VI. KONDISI UMUM INDUSTRI TIMAH DI PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
6.1. Kegiatan Penambangan
• Sistem kinerja penambangan. Suatu hal yang berbeda dengan kegiatan industri yang umum letaknya
tetap, maka kegiatan penambangan timah selalu berpindah-pindah. Masa kegiatan penambangan ditentukan oleh besarnya kandungan timah yang ada, akan tetapi
besarnya kandungan timah yang terdapat pada suatu tempat tidak dapat diketahui secara pasti.
Cara yang paling efektif adalah melakukan pengeboran pada lapisan atas tanah hingga tanah koral secara bertahap hingga menemukan pasir yang
mengandung timah. Jika pengeboran telah mencapai tanah putih atau tanah koral maka dapat dipastikan di lokasi tersebut tidak terdapat kandungan timah.
Sehingga semakin banyak timah yang terkandung pada suatu tempat maka semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan penambangan.
Dalam pengoperasian kegiatan penambangan, setiap waktu bergerak maju hingga timah yang terkandung dalam lokasi tersebut habis. Apabila kandungan
timah di lokasi tersebut telah habis, maka kegiatan penambangan dialihkan ke lokasi lain. Hal ini menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang serius.
• Kepemilikan modal Modal adalah jumlah dana yang dipakai untuk menjalankan suatu usaha.
Modal yang digunakan bervariasi, besar kecilnya modal tergantung pada luas area
penambangan, kedalaman, serta jarak antara sumber air dengan area penambangan. Semakin luas area penambangan maka alat-alat yang digunakan
pada usaha TI juga semakin banyak. • Penggunaan Biaya Bahan Bakar
Penggunaan bahan bakar pada usaha TI adalah bahan bakar solar. Banyaknya solar yang digunakan tergantung pada besarnya kapasitas mesin yang
digunakan dan jam kerja yang ditetapkan. Semakin besar kapasitas mesin yang digunakan atau semakin lama jam kerja yang ditetapkan dalan satu hari maka
semakin banyak solar yang dibutuhkan. Bahan bakar diperoleh atas usaha sendiri yaitu membeli kepada penjual bahan bakar industri yang berada di daerah
tersebut. Tabel 6.1. Biaya penggunaan Bahan Bakar
Penggunaan Bahan bakar Rphari Frekuensi
Persentase Rp. 100.000 – Rp. 200.000
24 80
Rp. 200.000 – Rp. 400.000 5
16.67 Rp. 400.000
1 3.33
Sumber : Data Primer 2007
Berdasarkan Tabel 6.4., biaya penggunaan bahan bakar dalam usaha TI terbesar berkisar antara Rp. 100.000 – Rp. 200.000 yaitu sebanyak 24 usaha TI
80 persen dan biaya penggunaan bahan bakar dalam usaha TI terkecil Rp. 500.000 yaitu hanya 1 usaha TI 3.33 persen.
• Produktivitas perolehan timah Hal lain yang berpengaruh terhadap besar kecilnya upah yang diterima
para kekerja penambang TI adalah produktivitas perolehan timah. Produktivitas perolehan timah berkisar antara 15 hingga 50 kg per hari. Produktivitas perolehan
timah dalam usaha TI juga mempengaruhi upah pekerja. Semakin banyak timah
yang diperoleh, maka upah yang diterima pun akan semakin meningkat mengingat pembayaran upah pekerja TI berdasarkan penetapan harga timah oleh pemilik per
kilogram yang berkisar antara Rp. 7000 hingga Rp. 15.000 per kg. Produktivitas perolehan timah tergantung pada kandungan timah yang terdapat pada suatu area
dan luas lahan penambangan. Jika dalam suatu area terdapat kandungan timah yang tinggi maka dapat dipastikan timah yang diperoleh besar dan secara tidak
langsung lahan penambangan juga semakin dalam bahkan meluas sehingga upah yang diterima pekerja para penambang TI juga meningkat..
• Harga Timah Perolehan timah diklasifikasikan menurut kualitasnya. Kualitas timah yang
baik adalah timah yang berbentuk kerikil, semakin besar kerikil timah yang diperoleh maka harga jual timah akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin
halus pasir timah yang diperoleh, maka semakin rendah harga jual yang ditetapkan.
Tabel 6.5. Harga Timah Harga timah Rpkg
Frekuensi Persentase Rp. 30.000 – Rp. 33.000
3 10
Rp. 33.000 – Rp. 37.000 25
83.33 Rp. 37.000
2 6.67
Sumber : Data Primer, diolah 2007
Berdasarkan tabel 6.5., penetapan harga timah terbesar berkisar antara Rp. 33.000 – Rp. 37.000 sebanyak 25 usaha TI 83.33 persen dan terkecil berada
pada harga lebih dari Rp. 37.000 sebanyak 2 usaha TI 6.67 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas usaha TI di Kecamatan Belinyu Kabupaten
Bangka Prop. Kep. Bangka Belitung memperoleh timah dengan kualitas sedang.
• Sistem Pengupahan Para pemilik TI melakukan kegiatan penambangan menggunakan tenaga
kerja diluar keluarga bahkan banyak tenaga kerja yang berasal dari luar pulau Bangka. Sistem pengupahan dalam usaha TI ini adalah system upah harian.
Namun system pembayaran upah dalam usaha TI sedikit berbeda dengan system upah buruh pekerja biasa. Upah yang diterima pekerja usaha TI berdasarkan hasil
perolehan timah yang diperoleh dalam satu hari dikalikan dengan penetapan harga timah per kilogram oleh pemilik TI. Biasanya upah pekerja per kilogram berkisar
antara Rp. 5000 hingga Rp. 15.000. Penetapan upah pekerja per kilogram berdasarkan atas kualitas timah yang diperoleh. Dengan kualitas timah yang baik
maka akan meningkatkan harga jual timah kepada tengkulak, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya upah pekerja.
• Distribusi Penjualan timah Hasil perolehan timah dalam satu hari oleh pemilik TI dijual kepada
tengkulak kecil atau sering disebut sebagai kolektor. Hasil penambangan timah akan ditimbang dan diklasifikasikan kualitas timahnya oleh kolektor. Kolektor
yang berbentuk badan hukum CV akan menetapkan harga timah sesuai dengan kualitas timah yang diperoleh dan berat hasil penimbangan. Setelah terjadi
pembelian timah dari pemilim TI, kemmudian kolektor akan memproses timah tersebut dalam tahap pengeringan selama beberapa hari. Kolektor kemudian akan
menjual hasil timah yang telah dikeringkan pada smelter usaha industri logam timah setelah hasil pembelian timah oleh kolektor lebih dari 80 kg.
Pada industri logam timah yang berpusat di Kota Pangkal Pinang, akan dilakukan pengolahan timah lanjutan yaitu peleburan timah hingga pembentukan
logam timah yang biasanya berbentuk batangan. Hasil pengolahan smelter akan dijual mitra kerja seperti PT Timah tbk. Rendahnya harga beli dan sulitnya ijin
untuk membuka smelter menyebabkan banyak smelter yang ditutup pada tahun 2006, hingga hanya tersisa 13 smelter Sigi, 2007. Hal ini menyebabkan
banyaknya penyelundupan ke luar negeri mengingat harga jual timah lebih tinggi dibandingkan harga jual domestik.
6.1. Bagan alur Distribusi Penjualan Timah
6.2. Dampak lingkungan usaha TI