bermain sendiri di lapangan tanpa menghiraukan materi yang dijelaskan oleh guru.
Maka dari itu diadakannya metode pembelajaran tutorial teman sebaya yaitu pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa untuk berperan dalam proses
pembelajaran, karena dalam prosesnya tutorial teman sebaya siswa diberi keleluasaan untuk melakukan interaksi belajar dalam kelompok-kelompoknya
begitu juga yang diajar, mereka akan saling berinteraksi pada teman lainnya. Adanya tutor dalam kelompok tersebut memungkinkan terjadinya interaksi dan
pembelajaran yang lebih efektif dikarenakan adanya kelompok-kelompok yang kecil tidak seperti metode klasikal. Diharapkan dengan pembelajaran tutorial
teman sebaya, masalah yang dihadapi dapat teratasi, sehingga kedepannya pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif sesuai dengan rencana
yang diharapkan. Berdasarkan dari penjelasan diatas alasan pemilihan judul, maka dapat
disusun sebuah judul penelitian sebagai berikut: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Lay Up Shoot Bola Basket
Dengan Menggunakan Metode Tutorial Teman Sebaya ”
1.2 Perumusan Masalah
Apakah penggunaan metode Tutorial Teman Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKJ 1 dalam melakukan teknik Lay Up Shoot pada
permainan Bola Basket di SMK Negeri 1 Bawang.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penggunaan metode Tutorial Teman Sebaya dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi Lay Up Shoot pada siswa SMK Negeri 1
Bawang kelas XI TKJ 1 tahun 2015.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: a. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Sebagai sumbangan informasi di bidang penelitian dalam
melakukan penelitian tindakan kelas pembelajaran pendidikan jasmani.
b. Bagi Guru Memotivasi guru agar lebih kreatif dalam pengembangan proses
pembelajaran. Memecahkan masalah dalam pembelajaran sehingga adanya
peningkatan mutu pembelajaran. Tercapainya ketuntasan belajar siswa.
c. Bagi Siswa Meningkatkan keterampilan lay up shoot bola basket.
Hasil belajar siswa dapat meningkat.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon C. Asri Budiningsih, 2005:20. Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar Nana Sudjana, 2010:22. Selanjutnya Warsito dalam Depdiknas, 2006:125
mengemukakan bahwa hasil belajar dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dari dilaksanakannya kegiatan pembelajaran disekolah dan akhir dari perolehan suatu hasil belajar siswa.
Dalam suatu proses belajar mengajar, guru berperan penting sebagai fasilitator kelas, sehingga subjek belajar yaitu siswa akan lebih banyak berperan serta
dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi secara akademik maupun non-akademik di lingkungan sekolahnya. Namun hal
itu tentu saja tidak mungkin dicapai oleh semua siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya faktor internal, kecerdasan siswa dan kelengkapan
belajar. Sedangkan faktor eksternal misalnya guru, sarana dan prasarana di sekolah dan hubungan dengan sesama siswa.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa bertambah kearah yang lebih baik Max
Darsono, 2000:24. Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Max Darsono adalah : 1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu yang unik dan menarik. 4. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa. 5. Pembelajaran dapat menghasilkan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa. 6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara
fisik atau psikologis.
2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik
kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan
perilaku siswa Max Darsono, dkk., 2000 : 26.
2.1.2.2 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode
pembelajaran menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno 2007 : 61-
64 yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1 ceramah; 2 tanya jawab; 3 diskusi; 4 kisahcerita; 5
demonstrasi; 6 karyawisata; 7 tutorial; 8 perumpamaan; 9 pemahaman dan penalaran; 10 suri teladan; 11 peringatan dan pemberian motivasi; 12
praktek; 13 pemberian ampunan dan bimbingan; 14 kerja sama; 15 tulisan; 16 penugasan.
