CD Interaktif Kerangka Berpikir

manusia sebagai animal symbolycum menurut Soeyoeti 1997 dalam Rachman 2003:150. Hasil-hasil yang dicapai kegiatan ilmu terapan dapat ditransformasikan kedalam bentuk pengembangan, berupa pengolahan bahan, penciptaan peralatan, penentuan langkah kegiatan dan juga cara-cara pelakasanaan yang ditempuh untuk mengahsilkan sesuatu sesuai dengan tuntutannya. Bentuk pengembangan ini yang disebut teknologi, sehingga banyak kesepakatan para ilmuwan yang menyebut teknologi sebagai penerapan ilmu. Jadi teknologi adalah penerapan ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu. Rachman, 2003:153. Pada penelitian ini, berbasis teknologi yang dimaksud adalah penerapan konsep matematika didalam dehidupan sehari-hari. Atau penerapan konsep matematika didalam mata pelajaran lainnya. Contoh saja penerapan matematika pada alat-alat elektronika atau ilmu fisika.

E. CD Interaktif

Compack Disk adalah salah satu bentuk multimedia yang merupakan kombinasi antara beberapa media: teks, gambar, video, dan suara sekaligus dalam tayangan tunggal Wibawanto, 2004. Pada pembelajaran ini dikemas dalam CD Interaktif. Salah satu media pembelajaran yang dirancang dan didesain dengan menggunakan teknologi Computer Base Learning CBL dan bertumpu pada penggunaan potensi multimedia teks, gambar, dan animasi sehingga dapat meningkatkan performa serta kualitas pembelajaran berdasarkan pendekatan teori multiple intelligence . Dengan media ini, siswa tidak harus mengandalkan pertemuan di kelas sebagai satu-satunya momen yang dapat diharapkan memberikan pemahaman dasar terhadap setiap pelajaran di sekolahnya. Dengan CD interaktif siswa dapat mengulang pelajaran dimana dan kapan saja. Jadi CD interaktif adalah suatu alat multimedia berupa keping CD yang dapat digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat interaktifitas sehingga siswa melakukan pembelajaran aktif baik melalui penjelajahan materi maupun dengan mengerjakan latihan-latihan yang disediakan. Latihan yang disediakan dibuat sedemikian sehingga mengharuskan siswa terlibat secara aktif dalam menjawab soal-soal baik melalui pilihan, mengisi jawaban, dan sebagainya.

F. Model Pembelajaran

Pada model pembelajaran yang akan di gunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kelompok dengan pendekatan metakognitif pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang digunakan pada kelas kontrol. Adapun penjelasan kedua model pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Model pembelajaran kelompok dengan pendekatan metakognitif Pembelajaran kelompok dengan pendekatan metakognitif adalah model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Menurut Piaget Depdiknas, 2004 bahwa interaksi antar teman merupakan suatu mekanisme kunci untuk menanggulangi keterpusatan diri sendiri. Interaksi antar siswa penting untuk mengkonstruksi pengetahuan matematis, mengembangkan kompetensi pemecahan masaalah dan penalaran, mendorong rasa percaya diri, dan memperoleh keterampilan sosial Depdiknas, 2004. Adapun manfaat belajar kooperatif ini dapat membantu mengembangkan: a pengetahuan matematis; b pemecahan masalah dan penalaran; c kepercayaan diri; d keterampilan sosial dan keterampilan komunikasi Jacob, 2002. Rogers dalam Roestiyah, 2000:24 menyarankan dalam pembelajaran guru perlu mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompokorang lain. Dengan bekerja kelompok dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau dan mampu menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Adapun fase-fase pada pembelajaran kelompok pada penelitian ini adalah seperti dikemukakan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1. Sintaks model pembelajaran kelompok dengan pendekatan metakognitif FASE - FASE PERILAKU GURU Fase I Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi Fase II Menyajikan informasi Fase III Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase IV Membimbing kelompok-kelompok belajar Instruksi guru kepada siswa : 1. Setiap kelompok mempelajari materi yang ada di dalam CD interaktif dan buku peganganbuku paket. 2. Siswa menulis pertanyaan yang dikumpulkan kepada guru untuk di bahas pada saat diskusi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi dan lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. - Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. - Guru melakukan pengamatan kepada kerja siswa bagaimana keaktifan dan ketrampilan proses yang dimiliki siswa dalam 3. Masing – masing kelompok. mempresentasikan hasil kerjanya. Fase V Evaluasi Fase VI Memberikan penghargaan menyelesaikan tugas. - Guru memberikan tanggapan atas pertanyaan dari siswa. - Setelah selesai diskusi guru menyimpulkan dan memberikan beberapa contoh aplikasi dari geometri dalam kehidupan sehari- hari Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari. Guru memberikan hadiah kepada individukelompok yang bekerja keras

