perusahaan ini adalah menjadi bagian dari proses pembangunan di Indonesia dengan menitikberatkan produk jasanya lewat pelayanan prima dan didukung
jaringan kerja yang luas. Dalam menciptakan pelayanan prima, PT. Bona Trans Persada menerapkan pengawasan melalui peraturan dan tata tertib dengan tujuan
meningkatkan disiplin kerja karyawannya.Oleh sebab itu saya sebagai penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Fungsi
PengawasanTerhadap Disiplin Kerja KaryawanPada PT Bona Trans Persada Cabang Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Agar dapat memudahkan penelitian ini dan penelitian ini memiliki arah yang jelas, maka dapat dirumuskan masalah yang disajikan dalam proposal
penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Fungsi Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja KaryawanPada PT Bona Trans Persada Cabang Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi pengawasandi PT Bona Trans PersadaCabang Medan?
2. Untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja karyawan di PT Bona Trans PersadaCabang Medan?
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja
pegawai diPT Bona Trans PersadaCabang Medan?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan kepada pegawai di PT Bona Trans PersadaCabang Medanmengenai pentingnya fungsi pengawasanterhadap
disiplin kerja. 3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi
maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Pengertian Fungsi Pengawasan
Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta.
Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk
secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu.
Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan
sebelumnya. Menurut M. Manullang 2005:173, pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya,dan
bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Menurut Herujito 2001:242, pengawasan ialah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.Henry Fayol, sebagaimana dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap 2000:10,
mengatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan
prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Menurut Kadarman
2001:159, pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi
untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Jadi, dalam
setiap kegiatan yang akan diselenggarakan, pengawasan selalu dibutuhkan. Dengan adanya pengawasan yang baikdiharapkan rencana atau tujuan yang telah
ditetapkan akan dapat terjadi dengan cara yang efektif dan efisien. Karena melalui pengawasan diusahakan agar setiap tindakan atau perbuatan tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang ada. Handoko 2003:360 mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk
menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan ia mencakup tindakan pengukuran
dan perbaikankoreksi performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan
berjalan lancar.Selanjutnya Robert J. Mokler mendefinisikan pengawasan manajemen adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Dari keseluruhan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengawasan adalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang
dilakukan oleh pimpinan dengan cara pemantauan, pemeriksaan, bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin, tindakan koreksi untuk mengawasi dan
mengendalikan bawahan serta organisasi secara terus menerus. Hal ini dilakukan demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan tercapainya
hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku.
1.5.1.1 Tujuan Pengawasan
Menurut Sukarna2001:122 tujuan pengawasan adalah : 1. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak
2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kesalahan yang
sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam perencanaan terarah pada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
ditentukan 4. Untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program tingkat
pelaksanaan seperti yang telah dietapkan dalam rencana 5. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam rencana 6. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur
dan kebijaksanaan yang ditetapkan Menurut Maman Ukas 2004:337 mengemukakan :
1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan.
2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan- rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.
3. Setelah kedua hal diatas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja
yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.
Dengan demikian maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk memperbaiki atau mencegah adanya kesalahan, penyimpangan-penyimpangan
atau penyelewengan dalam pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang ditujukan.
1.5.1.2 Indikator dalam Mengukur Fungsi Pengawasan
Menurut Pasaribu 2011:34-35 pengawasan diukur berdasarkan
indikatornya, yaitu: 1. Pemantauan
yaitu memeriksa langsung perihal atau orangnya sendiri bagian mana peristiwanya terjadi dan dimana bawahan itu bertugas.
2. Pemeriksaan yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan,
penyelidikan dan penelahaan secara cermat dan sistematis serta melalui penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
3. Bimbingan dan pengarahan yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran
terhadap pelaksanaan tugas. 4. Tindakan disiplin
yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan terhadap bawahan dalam rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku.
5. Tindakan koreksi yaitu segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki kesalahan
- kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan bawahan.