1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa yang
pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam metode ini, perhatian terpusat pada guru sedangkan siswa hanya menyimak sambil sesekali mencatat,
sehingga keaktifan guru lebih banyak dituntut daripada keaktifan siswa. Metode ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa
informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
tetapi bisa juga dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang pola pikir siswa dan membimbing siswa dalam mencapai
kebenaran. 3. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi secara bersam-sama yang
masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk
memperkuat
pendapatnya. Tujuan metode ini adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.
4. Metode Kisah atau Cerita Dimana guru dalam menyampaikan materi dalam bentuk kisah
atau cerita. Kisah atau cerita tersebut terdapat nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung didalamnya, sehingga dapat memberi stimulasi kepada
siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. 5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan. Dengan metode ini proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan, sehingga membentuk pengertian yang baik dan
sempurna. Tujuan penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran yaitu untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan
sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. 6. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar siswa yang perlu diajak keluar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek
yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung.
7. Metode Tutorial Metode tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa
diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut, pada bagian yang dirasakan sulit siswa dapat bertanya pada tutor.
8. Metode Perumpamaan Suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat
dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa.
9. Metode Pemahaman dan Penalaran Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing siswa
untuk dapat memahami masalah yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar. Metode ini dilakukan guna membangkitkan akal dan
kemampuan berpikir siswa secara logis. 10. Metode Suri Teladan
Metode ini dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik”. Dengan adanya teladan yang baik, maka akan menumbuhkan hasrat bagi
orang lain untuk meniru atau mengikutinya. 11. Metode Peringatan dan Pemberian Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuannya.
12. Metode Praktek Metode praktek adalah metode mendidik yang memberikan materi
dengan diperagakan baik menggunakan alat atau benda. Dengan harapan siswa menjadi jelas dan dapat mempraktekkan materi yang dimaksud.
13. Metode Pemberian Ampunan dan Bimbingan Metode ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.
14. Metode Kerja Sama Metode kerja sama ialah upaya saling membantu antara dua
orang atau lebih dalam melaksanakan atau menyelesaikan tugas yang dihadapi.
15. Metode Tulisan Metode ini merupakan metode mendidik dengan menggunakan
huruf atau simbol. 16. Metode Penugasan
Dalam metode ini guru memberi tugas yang bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan atau tempat lain. Metode penugasan
untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individu atau kelompok.
2.1.3 Tutorial Teman Sebaya
Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran sebenarnya telah menggunakan metode pembelajaran yang beragam guna meningkatkan prestasi
belajar siswa, akan tetapi usaha tersebut masih belum mencapai hasil yang maksimal, maka untuk meningkatkan prestasi siswa perlu adanya variasi yang
mungkin tidak bersumber dari guru. Dalam kegiatan proses belajar mengajar ada kalanya anak cenderung lebih dapat meniru atau mengikuti petunjuk dari
temannya dari pada gurunya, hal ini disebabkan karena merasa lebih akrab dan tidak canggung atau rileks. Banyak pula anak yang bersifat pemalu dan tidak
percaya diri apabila dengan orang lain yang belum dikenal, bahkan dengan gurunya sendiri. Maka sangat penting bagi guru untuk memanfaatkan siswa yang
sudah bisa secara materi pembelajaran guna menularkan kepada temannya.
Seperti yang dikemukakan Oemar Hamalik 1991:73, Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk,
arahan dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.
Seperti yang dikemukakan Oemar Hamalik 2008:189, pada dasarnya tutorial berdasarkan pada hubungan antara satu orang guru dan satu orang
siswa. Namun dewasa ini sudah mulai umum dilaksanakan tutorial kelompok, dimana satu orang guru membimbing sekelompok siswa yang terdiri dari 5 atau
7 orang siswa lebih pada waktu yang sama.
Tutor teman sebaya adalah memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya. Dimana siswa bertindak sebagai pelatih dan
pembimbing seorang siswa yang lain Zainal Aqib, 2013:110.