2. Model pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan pengajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah Tim MKPBM, 2001:214. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Adapun fase-fase pada pembelajaran konvensional pada penelitian ini adalah seperti dikemukakan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2. Sintaks pengajaran konvensional FASE - FASE PERILAKU GURU Fase I Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase II Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan. Fase III Membimbing pelatihan Fase IV Mengecek Pemahaman dan Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap memberikan umpan balik Fase V Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan terhadap situasi yang lebih kompleks dari kehidupan sehari-hari.

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan Riduan, 2004:25. Matematika adalah pelajaran yang ditakuti oleh sebagian besar siswa. Untuk itu guru harus pandai-pandai menyajikan pembelajaran agar siswa termotivasi untuk menyenangi matematika dan aktif untuk mengikuti pembelajaran matematika. Guru dan proses pembelajaran di kelas pada dasarnya adalah kegiatan pengajaran. Meningkatnya mutu pendidikan di sekolah salah satu di antaranya dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh keefektivan pembelajaran. Inti dari proses pembelajaran adalah efektivitasnya. Tingkat efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku guru dan perilaku siswa. Perilaku guru yang efektif antara lain mengajar dengan jelas, menggunakan variasi model pembelajaran, menggunakan variasi sumber belajar menggunakan CD interaktif, antusiasme, memberdayakan siswa, menggunakan konteks lingkungan sebagai sarana pembelajaran, menggunakan jenis penugasan, dan pertanyaan yang membangkitkan daya pikir dan keingintahuan. Sedangkan perilaku siswa mencakup antara lain motivasisemangat belajar, keseriusan, perhatian, pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latihan, dan sikap belajar yang positif. Jika siswa aktif dalam pembelajaran dan terampilan dalam mengerjakan soal-soal yang dibangun oleh kesadaran dan kemampuan berfikirnya sendiri, maka pembelajaran dengan pendekatan metakognitif akan terbentuk pada diri siswa. Diharapkan dengan demikian siswa akan melakukan pembelajaran dengan efektif, dan dari efektivitas pembelajaran tadi akan dicapai prestasi belajar yang baik. Dalam penelitian ini proses pembelajaran pada kelas eksperimen diawali dengan pemberian tugas terstruktur pada tiap-tiap kelompok. Masing-masing kelompok diberi materi berbeda-beda yang sudah ditentukan oleh guru dan diberi CD interaktif sebagai tambahan pustaka dalam menyelesaikan tugas. Di dalam CD interaktif, ada soal-soal yang harus dapat diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Melalui tugas tersebut, siswa akan mengembangkan pola berpikirnya dengan cara mengatur strategi agar tugas dapat selesai dengan baik. Karena tugasnya akan dipresentasikan didepan kelas, maka secara naluri siswa akan antusias untuk menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Karena antusias tadi, keaktifan dan keterampilan proses siswa dalam menyelesaikan tugas serta dalam diskusi kelompok akan tumbuh. Setelah pembelajaran selesai, guru akan menyimpulkan dari hasil diskusi dan memberikan beberapa contoh aplikasi dari materi geometri didalam kehidupan sehari-hari atau aplikasi di dalam mata pelajaran lain. Dari kesimpulan yang disampaikan oleh guru tadi akan menambah kefahaman siswa pada pelajaran.

H. Hipotesis