Latar Belakang Populasi larva dan banyaknya lubang gerek Xystrocera festiva Pascoe pada berbagai umur tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu aset yang memiliki fungsi, manfaat dan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Hutan bisa menghasilkan produk-produk dalam bentuk kayu maupun non kayu. Bagi manusia, produk- produk ini dieksplorasi dan dikelola secara lestari demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hutan di Indonesia selain memberikan potensi alam yang besar bagi pembangunan nasional namun juga dituntut untuk tetap lestari. Hasil hutan yang dieksploitasi secara besar-besaran ialah kayu. Kebutuhan kayu bagi kelangsungan hidup manusia sangat tinggi. Padahal, bila penebangan dilakukan terus menerus maka laju permudaan hutan akan lebih lambat bila dibandingkan laju penebangan. Salah satu solusi yang telah ditetapkan sejak zaman orde baru ialah pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI. Pembangunan HTI ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama kebutuhan kayu dan juga untuk upaya menjamin kelestarian hutan. HTI biasanya dibangun pada lahan-lahan kritis, sehingga dapat memanfaatkan lahan-lahan yang tadinya belum terolah karena kondisi fisik, biologi, dan kimia tanah yang kritis, juga pada lahan-lahan marginal, padang alang-alang dan lain-lain. Pemilihan jenis pohon pada lahan HTI harus dilakukan dan diperhatikan dengan benar. Dengan kata lain suatu jenis pohon akan terpilih apabila memenuhi pertimbangan ekologi, ekonomi dan faktor-faktor lain yang dapat memberikan hasil yang diinginkan, seperti daur hidupnya singkat, kisaran tumbuh luas,dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka salah satu jenis pohon yang bisa memenuhi syarat ialah sengon Paraserianthes falcataria. Sengon merupakan jenis pohon yang daur hidupnya cukup singkat bisa bermanfaat dalam banyak hal seperti untuk industri pulp dan kertas, papan partikel, papan serat, sumber bahan baku untuk kontruksi bangunan, dan bisa juga sebagai kayu bakar Anonim, 2006. Jenis sengon kini mulai dimanfaatkan dan dianjurkan sehingga banyak HTI yang menanam jenis ini. Serangan hama merupakan salah satu permasalahan umum yang sering menyerang HTI. Untuk HTI sengon, serangan hama yang sering dilaporkan ialah hama penggerek batang Xystrocera festiva Pascoe. Coleoptera; Cerambycide. Serangan ini menimbulkan kerugian paling besar pada tegakan sengon. Hama ini banyak dikenal dengan boktor sengon, wowolan, atau uter-uter. Setelah melakukan perkawinan kumbang betinanya akan melakukan peletakan telur secara berkelompok dan jumlah telur bisa mencapai sekitar 169 butir Matsumoto dan Irianto, 1998. Berdasarkan tahap-tahap hidup dari telur sampai imago, maka fase larva merupakan yang paling merusak yaitu memakan kulit bagian dalam dan bagian luar dari kayu gubal, membentuk saluran-saluran sedalam 0.5 mm dan ketika akan jadi pupa, akan menggerek ke dalam kayu dan membelok ke atas. Besarnya kerusakan yang ditimbulkan diperngaruhi oleh banyaknya larva yang ada dalam setiap pohon atau dalam satuan per hektar. Oleh karena itu, populasi larva dalam tegakan perlu untuk diketahui. Dari hasil pengamatan di lapangan ternyata hanya ada satu larva dalam satu lubang gerek. Lubang-lubang gerek tersebut menimbulkan permasalahan dari segi biologi dan fisiologi pohon dan kerugian ekonomis. Sehubungan dengan kerugian-kerugian tersebut, maka pengukuran jumlah larva dan jumlah lubang gerek pada berbagai umur tegakan sengon perlu dilakukan. Kegiatan ini akan memberikan output data seperti jumlah lubang gerek dan larva pada berbagai umur di tegakan sengon yang dapat memberikan informasi baru mengenai umur sengon yang mendapat serangan hama yang paling besar sehingga pada umur tersebut dapat ditentukan pengendalian yang paling tepat dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kondisi pohon yang terserang tersebut.

B. Tujuan Penelitian