BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Ginjal mencit jantan Mus musculus L. setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah
pemulihan terdiri dari gambaran morfologi ginjal, bobot ginjal dan pengamatan histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus
Proksimal
4.1. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC. dan Setelah Pemulihan
Pengamatan morfologi ginjal mencit jantan Mus musculus L. setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan
setelah pemulihan dapat dilihat sebagai berikut:
4.1.1. Warna Ginjal
Gambaran warna ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah pemulihan dapat
dilihat pada Gambar 4.1. berikut:
Gambar 4.1. Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah
pemulihan a ginjal normal dengan warna merah kecoklatan, b ginjal abnormal dengan warna pucat, dan c ginjal normal dengan
warna merah kecoklatan setelah 40 hari pemulihan.
a b
c
Pada Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa pada Gambar a merupakan kelompok kontrol, b merupakan kelompok perlakuan pemberian ekstrak segar buah
andaliman 5 dan c merupakan kelompok setelah 40 hari pemulihan. Gambar di atas menunjukkan pada kelompok kontrol dan kelompok pemulihan setelah 40
hari diberi perlakuan tidak jauh beda, tetapi pada kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dilihat dari warna yang lebih pucat.
Perubahan ini umumnya perubahan secara fisiologis. Menurut Ressang 1984, perubahan warna organ umumnya disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis
dan struktur mikroskopik yang sangat berpengaruh pada organ tersebut.
4.1.2. Data Morfologi Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak
Segar Buah Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan Setelah
Pemulihan
Data morfologi kelompok perlakuan dan pemulihan ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium
DC. dan setelah pemulihan dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Data morfologi ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah
pemulihan Kelompok
Perlakuan Data Morfologi Ginjal
Warna Permukaan
Konsistensi K0
100 N 100 N
100 N P1
100 N 100 N
100 N P2
83,33 N 16,67 A
100 N 100 N
P3 100 N
100 N 100 N
K0P 100 N
100 N 100 N
P1P 100 N
100 N 100 N
P2P 100 N
100 N 100 N
P3P 100 N
100 N 100 N
Keterangan: Normal N dan Abnormal A K0 = Kontrol blank; P1, P2, dan P3 = Perlakuan dengan ekstrak
segar andaliman 2, 5, dan 10; K0P = Kontrol blank setelah pemulihan 40 hari; P1P, P2P, dan P3P = Perlakuan dengan ekstrak
segar andaliman 2, 5, dan 10 setelah pemulihan 40 hari.
Dari Tabel 4.1. di atas dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan dan pemulihan yaitu perubahan warna ginjal. Pada perlakuan K0, P1, dan P3
menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi ginjal, pada perlakuan P2 terjadi perubahan abnormal pada warna ginjal sebanyak
1 ekor mencit 16,67, tetapi permukaan dan konsistensi tetap normal dan tidak ada perubahan. Sedangkan pada kelompok pemulihan K0P, P1P, P2P, dan P3P
menunjukkan tidak ada perubahan pada warna, permukaan dan konsistensi ginjal tetap dalam keadaan normal. Hal ini kemungkinan dikarenakan ekstrak segar buah
andaliman yang diberikan dengan konsentrasi 2, 5, da 10 belum terlalu berpengaruh terhadap ginjal mencit. Hal ini terlihat dari data di atas, terlihat
banyak kelompok ginjal yang tetap dalam keadaan normal sesuai dengan pernyataan Anggraini 2008, ginjal normal ditandai dengan ginjal yang berwarna
merah kecoklatan, permukaan licin, serta konsistensinya kenyal. Perbedaan konsentrasi ekstrak yang diberikan dengan intensitas pemberian
yang berbeda juga berpengaruh terhadap kondisi morfologi ginjal, serta memiliki kemampuan kembali normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astuti et al.,
2006, jika intensitas paparan suatu zat terhadap suatu organ ditingkatkan maka akan menimbulkan perubahan morfologi dan fungsi, perubahan tersebut umumnya
bersifat reversible. Menurut Underwood 1999, bahwa ginjal mirip dengan hati apabila
mengalami cedera, karena memiliki sel epitel yang dapat beregenerasi, tetapi arsitekturnya tidak dapat diperbaiki. Kerusakan epitel tubulus akibat iskemia atau
terkena toksin dapat menimbulkan gagal ginjal klinis. Tetapi pada umumnya cukup banyak sel epitel yang masih hidup dan dapat membentuk tubulus lagi
sehingga fungsi ginjal normal kembali. Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar senyawa toksikan,
sehingga ginjal yang mempunyai volume aliran darah tinggi mengkonsentrasi toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal
merupakan organ sasaran utama dari efek toksik yang dapat mempengaruhi morfologi ginjal Hendriani, 2007.
