiatan pengelolaan hutan untuk meningkatkan stok karbon pada tegakan, mencakup sistem pemanenan yang tetap menjaga tutupan hutan,
meminimalisir hilangnya bahan-bahan organik serasah dan karbon tanah, dengan cara mengurangi laju erosi tanah dan menghindari pembakaran serasah
serta kegiatan yang dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca lainnya ke udara. Penanaman setelah pemanenan dengan permudaan alami dapat mempercepat
pertumbuhan pohon dan mengurangi laju hilangnya karbon. Manfaat potensial dari rosot karbon dapat hilang apabila terjadi peningkatan penggunaan pupuk
kimia yang dapat melepaskan emisi N
2
O dalam jumlah besar ke dalam tanah IPCC, 2007.
2.1.4 Meningkatkan Stok Karbon di Luar Tegakan Off-site yang
Tersimpan Dalam Produk-produk Kayu dan Turunannya, Serta Subtitusi Bahan Bakar
Produk-produk kayu yang didapat dari hutan yang dikelola secara lestari ditujukan untuk menjaga batas ketahanan stok karbon hutan. Pemanenan dapat
dilakukan dengan jumlah sama dengan atau kurang dari riap tahunan tegakan. Pembatasan jumlah pemanenan kayu tersebut bertujuan agar stok karbon pada
tegakan dapat terjaga, atau bahkan meningkat IPCC, 2007. Jangka waktu simpanan karbon dalam produk kayu berkisar dari beberapa
hari misal, biofuels hingga bertahun-tahun misalnya, rumah dan furnitur lamanya. Produk-produk dari kayu mampu menggantikan bahan-bahan yang
proses pembuatannya memerlukan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, seperti besi, baja, alumunium dan plastik, yang mengakibatkan penurunan emisi secara
signifikan IPCC, 2007.
2.2 Biomassa dan Rosot Karbon 2.2.1 Biomassa