yang tertentu atas permintaan orangtua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang,
dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal : 1. Ia sangat melaaikan kewajibannya terhadap anaknya; 2. Ia berkelakuan buruk sekali. ”
Penulis mengambil kesimpulan, secara hukum dan berdasarkan banyak yurispudensi memang anak di bawah umur diharuskan ikut atau berada dalam
pengasuhan ibunya, namun ketentuan tersebut secara mutlak tidak dapat menjadi ukuran hakim dalam pertimbangannya. Hakim pada umunya akan
mepertimbangkan tentang kelakuan dan tabiat dari si ibu, kedekatan psikologis Ibu dan si anak, kemampuan financial si Ibu dan faktor-faktor lainnya. Jika
ternyata si ibu dianggap tidak memenuhi kriteria di atas maka hak ash anak dapat jatuh ke tangan bapak.
Jadi jika menurut pertimbangan hakim si ibu tidak akan dapat diharapkan memberi jaminan mengurus kepentingan pemeliharaan anak, maka selanjutnya
kuasa asuh anak dan pemeliharaannya adalah jatuh ke tangan Orang tua laki-laki yaitu BapaknyaTergugat.
B. Pertimbangan Hakim Mengabulkan Tuntutan Hak Asuh Anak yang
Diajukan Suami
Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup beraneka ragam. Kebutuhan hidup itu hanya dapat dipenuhi
secara wajar apabila manusia itu mengadakan hubungan satu sama lain. Dalam hubungan tersebut lalu timbullah hak dan kewajiban timbal balik, hak dan
Universitas Sumatera Utara
kewajiban mana harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Hubungan yang menimbulkan hak dan kewajibann semacam ini diatur dalam peraturan hukum.
Karena itu hubungan yang diatur oleh hukum dan menjadi objek hukum. Karena hubungan hukum itu terjadi antara pribadi yang satu denagn pribadi yang lain,
maka disebut hubungan hukum perdata. Untuk mempertahankan hak dan memenuhi kewajibannya seperti yang
diatur dalam hukum perdata, orang tidak boleh bertindak semaunya saja, tidak boleh main hakim sendiri eigen richting, own arbitrarily action, melainkan harus
berdasarkan pada peraturan hukum yang telah dutetapkan dan diatur dalam undang-undang. Apalagi kalau pihak yang bersangkutan tidak dpat menyelesaikan
sendiri tuntutannya secara damai, dan meminta bantuan penyelesaian kepada hakim. Cara pengelesaian lewat hakim atau pengadilan terebut diatur dalam
Hukum cara Perdata Burgerlijk Procesrecht, Civil Law of Procedure. Perkataan “acara” disini berarti proses penyelesaian perkara lewat hakim
atau pengadilan. Proses penyelesaian lewat hakim ini bertujuan untuk memulihkan seseorang yang telah dirugikan atau terganggu, mengembalikan suasana seperti
dalam keadaan semua bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata, agar peraturan hukum perdata berjalan sebagaimana mestinya.
51
Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 di dalamnya terdapat tugas dan kewajiban pokok hakim, yaitu.
1 Mengadili menurut hukum dengan tidak membedak-bedakan orang pasal 5
ayat 1.
51
Abdulkadir Muhammad, SH., Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : Penerbit Alumni, 1978, Hal. 27
Universitas Sumatera Utara
a. Membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi
segala hambatan dan rintangan demi terciptanya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan pasal 5 ayat 2.
b. Tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadilinya pasal 14 ayat 1.
c. Memberi keterangan, pertimbangan dan nasihat-nasihat tentag soal-soal
hukum kepada Lembaga Negara lainnya apabila diminta pasal 25. d.
Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat pasal 28 ayat 1.