1.5.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan
Menurut Maringan 2004:62, jenis-jenis pengawasan yaitu : 1. Pengawasan Dari Dalam Organisasi Internal Control
Pengawasan dari dalam artinya bahwa pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat pengawasan berasal dari dalam organisasi, yang bertindak
atas nama pimpinan organisasi, dimana hasil dari tindakannya berupa data atau informasi yang berguna bagi pimpinan dalam menilai kebijakan yang
telah ada atau mementukan kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahannya.
2. Pengawasan Dari Luar Organisasi Eksternal Control Pengawasan ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar
organsasi yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi. Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap
suatu departemen atau instansi yang bertindak atas nama pemerintah atau presiden.
3. Pengawasan Preventif Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan dengan
maksud agar tidak ada kesalahan atau penyimpangan data dalam melakukan kegiatan organisasi, dalam hal ini misalnya menentukan
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prosedur, hubungan dengan tata kerja atau menentukan pedoman kerja sesuai dengan peraturan atau
ketentuan yang ditetapkan. 4. Pengawasan Represif
Pengawasan ini dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan, dengan cara menilai dan membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana
yang telah ditetapkan, kemudian diambil tindakan pekerjaan selanjutnya berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
1.5.1.4 Ciri-Ciri Pengawasan yang Efektif
Ciri-ciri pengawasan yang efektif sebagai berikut Siagian2007:194: 1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatanyang
diselenggarakan 2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya penyimpangan dari rencana 3. Objektivitas dalam melakukan pengawasan
4. Keluwesan pengawasan 5. Efisiensi pelaksanaan pengawasan
6. Pengawasan mencari apa yang tidak beres
7. Pengawasan harus bersifat membimbing
1.5.1.5 Sifat-Sifat Pengawasan
Pengawasan hendaknya jangan dianggap sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan orang lain tetapi hendaknya dilaksanakan untuk mencari kebenaran dari
hasil pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat dari pengawasan. Menurut Siagian 2004:146, sifat-sifat pengawasan yang baik
adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan harus bersifat “Fact Finding” dalam arti bahwa pelaksanaan
fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas
dilaksanakan didalam organisasi.
2. Pengawasan harus bersifat “Preventif” yang berarti bahwa proses pengawasan dijalankan untuk mencegah timbulnya penyelewengan -
penyelewengan dari rencana yang ditentukan.
3. Pengawasan diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya ditujukkan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini
dilaksanakan. 4. Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi,
pengawasan tidak boleh dianggap tujuan. 5. Pengawasan hanyalah sekedar alat administrasi dan manajemen maka
pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan. 6. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisiensi jangan sampai terjadi
pengawasan yang menghambat usaha peningkatan efesiensi. 7. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika
ada ketidakberesan akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar. 8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar supaya pelaksanaan
meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang ditentukan kepadanya.
Sifat-sifat pengawasan diatas dapat juga diguanakan sebagai dasar penyusunan rencana dan pelaksanaan pengawasan agar rencana dan penyusunan
rencana efektif harus diketahui terlebih dahulu siapa dan apa saja subjek serta objek dari pengawasan.
1.5.1.6 Fungsi-Fungsi Pengawasan
Menurut Belkoui dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap 2000:35, fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup 4 unsur, yaitu:
1. Penetapan standar pelaksana 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksana
3. Pengukuran pelaksana nyata dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan
4. Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksana menyimpang dari standar
Pada hakekatnya itu adalah berfungsi sebagai pengarah supaya jangan terjadi kekeliruan dan sesuai dengan rencana.Melalui pelaksanaan membuat orang
menjadi disiplin dalam mengerjakan tugasnya dan menghindari penyimpangan.
1.5.1.7 Proses Dasar Pengawasan
Ibrahim Lubis 2000:160 menyatakan proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan atau langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental bagi
semua pengawasan manajerial. Adapun langkah-langkah pokok ini meliputi : 1. Penentuan ukuran atau pedoman baku standar.
Standar terlebih dahulu harus ditetapkan. Ini tidak lain suatu model atau suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan
oleh pihak yang berwenang. Standar berguna antara lain sebagai alat pembanding di dalam pengawasan, alat pengukur untuuk menjawab
pertanyaan berapa suatu kegiatan atau sesuatu hasil telah dilaksanakan, sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih cepat antara
pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk memperbaiki uniformitas.
2. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya dikerjakan.
Ini dapat dilakukan dengan melalui laporan lisan atau tertulis, buku catatan harian tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau
pengawasan langsung, pertemuan atau konferensi dengan petugas-petugas yang bersangkutan, dan survei yang dilakukan oleh tenaga staff atau badan
tertentu. 3. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau standard
yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Ini dilakukan untuk pembandingan antara hasil pengukuran
tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besarnya perbedaan itu,
kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak. 4. Perbaikan atau pembentulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila hasil analisa menunjukan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil.Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk.Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan
bersamaaan.
1.5.2 Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan masalah yang sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. Tanpa adanya disiplin kerja akan
menyebabkan pelaksanaan kerja terhambat atau tidak dapat diselesaikan dengan baik, sehingga tujuan organisasi akan terhambat dan sulit tercapai. Sebelum
membicarakan tentang disiplin kerja, akan kita bicarakan tentang pengertian disiplin.Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan dan ketaatan
terhadap segala peraturan atau ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan sebagai kesungguhan dalam bertindak atau berperilaku.
Menurut Susilo Martoyo 2000:151, disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu “Discipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan tabiat.T.Hani Handoko 2001:208 mengemukakan bahwa disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar
organisasional.Hal ini berarti disiplin menjadi acuan bagi organisasi dalam menentukan standar-standar yang dilakukan di organisasi.Sementara itu menurut
Nitisemito 2001:199, disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan sesuai dengan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu tindakan dari seseorang yang mentaati peraturan yang telah
ditetapkan dengan didasari kesadaran tanpa adanya unsur paksaan.Dalam menjalankan kedisiplinan diperlukan adanya kesadaran dari pegawai untuk
mentaati peraturan yang berlaku. Arti kesadaran menurut Malayu Hasibuan 2003:193 yaitu sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.Hal ini berarti
bahwa seseorang bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan tugas- tugasnya secara sukarela akan membentuk kedisiplinan bagi dirinya. Kedisiplinan
dari karyawan tersebut terwujud jika datang dan pulang kerja tepat waktu,
mengerjakan tugasnya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku.
Sedangkan definisi kerja menurut W.J.S. Poerwadarminta 1997:492 adalah perbuatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukandiperbuat.Jadi,
dapat diartikan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku dari seseorang karyawan yang selalu taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan
organisasi atau institusi baik yang tertulis maupun yang tidak untuk pelaksanaan aktivitas atau kegiatan dengan sebaik-baiknya serta tidak menyimpang dari
ketentuan yang ada.
1.5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Alex S. Nitisemito2001:200 ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai, antara lain :
1. Ancaman Karena disiplin merupakan kebiasaan, maka ancaman yang
diberikanbukan merupakan hukuman tetapi lebih ditekankan agar merekamelaksanakan kebiasaan yang dianggap baik.Oleh karena itu
sebelumancaman dijatuhkan perlu adanya peringatan. Dengan ancaman akan mempengaruhi karyawan lain untuk lebih mematuhi peraturan
danketentuan yang ada dalam perusahaan. 2. Ketegasan dalam pelaksanaan disiplin
Seorang pimpinan jangan sampai membiarkan suatu pelanggaran yang dilakukan bawahannya tanpa adanya suatu tindakan atau membiarkan
pelanggaran tersebut terjadi berlarut-larut tanpa adanya tindakan tegas.
Dengan kejadian tersebut yaitu membiarkan pelanggaran terjadi tanpa tindakan jelas sesuai ancaman maka bagi pelanggar akan menganggap
bahwa ancaman yang diberikan hanyalah ancaman kosong belaka, artinya mereka berani melanggar lagi, sebab tidak adanya tindakan tegas. Dengan
adanya ketegasan dalam pelaksanaan disiplin dengan cara memberlakukan sangsi yang telah ditetapkan akan mempengaruhi karyawan dalam
bertindak sehingga mereka akan hati-hati dan berusaha untuk mematuhi semua ketentuan yang ada.