4.1.3. Bobot Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Segar Buah
Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah Pemulihan
Rata-rata bobot ginjal mencit jantan yang didapat setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah pemulihan
dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut:
Gambar 4.2. Rata-rata bobot ginjal mencit jantan setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman dan setelah pemulihan. K0 = Kontrol blank; P1,
P2, dan P3 = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2, 5, dan 10; K0P = Kontrol blank setelah pemulihan 40 hari; P1P,
P2P, dan P3P = Perlakuan dengan ekstrak segar andaliman 2, 5, dan 10 setelah pemulihan 40 hari.
Dari Gambar 4.2. diperoleh data bobot ginjal mencit jantan perlakuan K0, P1, P2, dan P3 dan setelah pemulihan K0P, P1P, P2P, dan P3P. Rata- rata bobot ginjal
K0 0,27 g, P1 dan P3 0,28 g, dan P3 memiliki bobot ginjal dengan rata-rata tertinggi yaitu 0,3 g, sedangkan kelompok pemulihan K0P, P1P, dan P2P
memiliki rata-rata bobot ginjal yang sama yaitu 0,26 g dan P3P 0,28 g. Bobot ginjal tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan P2 yaitu 0,3 g dan terendah
pada kelompok pemulihan K0K, P1P, P2P yaitu 0,26 g. Dari hasil di atas terlihat bahwa pemberian ekstrak segar buah andaliman yang diberikan selama 40 hari
dan dilanjutkan pemulihan selama 40 hari, terlihat adanya peningkatan bobot ginjal pada kelompok perlakuan dan kelompok pemulihan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Tetapi secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan
0.27 0.28
0.3 0.28
0.26 0.26
0.26 0.28
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
0.45
K0 P1
P2 P3
K0P P1P
P2P P3P
B o
b o
t g in
jal g
Perlakuan dan Pemulihan
yang signifikan antara kontrol, perlakuan dan pemulihan. Hal ini karena senyawa yang terkandung pada buah andaliman tidak berpengaruh terhadap bobot ginjal,
sehingga tetap meningkat untuk bobot ginjal tersebut. Uji one-way ANOVA pada parameter bobot ginjal sebelum pemulihan dan
uji Kruskal-Wallis pada parameter bobot ginjal sesudah pemulihan mendapatkan nilai pα. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pebedaan yang signifikan pada
α=0.05 untuk perlakuan K0, P1, P2, dan P3 pada parameter pengamatan.
Diasumsikan bahwa perlakuan ekstrak segar andaliman tidak memiliki pengaruh terhadap bobot ginjal karena tidak adanya perbedaan yang signifikan antara K0,
P1, P2, dan P3. Uji Wilcoxon antara parameter bobot ginjal sebelum dan sesudah
pemulihan mendapatkan nilai pα, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada bobot ginjal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman
sebelum pemulihan dan sesudah pemulihan 40 hari. Menurut Lu 1994,
meningkatnya berat ginjal juga dapat dianggap sebagai salah satu nefrotoksisitas yang paling peka dan konsisten jika diikuti dengan
perubahan warna dan bentuk ginjal, tetapi dari hasil pengamatan terhadap warna dan bentuk ginjal mencit perlakuan, ternyata tidak memperlihatkan perbedaan dengan
mencit kontrol sehingga dalam menilai efek ginjal sebagai suatu toksikan perlu dipertimbangkan beberapa faktor untuk dapat mengatakan bahwa suatu zat dapat
dianggap toksik atau tidak pada fungsi dan morfologi ginjal karena ginjal mempunyai kemampuan kompensasi yang cukup tinggi.