52
Dikaitkan dengan kasus penentuan hak asuh anak oleh Majelis Hakim pada kasus perceraian Krisna Wenny dan Loganaden Jibalen, timbul suatu pertanyaan
mengapa Hakim mengabulkan tuntutan hak asuh anak yang diajukan oleh suami. Padahal dilihat dari segi kemanusiaan, seorang anak apalagi masih berumur 8
delapan tahun, peran ibu sangat besar dalam menunjang kehidupannya menjelang masa remaja lalu dewasa.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak menjelaskan pengertian mengenai hak asuh anak secara jelas. Tetapi di dalam KHI, yang berlaku dan
mengikat bagi mereka yang berperkara di Pengadilan Agama beragama Islam, apabila dalam hak terjadi perceraian diatur bahwa :
a Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun
adalah hak ibunya.
52
http:arno13.blogspot.com200911pengertian-dan-fungsi-hukum-acara.html?m=1, diakses pada tanggal 28 Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
b Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk
memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaan. c
Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. Sedangkan untuk orang-orang yang berperkara di Pengadilan Negeri
beragama bukan Islam, karena tidak ada peraturan yang bisa menjadi pedoman secara tegas mengatur batasan pemberian hak asuh anak bagi pihak yang
menginginkannya, maka hakim dalam menjatuhkan putusannya mempertimbangkan berbagai faktor yang menyangkut kesejahteraan anak itu
nantinya, misalnya tentang faktor-faktor yang terungkap di Persidangan, bukti dan saksi yang diajukan dalam persidangan, serta argumentasi yang dapat meyakinkan
hakim mengenai kesanggupan dari pihak yang memohonkan hak asuh anak tersebut dalam mengurus dan melaksanakan kepentingan dan pemeliharaan si
anak. Pada prakteknya mengenai permintaan hak asuh terhadap anak seringkali
diajukan oleh suami dalam Gugatan Perceraiannya melalu Pengadilan Negeri. Pada Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Convention On the Rights Of The Child Konvensi Tentang Hak-hak Anak yaitu, “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga kesejahteraa, sosial pemerintah atau swasta, lembaga peradilan, lembaga pemerintah atau legislatif, kepentingan terbaik anak akan menurpakan
pertimbangan utama”. Jika dalam persidangan terbukti bahwa sang istri melakukan
perselingkuhan maka dirinya dianggap telah gagal menjadi seorang ibu atau istri
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana diatur dalam Pasal 34 aat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi, “Istri wajib mengatur urusan rumah tangga
sebaik-baiknya”. Dalam kasus yang demikian, khususnya mengenai hak asuh atas anak,
tentu Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara perceraian akan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi si anak. Maka bertolak dari konsepsi
perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan komprehensif, UU perlindungan Anak meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan
atas. a.
Non-diskriminasi; b.
Kepentingan yang terbaik untuk si anak; c.
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; dan d.
Penghargaan pendapat anak. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka Majelis Hakim
biasanya akan memutus bahwa hak asuh anak atas anak yang ibunya terbukti melakukan perselingkuhan, dapat jatuh ketangan bapaknya.
Beberapa pertimbangan hakim di dalam Putusan Nomor 411Pdt.G2012PNMdn dalam memberikan Hak asuh anak kepada
suamitergugat sebagai bapak kandung dari anak tersebut antara lain : 1.
Dalil gugatan Penggugat sejak tahun 2005 antara Penggugat dan Tergugat terus terjadi pertengkaran sampai dengan 10 Maret 2012. Dimana dalam
setia pertengkaran tersebut Tergugat selalu melakukan tindakan kasar dan perkataan kasar Penggugat, dan ktidak harmonisan rumah tangga tersebut
Universitas Sumatera Utara
telah pernah dicoba untuk di damaikan antara keluarga tetapi tidak berhasil, karena tidak ada lagi persesuaian hidup akhirnya Penggugat dan Tergugat
sepakat telah diusir Tergugat dari rumah dan sampai saat ini Penggugat tiak diijinkan untuk bertemu anak Penggugat.