3. Tujuan dan kemampuan Kedisiplinan diwujudkan untuk mewujudkan tujuan perusahaan selain itu
kedisiplinan yang ditegakkan harus sesuai dengan kemampuan dari karyawan.Jangan menyuruh karyawan melakukan sesuatu yang sulit untuk
dilakukan.Apalagi disertai ancaman maka aturan-aturan tersebut hanya omong kosong belaka dan pastinya mengurangi kewibawaan dari
pimpinan tersebut. 4. Kesejahteraan
Untuk menegakkan kedisiplinan harus diikuti dengan keseimbangan dengan tingkat kesejahteraan yang diterima oleh karyawan.Dengan tingkat
kesejahteraan yang cukup maksudnya dengan tingkat gaji yang cukup sehingga dapat hidup dengan layak. Dengan hidup mereka yang layak
maka karyawan akan bersikap tenang dalam melaksanakan tugasnya dan dengan ketenangan dalam bekerja tersebut akan mendorong ataupun
menimbulkan kedisiplinan bekerja.
5. Teladan pimpinan Keteladanan dari seorang pimpinan menjadi penting karena pimpinan
selalu diperhatikan oleh bawahan, apa yang diperintahkan oleh atasan atau pimpinan selalu diikuti. Seorang pimpinan yang selalu berbuat baik dan
mentaati peraturan yang ada akan menjadi panutan bagi bawahannya. Sehingga sikap dari pimpinan tersebut akan mempengaruhi karyawan
untuk dapat bersikap disiplin juga.
1.5.2.2 Beberapa Pedoman Dalam Pendisiplinan
Heidjrachman2008:228 mengemukakan bahwa dalam pendisplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut :
1. Pendisiplinan hendaknya dilakukansecara pribadi
Tidak seharusnya memberikan teguran kepada bawahan dihadapan banyak orang. Hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur meskipun
memang benar bersalah akibatnya dapat menimbulkan rasa dendam.
2. Pendisiplinan harus bersikap membangun
Memberikan teguran hendaknya disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalahan yang sama.
3. Pendisiplinan harus dilaksanakan pimpinan
4. Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu
bawahan sedang absen 5. Setelah pendisiplinan sikap pimpinan harus wajar
Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisplinan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi
sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan dan para bawahannya
mengangapnya sebagai perbaikan atas tindakan kesalahannya. Dengan demikian seorang pimpinan haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisplinan
terhadap bawahan. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat
2. Adanya prilaku yang dikendalikan 3. Adanya ketaatan
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain.
Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia sukses adalah manusia yang mampu
mengatur,mengendalikan diri yang menyangkut peraturan cara hidup, dan mengatur cara kerja. Maka hubungan antara manusia sukses dengan pribadi yang
disiplin sangat erat.
1.5.2.3 Indikator dalam Mengukur Disiplin Kerja
Menurut Alfred R. Lateiner dalam Imam Soejono 1983:72 Disiplin
kerjadiukur berdasarkan indikatornya, yaitu: 1. Kepatuhan
terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan
melaksanakan segala tugas dan apa yang dianjurkan atau diperintahkan oleh atasan.
2. Ketaatan terhadap tata tertib dan peraturan, mengikuti ketentuan - ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku selama
bekerja. 3. Ketentuan dan ketelitian selama bekerja, melaksanakan tugas denga sebaik
- baiknya, cermat dan hati-hati. 4. Kehematan dalam bekerja, menggunakan waktu, dana dan perlengkapan
atau peralatan kerja dengan sebaik-baiknya. 5. Ketertiban dalam bekerja, mengendalikan diri dan menciptakan suasana
aman dan tenang selama bekerja. 6. Kesopanan dalam bekerja, sopan santun atau tata krama selama bekerja
baik diri pribadi maupun kepada atasan dan teman sejawat. 7. Kesadaran akan pentingnya tugas atau pekerjaan, mengutamakan
kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain. 8. Pelayanan, melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan bidang tugas
dan pekerjaannya.
