Mortalitas Serangga Imago Sitophilus zeamais

31 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kontrol 160 240 480 720 Daya Watt M o rt a li ta s Pemanasan 60 detik Pemanasan 90 detik Pemanasan 120 detik Perbedaan kadar air awal mengakibatkan perbedaan selisih penurunan kadar air kadar air setelah perlakuan dikurangi kadar air kontrol. Pada perlakuan daya 720 Watt dengan waktu 120 detik, Fitriyah 2005 dengan kadar air awal 13.67 mencapai selisih penurunan kadar air 3.67 , Sandewi 2005 dengan kadar air awal 13.81 mencapai selisih penurunan kadar air 3.46 dan pada hasil penelitian ini, dengan kadar air awal 15.75 mencapai selisih penurunan kadar air sebesar 3.44 . Hal ini disebabkan perbedaan tekanan uap dalam dan luar bahan dipengaruhi oleh suhu bahan. Sedangkan suhu bahan dipengaruhi oleh kadar air awal. Hasil ini sesuai dengan pembahasan kenaikan suhu akibat perlakuan daya dan waktu oven gelombang mikro. Hasil Uji duncan menunjukkan bahwa daya dan waktu berpengaruh nyata terhadap kadar air beras dengan nilai kurang dari 5 .

B. Mortalitas Serangga Imago Sitophilus zeamais

Perlakuan daya dan waktu oven gelombang mikro dapat menyebabkan variasi prosentase mortalitas Sitophilus zeamais gambar 17. Gambar 17. Pengaruh perlakuan daya dan waktu oven gelombang mikro terhadap mortalitas Sithopilus zeamais 32 Histogram menunjukkan bahwa semakin besar daya dan waktu perlakuan, maka semakin besar pula prosentase mortalitas Sithopilus zeamais. Pada perlakuan kontrol, mortalitas Sithopilus zeamais adalah 0 . Hal ini karena suhu lingkungan mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan hama yaitu 27 o C. Mortalitas Sithopilus zeamais mencapai 100 pada daya 480 Watt dalam 120 detik serta daya 720 Watt dalam waktu 90 detik dan 120 detik. Pada hasil penelitian Sandewi 2005 yang menggunakan hama Sithopilus zeamais dan jagung sebagai media, mortalitas mencapai 100 pada daya 480 Watt dengan waktu 60 detik. Perbedaan nilai mortalitas disebabkan nilai kadar air awal yang berbeda. Dengan kadar air awal 13.82 pada jagung yang digunakan oleh Sandewi 2005, mempunyai nilai mortalitas yang lebih besar dari kadar air awal beras 15.75 pada daya dan waktu perlakuan yang sama. Dengan kadar air lebih besar, intensitas tumbukan antar molekul dan suhu bahan semakin rendah sehingga nilai mortalitas lebih kecil. Perbedaan nilai kadar air pada perlakuan daya dan waktu yang sama bisa juga diakibatkan oleh tumpukan bahan yang tidak sama tinggi. Safitri 2005 menyatakan bahwa ketebalan bahan berpengaruh terhadap kadar air bahan. Dengan perlakuan daya dan waktu oven gelombang mikro yang sama, ketebalan bahan yang lebih tinggi akan menghasilkan kadar air yang lebih besar dan sebaliknya. Hasil uji duncan menunjukkan bahwa daya dan waktu berpengaruh nyata terhadap mortalitas Sithopilus zeamaisdengan nilai kurang dari 5 . Hal ini disebabkan temperatur dan kadar air berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Sitophilus sp dan Rhyzopertha dominica. Sitophilus sp mampu berkembang lebih cepat pada kisaran 17-35 o C dan kadar air yang lebih tinggi dari 11 Hill, 1987. Serangga juga merupakan hewan berdarah dingin poikiloterm, temperatur tubuh mereka akan mengikuti udara tempat mereka hidup. Oleh karena itu temperatur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap serangga hama gudang Sunjaya dan Widayanti, 2006. 33 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kontrol 160 240 480 720 Daya watt M o rt a li ta s Pemanasan 60 detik Pemanasan 90 detik Pemanasan 120 detik Mortalitas Sitophilus zeamais akibat perlakuan daya dan waktu oven gelombang mikro tanpa beras gambar 18. Gambar 18. Pengaruh perlakuan daya dan waktu oven gelombang mikro terhadap mortalitas Sithopilus zeamais tanpa beras Pada histogram menunjukkan bahwa prosentase mortalitas lebih besar pada perlakuan tanpa beras. Mortalitas Sithopilus zeamais mencapai 100 pada daya 240 Watt dalam waktu 60 detik. Sedangkan pada perlakuan dengan beras, mortalitas 100 dicapai pada daya 480 Watt selama 120 detik. Sithopilus zeamais akan semakin cepat mengalami kenaikan suhu tubuh karena gelombang mikro langsung berinteraksi dengan molekul air H 2 O yang terdapat dalam ikatan molekul protein ataupun kitin penyusun tubuh Sithopilus zeamais. Ketika suhu tubuh berubah dan tidak sesuai dengan kondisi optimal, maka prosentase mortalitas Sithopilus zeamais akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan pertumbuhan populasi Sitophilus sp dan Rhyzopertha dominica dipengaruhi temperatur dan kadar air. Sitophilus sp mampu berkembang lebih cepat pada kisaran suhu 17-35 o C dan kadar air yang tinggi yaitu lebih besar dari 11 Hill, 1987. Sithopilus zeamais memiliki bagian tubuh berupa rongga-rongga yang diselimuti cairan darah hemolimfa, rongga tubuh semacam ini disebut hemocoel, di tengah hemocoel terdapat saluran pencernaan makanan yang berbentuk tabung. Serangga memiliki sistem peredaran darah terbuka, yaitu darah dialirkan tidak melalui 34 57 o C 55 o C 50 o C 46 o C 41 o C 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kontrol 10 15 20 25 30 Waktu Menit M o rt a li ta s pembuluh tertutup tetapi langsung menggenangi rongga tubuh. Setiap organ tubuh serangga tersusun oleh sel dimana protein merupakan bahan penyusun di seluruh bagian sel tubuh mulai kutikula hingga inti selnya. Pada kutikula serangga, zat penyusun terbesar adalah protein Chapman, 1998. Dengan protein sebagai penyusun bagian tubuh, menyebabkan serangga mudah mati akibat pemanasan. Hal tersebut disebabkan susunan molekul protein akan mengalami perubahan yang tidak dapat kembali seperti semula atau disebut koagulasi. Apabila terjadi koagulasi, maka setiap komponen penyusun tubuh serangga tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kematian. Gelombang elektromagnetik akan langsung bereaksi di seluruh bagian tubuh Sithopilus zeamais, dimulai dari kutikula hingga inti sel. Setiap ditemui kandungan molekul air, maka akan terjadi pemanasan yang menyebabkan perubahan susunan molekul protein dalam tubuh yang mengakibatkan kematian. Penggunaan oven pengering udara panas dapat dijadikan sebagai cara dalam penentuan mortalitas Sithopilus zeamais. Grafik berikut merupakan penentuan mortalitas Sithopilus zeamais menggunakan oven pengering udara panas. Gambar 19. Pengaruh perlakuan dengan oven pengering udara panas terhadap mortalitas Sithopilus zeamais 27 o C 35 Histogram di atas menunjukkan bahwa prosentase mortalitas Sithopilus zeamais berbanding lurus terhadap waktu yang digunakan. Prosentase mortalitas pada kontrol adalah 0 . Sedangkan pada perlakuan dengan waktu 10 menit dan 15 menit menunjukkan prosentase mortalitas yang sama yaitu 2.5 . Hal ini karena suhu permukaan bahan yang dihasilkan tidak jauh berbeda yaitu 41 o C dan 46 o C sehingga tidak berpengaruh pada mortalitas. Pada perlakuan dengan pengering udara panas mortalitas Sithopilus zeamais mencapai 100 dengan waktu 25 menit, sedangkan pada oven gelombang mikro, mortalitas mencapai 100 selama 120 detik dengan daya 480 Watt. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan oven gelombang mikro lebih efektif dibandingkan oven pengering udara panas. Perbedaan antara oven microwave dan pengering udara panas disebabkan mekanisme pemanasan yang berbeda. Gelombang mikro tidak dapat diserap oleh bahan-bahan logam tetapi hanya dapat diserap oleh bahan yang mengandung air sehingga lebih efektif untuk membunuh Sithopilus zeamais http:home.howstuffworks.commicrowave.htm, 21 Mei 2007 . Gelombang mikro yang dihasilkan akan langsung berinteraksi dengan molekul air yang ada, kemudian terjadi kenaikan suhu akibat tumbukan antar molekul air. Sedangkan pada oven pengering udara panas, panas yang dihasilkan bukan hanya diserap oleh molekul air pada beras akan tetapi melekul lain seperti pati, protein dan lain-lain. Panas juga akan diserap bahan oven pengering seperti dinding dan rak oven yang terbuat dari alumunium sehingga penggunaan oven pengering udara panas kurang efekif untuk membunuh Sithopilus zeamais.

C. Jumlah Keturunan F1 Serangga S. zeamais