Pengetahuan Pembelian Penelitian Terdahulu

19 b. Nilai terminal adalah status keberadaaan yang diinginkan, status psikologis yang luas bahagia, damai, berhasil. Nilai instrumental dan terminal tujuan atau kebutuhan mewakili konsekuensi terluas dan paling personal yang ingin dicapai seseorang dalam hidupnya.

b. Pengetahuan Pembelian

Ketika konsumen memutuskan akan membeli suatu produk, maka ia akan menentukan di mana ia membeli produk tersebut dan kapan akan membelinya. Keputusan konsumen mengenai tempat pembelian produk akan sangat ditentukan oleh pengetahuannya. Implikasi penting bagi strategi pemasaran adalah memberikan informasi kepada konsumen di mana konsumen biasa menbeli produk tersebut. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam Ujang Sumarwan, 2004: 129 pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan tentang toko, lokasi produk di dalam toko tersebut, dan penempatan produk yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Konsumen mungkin lebih senang mengunjungi toko-toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja, karena konsumen telah mengetahui dimana letak produk-produk di dalam toko tersebut. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk berbelanja karena konsumen bisa menghemat waktu dalam mencari lokasi produk.

c. Pengetahuan Pemakaian

Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar produk tersbut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut 20 dengan benar. Kesalahan yang dilakukan oleh konsumen dalam menggunakan suatu produk akan menyebabkan produk tidak berfungsi dengan baik. Ini akan menyebabkan konsumen kecewa, padahal kesalahan terletak pada diri konsumen. Produsen tidak menginginkan konsumen menghadapi hal tersebut, karena itu produsen sangat berkepentingan untuk memberitahu konsumen bagaimana cara menggunakan produknya dengan benar.

2.1.5 Bank Syariah

A. Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Selain itu, Bank Syariah biasa disebut Islamic Banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga riba, spekulasi maisir, dan ketidakpastian atau ketidakjelasan kuantitas, kualitas dan waktu terjadinya transaksi gharar. Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha investasi, jual beli, atau lainnya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro Ascarya, 2007: 30. 21

B. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan syariah Islam. Dalam menentukan imbalannya, baik imbalan yang diberikan maupun diterima, Bank Syariah tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan Ismail, 2011 : 34 Berikut ini adalah perbedaan-perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional : 22 Table 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank konvensional No. Bank Syariah No. Bank Konvensional 1 Investasi hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan. 1 Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan. 2 Return yang dibayar danatau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah. 2 Return baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga. 3 Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah Islam. 3 Perjanjian menggunakan hukum positif. 4 Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. 4 Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan. 5 Hubungan antara bank dan nasabah mitra. 5 Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditor dan debitur. 6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah DPS. 6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris. 7 Penyelesaian sengketa, diupayakan diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama. 7 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat. Sumber : Ismail, 2011 : 38 Islam mendorong pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh pertumbuhan usaha riil. Pertumbuhan usaha riil akan memberikan pengaruh positif pada pembagian hasil yang diterima oleh beberapa pihak yang melakukan usaha. Pembagian hasil usaha dapat diaplikasikan dengan model bagi hasil. Bagi hasil yang diterima atas hasil 23 usaha, akan memberikan keuntungan bagi pemilik modal yang mendapatkan keuntungan dalam kerja sama usaha. Bunga juga memberikan keuntungan kepada pemilik dana atau investor. Namun keuntungan yang diperoleh pemilik dana atas bunga tentunya berbeda dengan keuntungan yang diperoleh dari bagi hasil. Keuntungan yang berasal dari bunga sifatnya tetap tanpa memerhatikan hasil usaha pihak yang dibiayai, sebaliknya keuntungan yang berasal dari bagi hasil akan berubah mengikuti hasil usaha pihak yang mendapatkan dana. Dengan sistem bagi hasil, kedua pihak antara pihak investor dan pihak penerima dana akan menikmati keuntungan dengan pembagian yang adil Ismail, 2011 : 23 Terdapat perbedaan pula antara bagi hasil dan bunga bank, yaitu sebagai berikut: 24 Table 2.2 Perbedaan Antara Bagi Hasil dan Bunga Bank Bunga Bagi Hasil Besarnya bunga ditetapkan pada saat perjanjian dan mengikat kedua pihak ang melaksanakan perjanjian dengan asumsi bahwa pihak penerima pinjaman akan selalu mendapatkan keuntungan. Bagi hasil ditetapkan dengan rasio nisbah yang disepakati antara pihak yang melaksanakan akad pada saat akad dengan berpedoman adanya kemungkinan keuntungan atau kerugian Besarnya bunga yang diterima berdasarkan perhitungan persentase bunga dikalikan dengan jumlah dana yang dipinjamkan. Besarnya bagi hasil dihitung berdasarkan nisbah yang diperjanjikan dikalikan dengan jumlah pendapatan danatau keuntungan yang diperoleh Jumlah bunga yang diterima tetap, meskipun usaha peminjam meningkat atau menurun. Jumlah bagi hasil akan dipengaruhi oleh besarnya pendapatan danatau keuntungan. Bagi hasil akan berfluktuasi. Sistem bunga tidak adil, karena tidak terkait dengan hasil usaha peminjam. Sistem bagi hasil adil, karena perhitungannya berdasarkan hasil usaha. Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama. Tidak ada agama satu pun yang meragukan sistem bagi hasil. Sumber : Ismail, 2011 : 24