1.5.3 Pengaruh Fungsi Pengawasan terhadap Disiplin Kerja
Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang merupakan pedoman untuk mencapai tujuan.Disiplin dapat ditegakkan melalui pelaksanaan
pengawasan, pada dasarnya penyelenggaraan dan penanggung jawab fungsi pengawasan dalam organisasi dilakukan oleh pimpinan organisasi.Melalui
pengawasan pimpinan, para bawahan diarahkan untuk selalu mematuhi peraturan.Dan jika terjadi penyimpangan atau kesalahan maka pimpinan
berkewajiban untuk melakukan tindak lanjut pengawasan atau pendisiplinan terhadap bawahan.
Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan, suatu organisasi bagaimanapun bentuk dan bergerak dibidang apapun sudah pasti mempunyai
suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali usaha yang dilakukan baik itu berupa tenaga, waktu dan dana. Agar tujuan dapat dicapai
secara efektif dan efisien maka diperlukan pengawasan.Pengawasan dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan usaha dapat berhasil dan dilaksanakan sesuai
dengan tugas pokok, fungsi, rencana atau program, pembagian dan pendelegasian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara pengawasan dengan disiplin,
kita dapat melihat pendapat Suwardi1992:30 bahwa pengawasan yang efektif menuntut tingkat kepemimpinan yang tinggi meliputi pembentukan moral,
mengembangkan kerjasama, kemampuan menanamkan disiplin dan mengenai sifat-sifat manusia. Dalam rangka menegakkan pengawasan juga diperlukan
adanya teladan dari pimpinan agar dapat mengefektifkan peraturan yang telah dikeluarkan.Hal ini disebabkan karena pimpinan mempunyai pengaruh yang besar
dalam menegakkan disiplin bawahan. Kaitan antara pengawasan dengan disiplin kerja karyawan juga dapat dilihat
dari pendapat Menzeis1987:167, yang menyatakan bahwa disiplin tidak mungkin ada tanpa pengawasan yang baik, pemimpin harus mempunyai sistem
pengawasan yang ia perlukan untuk mengarahkan para bawahannya dengan tepat. Dalam penelitian Linda Gosango 2007 menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan pada pengaruh fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. Kemudian penelitian Febriana Louise Purba 2008 menyatakan bahwa
ada pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja. Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa untuk menegakkan
disiplin kerja maka pengawasan sangatlah diperlukan. Karena dengan adanya pengawasan maka para karyawan diharapkan akan dapat berbuat dan bertingkah
laku sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, yang ada pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Jadi pengawasan haruslah diarahkan pada upaya mewujudkan suasana tertib dan berdisiplin yang tumbuh dan berkembang atas kesadaran dalam dirinya
sendiri. Pada gilirannya hal ini akan menciptakan kondisi ketaatan dan kepatuhan yang dinamis terhadap perintah dan kebijaksanaan pimpinan serta perundang-
undangan yang berlaku, tanpa tekanan serta kreatifitas dari inisiatif terus tumbuhdan berkembang yang memungkinkan tingkat disiplin kerja karyawan
menjadi tinggi.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data Sugiyono 2005:70. Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah :
1. Hipotesis alternatif Ha yaitu: Ada pengaruh antara
fungsi pengawasanterhadap disiplin kerja karyawan.
2. Hipotesis nihil Ho yaitu: Tidak ada pengaruh antara fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan.
1.7 Definisi Konsep
Adapun konsep dari penelitian ini adalah : a. Fungi pengawasanadalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau
usaha yang dilakukan oleh pimpinan dengan cara pemantauan, pemeriksaan, bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin, tindakan
koreksi untuk mengawasi dan mengendalikan bawahan serta organisasi secara terus menerus demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan
pekerjaan dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku.
b. Disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku dari seseorang karyawan yang selalu taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan organisasi atau
institusi baik yang tertulis maupun yang tidak untuk pelaksanaan aktivitas atau kegiatan dengan sebaik-baiknya serta tidak menyimpang dari
ketentuan yang ada.
1.8 Definisi Operasional