2. Dalil gugatan Penggugat tersbut dibantah oleh Tergugat dengan alasan
ketidakharmonisan rumah tangga Penggugat sendiri yang selalu curiga kepada Tergugat dan tidak benar Tergugat selalu bersikap kasar justru
Penggugatlah yang selalu bersikap kasar, dan sekitar bulan November 2011 saat Tergugat bekerja, Penggugat pergi meninggalkan rumah rumah dengan
membawa seluruh perabotan rumah tangga dan anak mereka, baru pada tanggal 5 maret 2012 Penggugat bersama ibunya ibu penggugat
mengantarkan anak tersebut sambil berkata “urus anak ini” dan ambil marah-marah Penggugat menampar dan memukulTergugat.
3. Hakim menimbang bahwa surat kesepakatan bercerai tanggal 10 November
2012 dibuat karena Penggugat tertangkap basah sedang berduaan dalam sebuah kamar hotel tanpa memakai busana hanya memakai handuk saja
dengan seorang laki-laki yang diduga selingkuhan Penggugat. 4.
Karena pihak Tegrugat telah menyangkal dan memantah dalil-dalil gugatan Penggugat maka menjadi Kewajiban Hukum bagi Penggugat untuk
membuktikan dalil-dalil gugatannya. 5.
Berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI Nomor 534kPdt1986 tertanggal 18 Juni 1986,bhawa perceraian tidak perlu dilihat dari siapa
penyebab perselisihan atau karena salah satu pihak telah meninggalkan
Universitas Sumatera Utara
pihak lain, tetapi yang perlu dilhat adalah perkawinan itu sendiri, apakah perkawinan itu masih dapat dipertahankan atau tidak, karena jika kedua
belah pihak sudah pecah, maka tidak mungkin dapat diperstaukan lagi. 6.
Penggugat dalam membuktikan dan mendukung dalil gugatannya dalam hal ini tidak ada mengajukan saksi-saksi di persidangan.
7. Saksi dari pihak Tergugat yaitu saksi L Siwa Manems, SE. di bawah
sumpah menerangkan bahwa saksi mengetahui Tergugat ada melakukan penggerebekan kepada Penggugat, karena saksi juga ikut, penggerebekan
tersebut di lakukan di sebuah hotel yaitu Hotel Snita, dimana sakis melihat Penggugat dengan laki-laki yang bernama Ram kana di dalam kamar hotel
tersebut, dimana posisi lajak tahun 2011 laki-laki tersebut di atas tempat tidur dan Penggugat berlari ke dalam kamar mandi dan tindakan yang
dilakukan saksi waktu itu adalah membawa laki-laki tersebut ke Polresta Medan, bahwa Penggugat dan tergugat sudah tidak tinggal serumah dan
anak mereka tinggal bersama Tergugat yang sekarang sedang bersekolah, dan Penggugat juga pernah ditahan tersangkut masalah penggelapan uang
di tempat Penggugat bekerja dan pada waktu itu anak mereka tinggal bersama Tergugat, bahwa Penggugat dengan Tergugat sudah tidak serumah
lagi sejak tahun 2011. 8.
Keterangan dari saksi Supemani, bahwa Penggugat dan Tergugat tidak tingal bersama lagi sejak kejadian penggerebekan di Hotel dan Penggugat
dengan tergugat cekcok sejak tahun 2011 diseabkan masing-masing tidak mau mengalah, dan mereka pernah diusahakan berdamai tetapi tidak
Universitas Sumatera Utara
berhasil, dan Penggugat pernah berusaha untuk mengambil anak tersebut tetapi tidak dikasih, dan menurut saksi antara Penggugat dan Tergugat tidak
mungkin diperstaukan lagi. 9.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang diajukan Tergugat satu sama lainnya saing bersesuaian menunjukkan adanya perselisihan antara
Penggugat dan tergugat dimana sejak tahun 2011 Penggugat dan Tergugat tidak serumah lagi, demikian juga usaha dari pihak Penggugat maupun
Tergugat untuk mendamaikan perkawinan mereka tidak berhasil untuk mneyatukan rumah tangga Penggugat dan Tergugat.
10. Berdasarkan dalil-dalil Penggugat serta keterangan saksi-saksi
sebagaimana diuraikan maka Majelis Hakim berpendapat bahwa telah terbukti antara Penggugat dan Tergugat sebagai suami istri terus menrus
terjadi perselisihan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga mereka, sehingga alasan-alasan perceraian sebagaimana
dalam Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 telah terpenuhi.
