Perbandingan Dengan Hutan Tanaman Jati di Daerah Lain Perbandingan Dengan Hutan Tanaman Jenis Lain

pendekatan T-CER, mengakibatkan penurunan nilai NPV, IRR, dan BCR pada semua tingkat discount rate. Hal tersebut menunjukkan bahwa, pendekatan perhitungan CER yang lebih cocok untuk proyek karbon pada hutan tanaman jati adalah pendekatan Ton-year. Rincian mengenai cash flow dalam penambahan nilai karbon pada analisis finansial berdasarkan pendekatan Ton-year dan T-CER pada tingkat discount rate 5 dapat dilihat dalam lampiran 7 dan 8, sedangkan untuk tingkat discount rate 15 dapat dilihat dalam lampiran 10 dan 11.

5.6 Perbandingan Dengan Hutan Tanaman Jati di Daerah Lain

Penelitian mengenai peranan penyerapan karbon dalam meningkatkan kelayakan usaha hutan tanaman jati juga pernah dilaksanakan di KPH Saradan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur oleh Ginoga et al. 2005. Dari hasil penelitian tersebut, dilaporkan bahwa dengan kondisi tanah yang relatif kurang subur, pada akhir daur 60 tahun, jati menghasilkan karbon per hektar berturut- turut sebesar 348,08 tonCha menggunakan metode Brown 1997 dan 520,46 tonCha menggunakan metode perhitungan yang dirumuskan dari Vademicum Kehutanan 1976. Perkiraan harga karbon berdasarkan pembuatan hutan tanaman per ton sebesar Rp. 22.194. Ditambahkannya nilai karbon telah meningkatkan kelayakan hutan tanaman yang diindikasikan dengan meningkatnya IRR sebesar 2 dan NPV sebesar 73, dengan discount rate yang dipakai sebesar 15 Ginoga et al., 2005. Sedangkan berdasarkan penelitian ini, yang dilaksanakan di BKPH Subah, KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dapat dilaporkan bahwa pada akhir daur 60 tahun, jati menghasilkan karbon per hektar berturut-turut sebesar 246,37 tonCha menggunakan metode Buvaneswaran et al. 2006 dan 254,47 tonCha menggunakan metode perhitungan yang dirumuskan dari Vademicum Kehutanan 1976. Perkiraan harga karbon berdasarkan pembuatan hutan tanaman per ton sebesar Rp. 50.645;70. Berdasarkan analisis kelayakan finansial dengan discount rate sebesar 15, ditambahkannya nilai karbon dengan pendekatan Ton- year, telah meningkatkan NPV sebesar 76,78 dan IRR sebesar 9,50.

5.7 Perbandingan Dengan Hutan Tanaman Jenis Lain

Sebagai perbandingan dengan penelitian mengenai peranan karbon dalam peningkatan kelayakan usaha hutan tanaman jenis lain, akan digunakan penelitian tentang peranan karbon dalam peningkatan nilai ekonomi di hutan tanaman Acacia mangium di Sumatera Selatan oleh Ginoga et al. 2003. Penelitian tersebut dilaksanakan di hutan tanaman industri di daerah Subanjeriji dan Gemawang. Metode pendugaan karbon menggunakan model alometrik biomassa Brown 1997 dan Vademikum Kehutanan 1976. Discount rate yang digunakan sebesar 15 untuk suku bunga private analisis finansial dan untuk suku bunga sosial analisis ekonomi sebesar 20. Dari hasil penelitian tersebut, dilaporkan bahwa dengan kondisi tanah relative kurang subur, pada akhir daur 8 tahun, Acacia mangium menghasilkan karbon per hektar berturut-turut sebsar 240,8 tonCha Brown, 1997 dan 231,4 tonCha Vademikum Kehutanan, 1976. Perkiraan biaya karbon per ton sebesar Rp. 29.700; dan Rp. 27.500; dihitung berdasarkan pembuatan hutan tanaman secara manual dan mekanik. Ditambahkannya nilai karbon meningkatkan IRR perusahaan sebesar 5-8 sedangkan NPV sebesar 20-52 Ginoga et al., 2003. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian ini, maka jumlah karbon yang dihasilkan oleh Acacia mangium per hektar pada akhir daur 8 tahun sebesar 240,8 tonCha Brown, 1997 dan 231,4 tonCha Vademikum Kehutanan, 1976 lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh hutan tanaman jati pada akhir daur 60 tahun yang hanya sebesar 246,37 tonCha menggunakan metode Buvaneswaran et al. 2006 dan 254,47 tonCha menggunakan metode perhitungan yang dirumuskan dari Vademicum Kehutanan 1976. Namun apabila dilihat dari segi lamanya daur untuk menghasilkan jumlah serapan karbon tersebut, hutan tanaman lebih unggul, karena membutuhkan waktu yang jauh lebih cepat 8 tahun. Dari segi peningkatan kelayakan perusahaan. Jumlah peningkatan NPV jauh lebih besar pada hutan tanaman jati, dengan kisaran peningkatan NPV mencapai 76,78, dan IRR sebesar 9,50.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN