Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Daun sengon dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Akarnya dapat membuat tanah di sekitarnya menjadi lebih subur karena
sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas
tanah dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah Anonim, 2006. Kayu sengon dapat dimanfaatkan untuk industri kayu pertukangan dan peti
kemas Atmosuseno, 1998. Selain itu, sengon banyak digunakan oleh penduduk di daerah Jawa Barat sebagai bahan baku kayu untuk membuat perumahan, papan
serat, papan partikel dan juga kayu bakar Martawijaya et al, 1989.
B. Tinjauan umum Xystrocera festiva Pascoe
1. Klasifikasi Serangga
Hama utama tegakan sengon ini merupakan hama penggerek kulit dan batang, termasuk ke dalam :
Ordo : Coleoptera
Famili :
Cerambycidae Genus
: Xystrocera
Spesies : Xystrocera festiva
Nama daerah : Boktor sengon, Wowolan, Uter-uter
2. Daerah penyebaran, pohon inang dan populasi
Survei yang dilakukan pada awal tahun 60-an menunjukkan bahwa hama ini telah tersebar di seluruh tegakan sengon di Pulau Jawa, mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian ±1000 meter dpl, di daerah berilkim basah maupun kering Notoatmodjo, 1963. Di luar Pulau Jawa, hama ini terdapat di Pulau
Kalimantan dan Sumatera. Hama ini juga menyerang sengon di Malaysia dan Filipina. Di Indonesia bagian timur, yaitu di Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya
serta Kepulauan Nusa Tenggara belum ditemukan adanya serangan boktor pada tanaman sengon.
Pohon inang yang biasa diserang ialah Sengon, pohon inang lainnya ialah : Albizia chinensis, Albizia lebbeck, Albizia sumatrana dan Pithecolobium jiringa,
dll Husaeni, 2001. Menurut Tarumingkeng 1992, populasi adalah sehimpunan individu atau
kelompok individu suatu jenis makhluk hidup yang tergolong dalam satu spesies atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis
yang bersangkutan, dan pada suatu waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Adapun sifat-sifat khas yang dimiliki oleh suatu populasi
adalah kerapatan densitas, laju kelahiran natalitas, laju kematian mortalitas, sebaran distribusi umur, potensi biotik, sifat genetik, perilaku dan pemencaran
dispersi.
3. Morfologi, Biologi dan Siklus Hidup Serangga .
Telur berbentuk lonjong berukuran 2x1 mm, mula-mula berwarna hijau- kuning dan setelah tua, warnanya kuning dan keras. Telur diletakkan
mengelompok, satu sama lain dilekatkan oleh perekat yang tidak berwarna. Kelompok-kelompok telur biasanya terdapat pada bekas patahan cabang atau
retakan-retakan kulit bekas serangan Natawiria, 1973. Menurut Suharti et. al. 1993, letak telur dengan yang lain berkelompok dengan jumlah sekitar 41-237
butir. Stadium telur adalah 28-32 hari dengan rata-rata 30 hari Larva yang baru menetas berbentuk silindris, berwarna putih kotor,
kekuning-kuningan. Larva dewasa mempunyai panjang sampai 5,2 cm. Larva yang baru menetas secara berkelompok menggerek kulit batang hingga akhirnya
mencapai bagian kayu. Serangan awal ditandai dengan terjadinya perubahan pada warna kulit batang dari putih keabuan menjadi merah kecoklatan. Warna tersebut
disebabkan oleh adanya serbuk gerek yang berasal dari kulit batang. Sebagian besar kehidupan larva berlangsung pada kayu gubal.
Pupa berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran 30x10 mm. Kumbang X. festiva aktif pada waktu senja. Di laboratorium Entomologi Pusat
Litbang Hutan Bogor, kumbang keluar mulai pukul 18.00 sedangkan di Malang kumbang keluar mulai pukul 16.00. Kumbang berwarna coklat kekuning-
kuningan agak mengkilap, di bagian pinggir dari elytra dan sekeliling pronotum
terdapat garis lebar yang berwarna hijau kebiruan yang mengkilap. Menurut Notoatmodjo 1963 waktu perkawinan dan bertelur terjadi beberapa jam setelah
kumbang keluar. Waktu bertelur hanya terjadi dalam satu hari dan kebanyakan kumbang hanya bertelur sampai 2 kali dalam waktu 2-8 hari. Umur kumbang
betina rata-rata 2-5 hari dan kumbang jantan rata-rata 7 hari. Siklus hidup X. festiva lebih kurang 6 bulan Natawiria, 1973.
Kumbang boktor tidak dapat terbang jauh, satu kali terbang hanya mencapai jarak 3-4 m, dengan ketinggian terbang 0,5-1 m tetapi kadang-kadang
mencapai 2 m. Untuk mencapai jarak yang jauh ia harus terbang beberapa kali. Penyebaran ke tempat yang lebih jauh dibantu oleh tiupan angin. Oleh karena itu,
serangan hama ini pada pohon sengon terjadi pada pohon-pohon yang tumbuh berdekatan dan kadang-kadang satu pohon mendapat serangan beberapa kali
Natawiria, 1973.
4. Cara Penyerangan dan Aspek-Aspek Serangan