Menurut Ruseno Arjanggi dan Titin Suprihatin 2010:94, metode tutorial teman sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang
menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya tutee yang belum faham terhadap materi atau latihan yang
diberikan guru yang dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang
bersifat kooperatif bukan kompetitif.
2.1.4 Lay Up Shoot
Tembakan lay up shoot adalah tembakan yang efektif, sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan basket atau keranjang Imam
Sodikun, 1992:64. Tembakan lay up adalah tembakan yang sangat berguna untuk mencetak angka, karena peluang masuk kedalam ring cukup besar yaitu
90. Dewasa ini lay up shoot semakin bervariasi, unsur yang perlu diperhatikan dalam teknik lay up shoot ada beberapa macam, diantaranya langkah kaki,
juluran tangan dan lompatan. Setiap pemain basket harus belajar dan bisa melakukan lay up shoot dengan tangan kanan maupun tangan kiri, langkah kaki
pun mengikuti juluran tangan saat lay up shoot. Menurut Hal Wissel, 2000:61 langkah sebelum anda melakukan lay up
shoot haruslah pendek sehingga anda dapat segera membungkuk lalu mengangkat lutut untuk melakukan lompatan. Lengan tangan, pergelangan
tangan dan jari-jari harus lurus ke arah ring basket dan lepaskan bola dari telunjuk dengan sentuhan yang halus.
Seperti yang dikemukakan Danny Kosasih 2008:50 Setiap pemain harus belajar melakukan lay up shoot dengan tangan kanan maupun tangan kiri.
Lompatan yang tinggi dibuat dengan jejakan kaki terakhir sebelum melompat, jadi usahakan lompatan kita mendekati ring, jika memungkinkan lakukanlah
dunk. Lay up shoot dapat dilakukan dengan 2 dua hitungan kaki ataupun dengan 1 satu hitungan kaki.
Gambar 2.1 Gerakan Lay Up Shoot Sumber: Danny Kosasih. 2008. p.50
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika melakukan gerakan lay up shoot agar dapat dikuasai dengan mudah, seperti yang
diutarakan oleh Hal Wissel 2000 : 61-62 tentang kunci sukses lay up terdapat 3 fase, yaitu:
1. Fase Persiap Pada fase ini ada beberapa tahapan yang harus dicermati yaitu: 1
lihat target, 2 langkah pendek, 3 lutut yang rendah untuk melompat, 4 bahu rileks, 5 tangan yang tidak menembak dibawah bola, 6 tangan menembak
dibelakang bola, 7 siku masuk atau rapat, 8 bola berada diantara telinga dan bahu.
Gambar 2.2 Fase Persiapan Lay Up Shoot Sumber: H. Wissel. 2000. p.61
2. Fase Pelaksanaan Fase pelaksanaan adalah fase dimana pemain melayang sambil
melepaskan bola atau menembakkan bola ke arah keranjang. Tahapan fase pelaksanaan ialah: 1 angkat lutut untuk menembak, 2 lompat, 3 rentangkan
kaki, punggung, bahu, 4 rentangkan siku, 5 lenturkan pergelangan dan jari- jari kedepan, 6 lepaskan jari telunjuk, 7 penyeimbang tangan pada bola
sampai lepas, 8 irama yang sama atau seimbang.
Gambar 2.3 Fase Pelaksanaan Lay Up Shoot Sumber: H. Wissel. 2000. p.62
3. Fase Follow-Through Fase Follow-Through adalah suatu gerakan lanjutan pada suatu
gerakan, dalam pergerakan lay up shoot terdapat pergerakan lanjutan yang sama pentingnya dengan gerakan dasar lay up shoot. Gerakan ini berguna
untuk mengambil bola rebound apabila lay up shoot tersebut gagal. Gerakan lanjutan pada lay up shoot tersebut adalah: 1 melihat sasaran setelah
melakukan lay up shoot, 2 mendarat dengan seimbang, 3 lutut ditekuk, 4 tangan keatas untuk mengambil bola yang keluar dari basket.
2.1.5 Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas PTK adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai
tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen tenaga pendidik, kolaborasi tim peneliti yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhaadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran
yang dilakukan Iskandar, 2012 : 21. Penelitian Tindakan Kelas PTK merupakan bagian dari penelitian masalah praktis yang memiliki tujuan utama
untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani atau memperbaiki kualitas proses dan hasil kepelatihan olahraga Agus Kristiyanto,
2010 : 28.
Seperti yang dikemukakan oleh Agus Kritiyanto dalam bukunya 2010:29- 32, beberapa ahli mengutarakan definisi Penelitian Tindakan Kelas yang
berbeda-beda. Berikut definisi Penelitian Tindakan Kelas menurut beberapa ahli:
a. Stephen Kemmis Stephen Kemmis mengatakan Penelitian Tindakan Kelas Classroom
Action Research adalah “Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan
guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-
praktek pembelajaran tersebut dilakukan.” b. Mc Niff
Mc Niff memberikan definisi Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
c. Susilo Definisi Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai bentuk penelitian
yang dilakukan oleh guru dikelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran. d. Iskandar
Adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris, reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh gurudosen atau tenaga pendidik serta kolaborator, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata
didalam kelas yang berupa tindakan belajar mengajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan.”
e. Zainal Aqib Yakni Penelitian Tindakan Kelas itu terdiri dari: 1. Penelitian, 2.
Tindakan, 3. Kelas:
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu
dari suatu hal yang menarik minat dan dianggap penting bagi peneliti.
Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian PTK berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Kelas bukan sekedar ruangan tempat guru mengajar. f. Agus Kristiyanto
Agus Kritiyanto secara lebih spesifik menyusun perumusan definisi dan pengertian PTK untuk pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan gurupelatih dalam
melaksanakan tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran pendidikan jasmanikepelatihan olahraga tersebut dilakukan, dimulai dari adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi untuk
setiap siklusnya.
2.1.5.1 Tujuan penelitian tindakan kelas PTK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah a memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi
belajar serta
kualitas pembelajaran,
b meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran khususnya
layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima, c memberikan kesempatan kepada guru untuk berimprovisasi dalam melakukan tindakan
pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya Mulyasa,
2011 :89. 2.1.5.2 Manfaat penelitian tindakan kelas PTK
Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengembangkan dan melakukan inovasi dalam pembelajaran, merupakan upaya pengembangan
kurikulum di tingkat kelas dan untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukan.
Gambar 2.4 Desain Penelitian Tindakan Kelas PTK Siklus I dan Siklus II Sumber: Suharsimi, dkk, 2012 : 74
2.2 Kerangka Berpikir
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran dan stabilitas emosional.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik untuk mencapai tujuan yang diharapkan salah satunya adalah dengan cara memilih
metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, baik dari segi
sarana prasarana ataupun dari kondisi siswa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pemilihan metode pembelajaran tutorial teman sebaya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi teknik lay up shoot bola
basket pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang. Metode ini selain sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa supaya optimal,
metode ini juga mengedepankan pendekatan kemampuan sosial siswa, kemampuan bekerjasama, meningkatkan kemandirian siswa, serta tanggung
jawab terhadap tugas belajarnya. Tentunya siswa melakukannya harus dengan senang agar cepat dan mudah dalam menangkap materi pembelajaran. Oleh
karena itu metode pembelajaran tutorial teman sebaya ini sangat cocok untuk anak yang mau belajar bagaimana caranya bersosialisasi terhadap teman-teman
sebayanya dan meningkatkan hasil belajar, digambarkan pada kerangka berpikir berikut ini:
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Upaya Meningkatkan Teknik Lay Up Shoot Dengan Metode Tutorial Teman Sebaya
2.3 Hipotesis