Jika terjadi perubahan pada berat ginjal, saat dibandingkan dengan berat ginjal hewan kontrol, maka hal tersebut
menunjukkan terjadi lesi ginjal. Lesi ginjal merupakan kerusakan jaringan karena gangguan fisik atau patologis.
Menurut Syaifuddin 2000, ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresikannya dalam urin, sedangkan zat yang
dibutuhkan kembali ke dalam darah. Peristiwa ini menyebabkan ginjal bekerja dengan sangat keras, sehingga dapat mempengaruhi perubahan berat dan
morfologi ginjal. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ ekskresi utama. Ginjal mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan
memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh.
4.2. Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan Pada Diameter Glomerulus dan Tubulus Proksimal Setelah Pemberian Ekstrak Segar
Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC. dan Setelah Pemulihan
Gambaran histologis ginjal mencit jantan pada diameter glomerulus dan diameter tubulus proksimal setelah pemberian ekstrak segar buah andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC. dan setelah pemulihan dapat dilihat pada gambar 4.3. berikut:
Gambar 4.3. Persentase diameter glomerulus DG dan diameter tubulus proksimal DTP. Kelompok kontrol K0, kelompok perlakuan
P1, P2, dan P3 dengan konsentrasi 2, 5, dan 10, dan kelompok kontrol pemulihan K0P, kelompok pemulihan P1P,
P2P dan P3P setelah 40 hari.
Dari Gambar 4.3. didapatkan bahwa persentase diameter glomerulus kelompok perlakuan K0 12, P1 12, P2 13, P3 13 dan kelompok pemulihan
K0P 12, P1P 11, P2P 13, P3P 13. Sedangkan persentase diameter tubulus proksimal kelompok perlakuan didapatkan K0 14, P1 11, P2
13, P3 14 dan kelompok pemulihan K0P 11, P1P 12, P2P 11, P3P 12. Dari hasil pengamatan pada perlakuan setelah pemberian ekstrak
1 2
.1 9
1 2
.3 8
1 2
.6 8
1 3
.4 2
1 1
.6 5
1 1
.2 8
1 3
.2 4
1 3
.1 6
1 4
.2 2
1 1
.0 5
1 3
.4 1
1 4
.3 7
1 1
.4 1
1 1
.9 5
1 1
.4 1
1 2
.1 9
0.10 0.11
0.12 0.13
0.14 0.15
K0 P1
P2 P3
K0P P1P
P2P P3P
Dia m
eter
Perlakuan dan Pemulihan
DG DTP
segar buah andaliman selama 40 hari dan pemulihan selama 40 hari terlihat adanya peningkatan persentase diameter glomerulus dibandingkan kelompok
kontrol. Namun terjadi penurunan persentase diameter tubulus proksimal pada kelompok perlakuan P1 11. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak segar buah
andaliman dengan konsentrasi 2 dapat mempengaruhi diameter tubulus proksimal, namun konsentrasi 5 dan 10 tidak memiliki pengaruh yang nyata.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak buah andaliman seperti steroid.
Menurut Indriani 2007, bahwa steroid banyak ditemukan di alam, yaitu pada tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan disebut dengan
sitosterol yang biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan serangga insektisida. Syahrum Kamaludin
1994, juga menyatakan senyawa yang bersifat toksik akan mempengaruhi sel-sel mensenkim sehingga poliferasi terganggu.