11. Majelis Hakim mempertimbangkan siapakah diantara Penggugat dan
Tergugat yang berhak atas pemeliharaan dan pengasuhan anak Penggugat dan Tergugat yaitu J. Akash Dilradj sampai anak tersebut dewasa dan dapat
menentukan sikapnya. 12.
Keterangan dari saksi L Siwa Manems dan Supermani menunjukkan bahwa anak mereka tinggal bersama Tergugat yang mengurus dan merawatnya
serta membiayai hidup anak tersebut adalah Tergugat.
Universitas Sumatera Utara
13. Menimbang bahwa dari keterangan saksi-saksi yang didengar
dipersidangan Penggugat tidaklah menunjukkan sifat dan kelakuan yang baik sebagai seorang ibu, dimana Penggugat selama ini telah menjalin
hubungan dengan laki-laki lain selain Tergugat suaminya, dimana Penggugat pernah tertangkap basah sewaktu dilakukan penggerebekan di
sebuah Hotel dengan seorang laki-laki lain, hal demikian jelas menunjukkan sikap dan kelakuan yang tidak baik yang dapat merusak
moral dan jiwa anak tersebut nantinya dikemudian hari apabila anak tersebut berada di bawah pengasuhan penggugat, demikian juga pernyataan
Penggugat sendiri yang menyatakan sewaktu mengantarkan anak tersebut kerumah Tergugat agar Tergugat mengurus anak mereka, dan sampai saat
ini anak tersebut berada di bawah asuhan Tergugat da dalam keadaan sehat serta dalam keadaan bersekolah sebagaimana layaknya seorang anak.
14. Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil Penggugat yang menuntut agar
ditetapkan sebagai pemegang hak pemeliharaan atau hak asuh anak mereka yaitu J. Akash Dilradj tidaklah beralasan dan karenanya patut ditolak.
15. Dalam ketentuan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 point b dikatakan
akibat putusnya perkawinan karena perceraian, maka Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang
diperlukan anak itu, bilamana Bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi keajiban tersebut pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut
memikul biaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
16. Menurut keterangan saksi-saksi yang didengar dipersidangan selama
Penggugat dan Tergugat tidak serumah lagi, Tergugatlah yang membiayai kebutuhan anak mereka, baik biaya sekolah maupun biaya hidup lainnya,
karena anak tersebut sampai saat ini tinggal bersama Tergugat. 17.
Majelis hakim mempertimbangkan maka secara hukum Tergugat patut dan layak diberi Hak pengasuhan atas anak Penggugat dan Tergugat.
Dalam mengambil putusan, Majelis Hakim mengadakan musyawarah untuk menetukan putusan apa yang hendak dijatuhkan kepada pihak yang
berperkara. Pemeliharaan anak adalah pemenuhan atas berbagai aspek kebutuhan
primer dan sekunder anak. Pemeliharaan ini meliputi aspek pendidikan, biaya hidup, kesehatan, ketentraman, dan segala aspek yang memiliki kaitan dengan
kebutuhannya. Keadilan hukum terhadap anak harus terlebih dahulu mempertimbangkan sejauh mana kemampuan orang tua dalam memberikan
keteladanan bagi perkembangan karakter si anak. “Dari pertimbangan oleh Majelis Hakim yang penulis uraikan diatas,
maka dalam putusannya Hakim menyatakan bahwan Tergugat KonvensiSi Suami sebagai pemegang hak asuh atas anak yang bernama J. Akash Dil Radj, sampai
anak tersebut dewasa dan dapat menentukan sikapnya, namun Tergugat tidak boleh menghalang-halangi apabila Penggugat selaku Ibu kandung dari J. Akash
Dil Radj ingin menjenguk dan bertemu dengan anak tersebut dirumah Tergugat selaku Bapak dalam setiap kesempatan.”
Universitas Sumatera Utara
C. Hak Menemui Anak-Anak Droit de Visite