C. Prinsip Dasar Produk Bank Syariah

Prinsip dasar Bank Syariah yang diaplikasikan dalam kegiatan menghimpun dana atau produk pendanaan, antara lain : 1. Wadiah Rekening Giro Wadiah dalam tradisi fikih islam, dikenal dengan prinsip titipan atau simpanan. Wadiah dapat juga diartikan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik sebagai individu maupun sebagai suatu badan hukum. Titipan dimaksud, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.Dapat dikatakan bahwa sifat-sifat dari wadiah sebagai produk perbankan syariah berbentuk giro yang merupakan titipan murni yad damanah. 25 2. Qardh Simpanan giro dan tabungan juga dapat menggunakan prisip qardh, ketika bank dianggap sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari nasabah deposan sebagai pemilik modal. Bank dapat memanfaatkan dana pinjaman dari nasabah deposan untuk tujuan apa saja, termasuk untuk kegiatan produktif mencari keuntungan. Sementara itu, nasabah deposan dijamin akan memperoleh kembali dananya secara penuh, sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya. Bank boleh juga memberikan bonus kepada nasabah deposan, selama hal ini tidak disyaratkan di awal perjanjian. 3. Mudharabah Kerjasama antara dua pihak, yaitu pihak pertama shahib al-mal menyediakan seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha secara mudharabah, dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.Apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola.Seandainya kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.Dalam akad mudharabah, untuk produk pembiayaan juga dinamakan dengan profit sharing. Prinsip-prinsip dasar syariah yang diaplikasikan dalam kegiatan penyaluran dana atau produk pembiayaan : a. Murabahah 26 Transaksi jual beli, yaitu pihak bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli, dengan harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan dengan persentase tertentu bagi bank syariah sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan barang akan berpindah kepada nasabah segera setelah perjanjian jual beli ditandatangani dan nasabah akan membayar barang tersebut dengan cicilan tetap yang besarnya seuai kesepakatan sampai dengan pelunasannya. b. Salam Pembiayaan jual beli dimana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang dibeli yang telah disebutkan spesifikasinya dengan pengantaran kemudian. c. Istishna Pembiayaan jual beli yang menyerupai pembiayaan salam, namun bank syariah melakukan pembayaran secara termin atau beberapa kali dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. d. Ijarah Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewanya berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa juga dapat memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain. 27 e. Musyarakah Perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan, dimana bank dan nasabah secara bersama membiayai suatu usahaproyek yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan di mana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan di muka. f. Mudharabah Pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank syariah untuk membiayai 100 keburtuhan dana dari suatu proyekusaha tersebut, sementara nasabah sesuai dengan keahlian yang dimilikinya akan menjalankan proyekusaha tersebut dengan sebaik- baiknya dan bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi. Bank syariah dan nasabah dapat menentukan bagi hasilnya untuk masing-masing pihak berdasarkan persentase pendapatan atau keuntungan bersih dari proyekusaha tersebut sesuai dengan kesepakatan. Adapun prinsip produk-produk syariah dalam penyelenggaraan jasa-jasa perbankan : 1. Hawalah Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. 2. Rahn Gadai Seseorang yang meminjam harta orang lain dengan memberikan sesuatu barang miliknya yang mempunyai nilai ekonomi, seandainya terjadi kegagalan dalam 28 pembayaran, maka orang yang meminjamkan hartanya dapat memiliki barang tersebut. 3. Kafalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung kafil kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 4. Wakalah Akad perwakilan antara kedua belah pihak bank dan nasabah di mana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaanjasa tertentu.

