35 Histogram di atas menunjukkan bahwa prosentase mortalitas Sithopilus
zeamais berbanding lurus terhadap waktu yang digunakan. Prosentase mortalitas pada kontrol adalah 0 . Sedangkan pada perlakuan dengan waktu
10 menit dan 15 menit menunjukkan prosentase mortalitas yang sama yaitu 2.5 . Hal ini karena suhu permukaan bahan yang dihasilkan tidak jauh
berbeda yaitu 41
o
C dan 46
o
C sehingga tidak berpengaruh pada mortalitas. Pada perlakuan dengan pengering udara panas mortalitas Sithopilus zeamais
mencapai 100 dengan waktu 25 menit, sedangkan pada oven gelombang mikro, mortalitas mencapai 100 selama 120 detik dengan daya 480 Watt.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan oven gelombang mikro lebih efektif dibandingkan oven pengering udara panas.
Perbedaan antara oven microwave dan pengering udara panas disebabkan mekanisme pemanasan yang berbeda. Gelombang mikro tidak dapat diserap
oleh bahan-bahan logam tetapi hanya dapat diserap oleh bahan yang mengandung air sehingga lebih efektif untuk membunuh Sithopilus zeamais
http:home.howstuffworks.commicrowave.htm, 21 Mei 2007 .
Gelombang mikro yang dihasilkan akan langsung berinteraksi dengan molekul air yang ada, kemudian terjadi kenaikan suhu akibat tumbukan antar
molekul air. Sedangkan pada oven pengering udara panas, panas yang dihasilkan bukan hanya diserap oleh molekul air pada beras akan tetapi
melekul lain seperti pati, protein dan lain-lain. Panas juga akan diserap bahan oven pengering seperti dinding dan rak oven yang terbuat dari alumunium
sehingga penggunaan oven pengering udara panas kurang efekif untuk membunuh Sithopilus zeamais.
C. Jumlah Keturunan F1 Serangga S. zeamais
Pengujian keberadaan keturunan F1 dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan perlakuan oven gelombang mikro dan pengering
udara panas terhadap kematian telur, larva dan pupa. Untuk mengetahui keturunan F1 dilakukan pengamatan selama 7 hari tabel 5 .
36 Tabel 5. Jumlah Keturunan Imago Sithopilus zeamais setelah perlakuan oven
gelombang mikro
Jumlah Serangga Imago ekor Daya
Watt Waktu
detik H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7
Jumlah ekor
kontrol 106
41 8 15 6 4 5 185 60 85 51 34 20 30 28 23 271
90 40 25 15 6 9 11 8 114 160
120 5 8 2 3 1 0 1 20 60 50 27 15 20 5 4 1 122
90 1 2 2 1 1 1 1 9 240
120 0 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 2 0 0 0 0 2
90 0 0 0 0 0 0 0 0 480
120 0 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0
90 0 0 0 0 0 0 0 0 720
120 0 0 0 0 0 0 0 0
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah keturunan imago Sithopilus zeamais menurun dengan penambahan daya dan waktu. Hal ini
disebabkan senyawa penyusun telur, larva maupun pupa adalah protein yang terdapat dalam sitoplasma terkena panas akibat perlakuan oven gelombang
mikro. Protein adalah substansi organik dan mirip lemak maupun karbohidrat dalam hal kandungan unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Banyak protein
mengkoagulasi jika terkena panas. Koagulasi adalah proses perubahan struktur molekul yang biasanya tidak dapat berlangsung balik irreversible, sehingga
tidak mungkin mendapatkan kembali struktur asal protein itu. Protein dapat mengkoagulasi pada suhu 60
o
C Sherrington dan Gaman, 1981. Histogram menunjukkan Jumlah keturunan F1 imago yang terbanyak
adalah pada perlakuan daya 160 Watt dengan waktu 60 detik yaitu 271 ekor. Keturunan F1 tidak muncul mulai pada perlakuan daya 240 Watt dengan
waktu 120 detik karena pada perlakuan ini telah menyebabkan suhu permukaan bahan naik mencapai 56
o
C. Sehingga pada perlakuan ini diduga telah terjadi koagulasi protein yang terkandung dalam telur, larva dan pupa
disebabkan suhu dalam bahan tentu lebih besar daripada suhu prmukaan akibat proses pemanasan oleh gelombang mikro. Perlakuan dengan daya dan
waktu selanjutnya yang menghasilkan suhu yang lebih tinggi tidak ditemukan keturunan F1 Sithopilus zeamais pada bahan. Dari jumlah keturunan F1
37 yang ada setelah penyimpanan menunjukkan keefektifan perlakuan oven
gelombang mikro terhadap mortalitas telur, larva dan pupa. Pada penelitian Sandewi 2005 yang menggunakan hama Sithopilus
zeamais dan jagung sebagai media, keturunan F1 tidak ditemukan pada perlakuan dengan daya 240 Watt, waktu 90 detik dan suhu bahan mencapai
60
o
C. Hal ini disebabkan kadar air awal yang lebih rendah pada jagung yaitu 13.82 , sehingga kenaikan suhu bahan dan proses koagulasi lebih cepat
terjadi. Adapun untuk mengetahui keturunan F1 pada perlakuan oven pengering udara panas dilakukan pengamatan selama tujuh hari kepada bahan
yang telah disimpan selama satu bulan setelah perlakuan tabel 6 . Tabel 6. Jumlah keturunan Imago Sithopilus zeamais setelah perlakuan oven
pengering udara panas.
Jumlah Serangga Imago ekor Waktu
menit Suhu
o
C H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7
Jumlah ekor
Kontrol 27 106 41 8 15 6 4 5
185 10 41 121
24 4 6 3 1 2 161
15 46 68 5 5 3 6 3 0
90 20 50 4 1 0 1 2 4 1
13 25 55 0 0 0 0 0 0 0
30 58 0 0 0 0 0 0 0
Dari hasil pengamatan, menunjukkan bahwa jumlah keturunan F1 imago menurun dengan penambahan waktu dan peningkatan suhu permukaan
bahan. Hal ini disebabkan senyawa penyusun telur, larva maupun pupa adalah protein yang terdapat dalam sitoplasma terkena panas akibat perlakuan oven
pengering udara panas. Pada suhu 60
o
C protein akan mengalami koagulasi yang menyebabkan perubahan struktur yang tidak dapat kembali sehingga
telur, larva maupun pupa mengalami kemtian dan tidak dapat berkembang menjadi imago.
Histogram menunjukkan keturunan F1 imago Sithopilus zeamais tidak muncul pada waktu 25 menit dengan suhu 55
o
C
dan 30 menit dengan suhu
58
o
C.
Pada kedua perlakuan tersebut menghasilkan kenaikan suhu yang menyebabkan koagulasi protein sehingga keturunan F1 tidak muncul.
38
5 10
15 20
25 30
160 240
480 720
Daya Watt E
ner gi
W h
Energi 60 detik Energi 90 detik
Energi 120 detik
Apabila dibandingkan antara perlakuan oven gelombang mikro dan pengering udara panas, maka oven gelombang mikro lebih efisien. Hal ini disebabkan
gelombang mikro langsung berinteraksi dengan molekul air yang ada dalam beras, telur, larva maupun pupa sehingga kenaikan suhu bahan dan proses
koagulasi protein dalam telur, larva dan pupa dapat berlangsung lebih cepat.
D. Energi yang Terpakai