Menurut Lu 1995, bagian dalam ginjal yang paling rentan terhadap efek toksikan adalah tubulus kontortus proksimal, hal tersebut disebabkan absorpsi dan
sekresi aktif yang terjadi di dalam tubulus tersebut. Kadar toksikan tubulus proksimal sering lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan,
dengan demikian tubulus ini merupakan sasaran efek toksik. Menurut Purwati 2005, reaksi sel, jaringan atau organ terhadap agen
tertentu dapat berupa adaptasi yaitu penyesuaian terhadap rangsangan fisiologis atau patologik tertentu, kerusakan yang bersifat reversibel terjadi bila kemampuan
beradaptasi sel telah terlampaui dan kerusakan yang bersifat irreversibel akan berakhir dengan kematian nekrosis dari sel. Himawan 1973 menyatakan bahwa
meskipun zat kimia merupakan zat yang biasa terdapat pada tubuh seperti natrium dan glukosa, tetapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan
nekrosis akibat gangguan osmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang zat lain
baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasi tinggi.
4.2.1. Gambaran Hasil Pengukuran Diameter Glomerulus dan Diameter Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak
Segar Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC. dan Setelah Pemulihan
Gambaran hasil pengukuran diameter glomerulus dan diameter tubulus proksimal mencit jantan dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut:
Gambar 4.4. Gambaran mikroskopis glomerulus dan tubulus proksimal ginjal dengan perbesaran 400x. a1 diameter glomerulus, a2 diameter
tubulus proksimal kelompok kontrol, b1 diameter glomerulus, b2 diameter tubulus proksimal kelompok perlakuan, c1 diameter
glomerulus, c2 diameter tubulus proksimal kelompok pemulihan.
Dari gambar 4.4. di atas dapat dilihat diameter glomerulus 6,15 dan 5,01µm dan diameter tubulus proksimal 2,68 dan 2,9µm pada kelompok perlakuan tampak
lebih meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, peningkatan diameter glomerulus tersebut tidak menunjukkan adanya kerusakan
pada ginjal tersebut. Seperti yang dinyatakan Maharani 2012, glomerulus ginjal yang mengalami kerusakan, ditandai dengan berkurangnya ukuran glomerulus.
Hal tersebut disebabkan oleh peristiwa nekrosis berupa pecahnya organel sel. a
b
c
1
2 1
2
2 1
Secara histologi tubulus proksimal menurut Leeson dkk., 1989, sel-sel tubulus proksimal bersifat eosinofilik dengan batas brush border dan garis-garis
basal dan lumen biasanya nyata lebar sedangkan glomerulus menurut Vinandhita 2008 yaitu glomerulus merupakan kumpulan kapiler-kapiler darah yang
memiliki fungsi utama memfiltrasi plasma. Glomerulus diselimuti oleh kapsula bowman. Daerah diantara kapsula bowman dengan buluh-buluh kapiler disebut
ruang bowman. Sebagian besar toksikan dapat melewati glomerulus dan mengalami
absorpsi pasif di sel-sel tubuler. Oleh karena itu, setiap bagian nefron seperti glomerulus secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh toksikan dapat beragam, mulai dari perubahan biokimia atau sampai kematian sel Lu, 1995.
Faktor yang mungkin menyebabkan kerusakan ginjal adalah kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan substansi xenebiotik di dalam sel. Jika suatu zat
kimia disekresi secara aktif dari darah ke urin, zat kimia terlebih dahulu diakumulasikan dalam tubulus proksimal atau jika substansi kimia ini direabsorbsi
dari urin maka akan melalui sel epitel tubulus dengan konsentrasi tinggi. proses pemekatan tersebut mengakibatkan zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal
dan menyebabkan kerusakan ginjal Anggraini, 2008. Menurut Cotran 1995, kerusakan ginjal berupa nekrosis tubulus
disebabkan oleh sejumlah racun organik. Hal ini karena pada sel epitel tubulus terjadi kontak langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel
tubulus ginjal dapat mengalami kerusakan ataupun nekrosis pada inti sel ginjal sehingga warna ginjal tampak berubah. Faktor lain yang mengakibatkan sel
tubulus mudah berubah struktur adalah luasnya bidang permukaan reabsorbsi tubulus, metabolic rate yang tinggi, tingginya konsumsi oksigen untuk melakukan
fungsi transpor dan reabsorbsi juga kemampuan tubulus untuk mengkonsentrasi zat Hartono, 2009.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan