Hak Menemui Anak-Anak Droit de Visite

C. Hak Menemui Anak-Anak Droit de Visite

Dalam putusan yang ditetapkan oleh Majelis hakim Pengadilan Negeri Medan mengenai hak asuh anak J. Akash Dilradj, Tergugat Konvensi atau Penggugat rekovensi dinyatakan sebagai pemegang hak asuh anak tersebut, sampai anak tersebut dewasa dan dapat menentukan sikapnya serta Tergugat KonvensiPenggugat Rekonpensi harus member kesempatan kepada Tergugat RekonpensiPenggugat Konvensi selaku ibu kandung dari anaknya untuk menjenguk dan bertemu anak tersebut dirumah Tergugat KonvensiPenggugat Rekonpensi dalam setiap kesempatan. Pitlo mempersoalkan jika salah seorang pihak tidak ditunjuk sebagai wali, maka apakah ia mempunyai hak atas anak-anaknya ? Pada awalnya memang mengenai hak menemui anak-anak tidak diakui droit de visiteBezoekrecht, karena pihak yang ditunjuk sebagai wali perlu memperoleh kebebasan untuk mendidik anaknya sehingga dialah yang menentukan apakah ada kepentingan bagi si anak apabila anak tersebut bertemu dengan pihak yang lain. Jadi hal ini semata-mata dimaksudkan untuk kepentingan si anak itu sendiri. Maka apabila si pemegang kuasa asuh anak menolak hubungan antara si anak dengan orang tua yang tidak diberi kuasa hak asuh dengan tidak beralasan yang tepat sama sekali, dapat mengakibatkan perubahan atas penunjukkan pemegang hak asuh anak tersebut. Universitas Sumatera Utara Kemungkinan untuk mengubah penunjukkan pemegang hak asuh anak atau pencabutan ontzetting perwalian itu merupakan jaminan bahwa perwalian itu tidak akan disalahgunakan. 53 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak ada atau belum ada mengatur tentang hak jenguk bagi pihak orang tua terhadap anak-anak yang berada dirumah istri atau suami pemegang hak asuh anak. Dalam hal ini menurut hemat kita sesuai dengan ketentuan yang terkandung pada pasal 41 huruf a, jelas secara tegas dutentukan bahwa sekalipun suami istri tersebut telah bercerai, namun hak mereka terhadap anak-anak adalah sama dalam arti yang meliputi segala hak dan kewajiban sebagai orang tua yang selayaknya. Maka bertitik tolak dari dasar hukum persamaan hak dan kewajiban itu, membawa konsekuensi logis bagi kedua orang tua mempunyai hak yang bebas untuk menjenguk anak-anak yang oleh Pengadilan ditetapkan pemeliharaannya kepada salah satu pihak. Malah dapat dikatakan baha menjenguk itu dapat saja dilakukan setiap saat tanpa larangan dari pihak pemelihara. Hal ini penting sekali bagi si anak itu sendiri sehingga dia merasa berkepntingan dan perhatian orang tua masih dirasakannya secara emosional. Atau orang tua yang sudah bercerai itu dapat membuat perjanjian, bahwa jengukan itu dilakukan pada saat-saat tertentu. Tetapi sama sekali tidak boleh menghilangkan hak tersebut. Kecuali dilihat secara nyata jengukan itu sangat mempengaruhi 53 R. Soetjo Prawirohamidjojo, Dan Marthalena Pohan,Hukum Orang dan Keluarga ,Yogyakarta : Penerbit Alumni, 1986, Hal. 142 Universitas Sumatera Utara akhlak dan moral si anak itu sendiri, sehingga ada alasan yang dapat dijadikan penolakan the right of invitation atau hak menemui anak-anak. 54 Penguasaan secara hukum atas anak oleh salah satu pihak bukan berarti menghalangi atau memutus hubungan dengan pihak lain. Penguasaan tunggal atas anak oleh salah satu pihak bertujuan untuk menempatkan anak bukan sebagai korban pertikaian. Anak harus diberikan kepastian hukum oleh siapa dia diasuh agar tidak seperti barang dagangan yang diperbutkan, yang nantinya akan berdampak secara mental terhadap anak itu sendiri. Orang tua harus berkomitmen dalam pengasuhan anak setelah perceraian. Keduanya harus berkerja sama dalam mendidik, menentukan cara pendisiplinan, menentukan peraturan-peraturan apa yang harus ditaati anak, menentukan waktu peretemuan, dan menentukan kesepakatan- kesepkatan dalam membesarkan anak- anak. 55 Pasal 2 UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak merumuskan hak-hak anak sebagai berikut : Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian bangsa untuk menjadi warga Negara yang baik anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang wajar. 54 M. Yahya Harahap, Op.cit, Hal. 166 55 http:sweetlifeandsoul.blogspot.com?m=1 diunggah pada tanggal 6 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara Pasal 9 UU No. 4 Tahun 1974 menyebutkan bahwa orang tua adalah yang pertama tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara fisik maupun sosial. Sehingga antara orang tua dan anak masih saling membutuhkan walaupun perkawinan mereka telah putus oleh perceraian. Permasalahan yang timbul dari pemberian hak asuh anak tersebut ialah keinginan dari salah satu orang tua yang tidak mendapat hak asuh untutk tetap dapat bertemu dengan anak-anaknya yang berada di dalam pengasuhan orang tua yang mendapatkan hak asuh atas anak tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian hak asuh kepada salah satu pihak, entah itu diberikan kepada Bapak atau Ibunya, tidak akan menghilangkan hubungan antara Bapak atau Ibu yang tidak memiliki hak asuh anak tersebut. Hal tersebut kemudian ditegaskan oleh Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara perceraian antara Krisna Wenny dan Loganaden Jibalen. Apabila nantinya salah satu orang tuanya mendapat ketidak adilan ataupun merasa hak anak tersebut diperlakukan tidak adil, misalnya tidak iberikan kesempatan untuk bertemu, maka dapat ditempuh langkah hukum dengan dasar UU Perlindungan anak dan untuk keputusannya adalah wewenang dari Majelis Hakim. Kemudian agar tidak terjadi penutupan akses anak-orang tua, perlu mekanisme pemantauan atas pelaksanaan isi putusan pengadilan. Komisi perlindungan anak dapat berperan dalam ranah itu. Jika terbukti ada pelanggaran, penulis berpendapat agar diberikan sanksi pidana yang sifatnya memberikan efek jera agar anak tidak menjadi korban tarik-ulur orang tuanya yang bersengketa. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan