menyatakan : “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, lembaga
peradilan,lembaga pemerintah atau legislative, kepentingan anak adalah merupakan pertimbangan utama.”
37
Menurut hukum positif Negara, bisa saja hak asuh anak di bawah umur yang seharusnya diberikan kepada ibu jatuh ke tangan bapaknya, melalui proses
pengadilan yang sah. Kondisi ini diatur di dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dimana hak asuh anak hanya bisa diberikan kepada pihak ibu atau
bapaknya saja.
B. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak yang Masih Di Bawah
Umur
Secara normatif, orang tua memiliki kewajiban hukum sebagai perwujudan tanggung jawab terhadap anaknya untuk membiayai kehidupan sandang, pangan,
dan pendidikan selama anak-anak tersebut masih belum dewasa. Kewajiban normatif tersebut bersifat hukum memaksa dwingendrecht
artinya tidak boleh kewajiban orang tua terhadap anaknya dilepaskan dengan membuat perjanjian untuk itu.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 telah meletakkan kewajiban orang tua terhadap anak adalah :
1. Kedua orang tua wajib memelihara anak
2. Kedua orang tua wajib mendidik anak
37
Pasal 3 Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child Konvensi Tentang Hak-hak Anak
Universitas Sumatera Utara
3. Kedua orang tua wajib member nafkah
4. Kedua orang tua wajib menyediakan tempat tinggal
5. Kedua orang tua mewakili kepentingan hukum si anak sampai anak
tersebut dewasa
38
Orang tua merupakan orang pertama yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan kesejahteraan jasmani, rohani maupun sosial seorang anak.
Kewajiban memelihara, mendidik, mencukupi kebutuhan anak, serta menjaga hak dan harta anak harus dilakukan semata-mata untuk kepentingan anak tersebut. Hal
ini terus berlangsung walaupun perkawinan orang tua mereka telah putus. Dalam ketentuan Pasal 45, 47, dan 48 UU No. 1 tahun 1974 menyebutkan :
Pasal 45 : 1
Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.
2 Kewajiban orang tua dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orangtua putus.
Pasal 47 : 1
Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan
orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. 2
Orang tua mewakili anak tersebut mengenai perbuatan hukum di dalam dan diluar pengadilan.
Pasal 48 :
38
Tan Kamello, Hukum Orang dan Keluarga, Medan : USU press, 2011,hal 64
Universitas Sumatera Utara
Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18
delapan belas tahun atau belum melangsungkan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak itu menhendaki.
Pengertian kalimat “orang tua mewakili kepentingan anak dalam melakukan perbuatan hukum” dalam Pasal di atas, hanya menyangkut perbuatan
hukum perdata dan bukan hukum pidana. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum. Contoh perbuatan hukum yang bersifat perdara
adalah jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Dalam praktek, tidak semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh anak, pelaksanaannya harus diwakili atau
diawkilkan oleh orang tuanya meskipun anak tersebu belum berusia 18 tahun atau belum kawin. Pengertian perbuatan hukum tersebut, hanya sebatas perbuatan-
perbuatan yang secara umum belum selayaknya dilakukan mereka yang belum berusia 18 tahun dan belum kawin, sehingga pengertiannya relatif dan selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hak orang tua untuk mewakili kepentingan anak di lapangan hukum perdata, baik di dalam atau di luar
pengadilan sebagi bentuk perlindungan hukum, sesungguhnya dapat dilakukan dengan pertimbangan karena kondisi kejiwaan dan psikis anak yang tidak
memungkinkan melakukan perbuatan hukum dan bukan didasarkan oleh pertimbangan karena anak tersebut belum berusia 18 tahun atau belum kawin.
39
Prof. Subekti, SH., mengatakan seorang anak yang sah sampai pada waktu ia mencapai usia dewasa atau kawin, berada di bawah kekuasaan orang tuanya
selama kedua orang tua itu terikat dalam hubungan perkawinan. Dengan demikian,
39
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Bandung : CV. Mandar Maju, 2009 hal. 24
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan orang tua itu mulai berlaku seak lahirnya anak satau sejak hari pengesahannya dan berakhir pada waktu anak itu menjadi dewasa atau kawin, atau
pada waktu perkawinan orang tuanya dihapuskan. Ada pula kemungkinan, kekuasaan itu oleh hakim dicabut atau orang tuanya dibebaskan dari kekuasaan itu,
karena sesuatu alasan. Kekuasaan itu dimiliki oleh kedua orang tua bersama, tetapi lazimnya dilakukan oleh si ayah. Hanyalah apabila si ayah itu tidak mampu untuk
melakukannya, misalnya sedang sakit keras, sakit ingatan, sedang berpergian dengan tidak diketahui ketentuan tentang nasibnya, atau sedang berad di bawah
pengawasan kekuasaan itu dilakukan oleh istrinya. Kekuasaan orang tua itu tidak saja meliputi diri si anak, tetapi juga meliputi
diri si anak, tetapi juga meliputi benda atau kekayaan si anak itu. Apabila si anak mempunyai kekyaan sendiri, kekayaan ini diurus oleh orang yang melakukan
kekuasaan orang tua itu. Hanyalah dalam hal ini diadakan pembatasan oleh Undang-Undang yaitu mengenai benda-benda yang tak bergerak, surat-surat sero
dan surat-surat penagihan yang tidak boleh dijual sebelum mendapat izin dari hakim.