2.1.6 Pengembangan Perbankan Syariah dengan Model Bisnis Perbankan

Syariah Perkembangan Bank Syariah selama hampir 20 dua puluh tahun kehadirannya di Indonesia menunjukkan kinerja yang semakin membaik, baik dari sisi kelembagaan maupun kinerja keuangan termasuk peningkatan jumlah nasabah Bank Syariah. Namun demikian, tantangan pengembangan industri perbankan syariah semakin meningkat termasuk operasional dan model Bank Syariah yang dapat dikembangkan ke depan. Untuk itu, dibutuhkan model-model bisnis Bank Syariah ideal, workable, dan prudent yang dapat melayani lebih banyak masyarakat, menjawab harapan berbagai pihak, sesuai dengan karakter bisnis perbankan syariah Indonesia, berorientasi masa depan dan comply dengan international standard. Model bisnis Bank Syariah tersebut akan menjadi acuan bagi regulator untuk pengembangan industri perbankan syariah ke depan, menjadi acuan bagi perbankan 29 syariah dalam menyusun kerangka bisnis operasional, dan pelaku industri lainnya lembaga rating, takaful, dll dalam beraktifitas dan berhubungan dengan perbankan syariah. Selain memuat kerangka bisnis Bank Syariah, model bisnis ini pun mencakup upaya linkage dan sinergi antara Bank Syariah dengan lembaga keuangan non bank dengan mempertimbangkan aspek syariah, ekonomi dan sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Secara operasional, model bisnis Bank Syariah mencakup aspek bisnis dan non bisnis seperti aspek syariahsosial dari beragam aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat.Contoh aspek bisnis adalah operasional Bank Syariah yang menguntungkan profitable bagi stakeholder dan perekonomian nasional pada umumnya disamping memudahkan aktifitas bisnis masyarakat dan mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah dan perekonomian nasional.Sedangkan contoh aspek syariah adalah kesesuaian model bisnis Bank Syariah Indonesia dengan maqasid al syariah yang mengandung unsur keadilan,kemaslahatan dan keseimbangan guna mencapai masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera secara material dan spiritual. Selain itu, model bisnis Bank Syariah diharapkan juga memberikan gambaran proses bisnis operasional perbankan syariah yang pro sektor riil dan tahan terhadap krisis untuk kemaslahatan masyarakat atau diistilahkan sebagai mainstream perbankan syariah Indonesia. Tentunya, model tersebut sejalan dengan visi dan misi pengembangan bank syariah yang telah ditetapkan pada Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, menjadi bagian dari Arsitektur Perbankan Indonesia API dan juga bagian dari kerangka besar Arsitektur Sistem 30 Keuangan Syariah Indonesia AKSI. Artinya, selain beroperasi dengan kontrak- kontrak bisnis Islami, industri perbankan syariah Indonesia juga tumbuh kondusif, sehat, efisien dan kompetitif dengan prinsip kehati-hatian yang sesuai dengan karakteristik bisnis masyarakat Indonesia dan sesuai dengan standar yang ditetapkan di level international. Model syariah ini disusun untuk membangun industri perbankan syariah di Indonesia di masa depan sesuai dengan karakter bangsa dan kondisi perekonomian Indonesia. Mengingat prospek perbankan syariah di Indonesia dan sejumlah tantangan besar yang dihadapi oleh industri diharapkan model bisnis dapat menjadi petunjuk dan standar operasi perbankan syariah Indonesia. Direktorat Perbankan Syariah, 2012.

2.2 Penelitian Terdahulu

Mazz Reza Pranata 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pengetahuan konsumen mengenai perbankan syariah terhadap keputusan menjadi nasabah tabungan wadiah pada PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan konsumen mengenai perbankan syariah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan menjadi nasabah tabungan wadiah. M. Ifan Murtadho 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pengetahuan tentang bank syariah terhadap minat nasabah untuk menabung di Bank Negara Indonesia Syariah cabang Semarang”. Hasil penelitian ini menunjukkan 31 pengetahuan tentang bank syariah berpengaruh positif signifikan terhadap minat nasabah. Achmad Almuhram Gaffar 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pengetahuan konsumen terhadap keputusan nasabah dalam memilih Bank Syariah studi kasus nasabah pada Bank Muamalat cabang Makassar”. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan konsumen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah di Makassar. Aditya Abdi 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pengetahuan konsumen mengenai perbankan syariah terhadap keputusan menjadi nasabah pada PT Bank Syariah Mandiri TBK cabang Bondowoso”. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan konsumen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan menjadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri Bondowoso.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Coaching Dan Training (Pelatihan) Terhadap Kinerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Rantau Prapat

31 223 142

Pengaruh Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Tabungan Wadiah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

15 173 91

Tingkat pemahaman fiqh muamalat kontemporer terhadap keputusan menjadi nasabah bank syariah ( studi pada mahasiswa program studi muamalat konsentrasi perbankan syariah fakultas syariah dan hukum uin syarif hidayatullah jakarta )

0 55 126

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat Kontemporer Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank Syariah (Studi pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 15 0

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

PDF ini PENGARUH PENGETAHUAN KONSUMEN MENGENAI PERBANKAN SYARIAH TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI NASABAH TABUNGAN WADIAH | Jalaludin | Jurnal Ekonologi 1 PB

0 1 6

Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah pada Bank Syariah Muamalat Cabang Rantau Prapat

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Perilaku Konsumen - Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah pada Bank Syariah Muamalat Cabang Rantau Prapat

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah pada Bank Syariah Muamalat Cabang Rantau Prapat

0 0 10

Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah pada Bank Syariah Muamalat Cabang Rantau Prapat

0 0 13