Orang tua mempunyai hak atas benda atau kekayaan anaknya belum dewasa, yaitu mereka berhak untuk menikmati hasil atau bunga dari benda atau
kekayaan si anak. Dari peraturan ini dikecualikan kekayaan yang diperoleh si anak sendiri dari pekerjaan dan kerajinannya sendiri. Sebaliknya pada orang tua yang
mempunyai hak atas kekayaan anaknya itu diletakkan beban tanggung jawab memelihara dan menjaga benda itu sebaik-baiknya, sedangkan biaya pemeliharaan
dan pendidikan si anak harus dianggap sebagai imbalan dari hak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Orang yang melakukan kekuasaan orang tua dapat dibebaskan dari kekuasaan tersebut ontheven berdasarkan alasan ia tidak cakap ongeschikt atau
tidak mampu onmachtig untuk melakukan kewajiban memelihara dan mendidik anaknya. Yang dimaksudkan oleh Undang-undang, ialah suatu kenyataan bahwa
seorang ayah atau ibu mempunyai sifat-sifat yang menyebabkan ia tidak lagi dianggap cakap untuk melakukan kekuasan orang tua.
40
Bab III Undang-undang No. 4 Tahun 1979 mengatur tentang tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak. Dimana dikatakan pertama-tama
yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak adalah orang tua Pasal 9. Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya, yang mengakibatkan timbulnya
hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat dicabut kuasa asuhnya sebagai orang tua terhadap anak Pasal 10 ayat 1. Apabila ini terjadi
maka ditunjuk orang atau badan seabagi wali. Pencabutan kuasa asuh ini tidak menghapuskan kewajiban orang tua
tersebut untuk membiayai sesuai kemampuannya terhadap penghidupan, pemeliharaan dan pendidikan anaknya. Pencabutan dan pengembalian kuasa asuh
orang tua ini ditetapkan dengan keputusan hakim. Jadi jelasnya pencabutan kuasa asuh itu harus diajukan kepada pengadilan, demikian juga pengembaliannya.
Bentuknya adalah permohonan penetapan hakim. Untuk itu harus ada pihak yang mengajukan permohonan misalnya salah seorang dari keluarga.
41
Pasal 26 ayat 1 UU Perlindungan Anak, Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
40
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Penerbit PT Intermasa, 1980, Hal. 51
41
Darwin Prinst, Op.cit, hal. 82
Universitas Sumatera Utara
1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
2. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya; dan 3.
Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak Pasal 77 UU Perlindungan Anak mengatur bahwa orangtua yang
melakukan penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial, dipidana dengan penjara paling
lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp.100 juta. Jadi, bila ada orangtua yang melakukan penelentaraan pada anaknya, dan mengakibatkan anak
tersebut mengalami sakit atau penderitaan, dapat dihukum dengan pasal ini. Didasarkan pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 juga diatur
mengenai pencabutan kekuasaan orangtua, dimana apabila salah satu atau kedua orang tua dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu
tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang dengan
Putusan Pengadilan, dalam hal-hal sebagai berikut : a.
Ia sangat melalaikan kewajiban terhadap anaknya, b.
Ia berkelakuan buruk sekali. Menurut soemiyati, jika terjadi perceraian dimana telah diperoleh
keturunan dalam perkawinan itu, maka yang berhak mengasuh anak hasil perkawinan adalah ibu, atau nenek seterusnya ke atas. Akan tetapi, mengenai
pembiayaan untuk penghidupan anak itu, termasuk biaya pendidikanya adalah menjadi tanggung jawab ayahnya. Berakhirnya masa asuhan adalah pada waktu
Universitas Sumatera Utara
anak itu sudah dapat ditanya kepada siapa dia akan terus ikut. Kalau anak tersebut memilih ibunya, maka si ibu tetap berhak mengasuh anak itu, kalau anak memilih
ikut bapaknya, maka hak mengasuh ikut pindah pada bapak. Pendapat yang sama dengan pendapat Soemiyati tersebut, dikemukakan
oleh Hilman Hadikusuma, yang menjelaskan bahwa bapak yang bertanggung jawab semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak setelah
putusnya perkawinan karena perceraian. Jika bapak dalam kenyataannya tidak dapat melaksanakan kewajibannya membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak,
maka pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul tanggung jawab membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak itu.
C. Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Berdasarkan Undang-Undang