Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Penelitian Defenisi Operasional

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut : Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran USU tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran USU tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang radikal bebas. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang jenis-jenis radikal bebas yang berbahaya bagi kehidupan. 3. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang jenis-jenis penyakit yang dapat ditimbulkan akibat terpapar radikal bebas.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa fakultas kedokteran USU pada khususnya tentang bahaya yang dapat ditimbulkan radikal bebas sehingga dapat dilakukan pencegahan untuk timbulnya penyakit di kemudian hari. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2003. Menurut Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2003, mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru, maka terlebih dahulu akan terjadi beberapa proses, yaitu awareness menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus, interest merasa tertarik terhadap stimulus, evaluation mempertimbangkan baik dan buruknya stimulus, trial mencoba melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan oleh stimulus dan adoption berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo 2003, pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni know mengingat suatu materi yang telah dicapai sebelumnya, comprehension memahami dan mampu menjelaskan serta dapat menginterpretasikan secara benar tentang materi yang diketahui, application mampu menggunakan materi yang telah dipelajari, analysis mampu menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan berhubungan satu sama lain, synthesis mampu menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan evaluation mampu melakukan penilaian terhadap materi. Universitas Sumatera Utara 2.2. Radikal bebas 2.2.1. Definisi Radikal Bebas Radikal bebas adalah molekul oksigen yang dalam interaksinya dengan molekul lain kehilangan sebuah elektron di lingkaran terluar orbitnya sehingga jumlah eletronnya ganjil. Karena jumlah elektronnya ganjil, molekul ini menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mencari pasangan elektron baru dengan cara mengambil elektron molekul lain yang berdekatan Kusumadewi, 2002. Radikal bebas adalah bahan kimia bereaksi tinggi yang masuk ke aliran darah melalui polusi udara, cahaya matahari dan proses normal metabolisme Thomas, 2006. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron berpasangannya. Droge 2002 dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai yang akhirnya akan terjadi kerusakan pada sel tersebut.

2.2.2. Pembentukan Radikal Bebas

Menurut Kumalaningsih 2006, radikal bebas dapat masuk dan terbentuk di dalam tubuh melalui : a. Pernafasan Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen O 2 yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pembakaran gula menjadi CO 2 , H 2 O, dan energi. Dalam hal ini O 2 sangat berperan karena bila tidak ada O 2 proses kehidupan akan tidak lancar dan membahayakan bagi tubuh kita sendiri. Tetapi dengan bernafas atau oksigen yang berlebihan saat olahraga terjadi reaksi yang kompleks dalam tubuh dan menghasilkan produk-produk sampingan berupa radikal bebas yaitu radikal oksigen Universitas Sumatera Utara singlet, radikal peroksida lipid, radikal hidroksil, radikal superoksida. Semua radikal bebas oksigen ini sangat cepat merusak jaringan-jaringan sel. b. Lingkungan tidak sehat Pembakaran yang tidak sempurna misalnya asap rokok yang tidak menghasilkan CO 2 tetapi CO, demikian juga asap dari kendaran bermotor merupakan radikal bebas yang berbahaya sekali bagi paru-paru. Di samping itu juga dari asupan makanan yang mengandung logam-logam berat memungkinkan terbentuknya radikal bebas akibat oksidasi dari luar. Beberapa macam radikal bebas antara lain superoksida O 2 - , hidrogen peroksida H 2 O 2 , hidroxyl radical OH, singlet oxygen O 2 , hypoclorus radical OCL, ozone O 3 c. Makanan berlemak . Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang berlebihan khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hidrogenasi sangat berpotensi menghasilkan radikal bebas. Lemak polysaturated disebut juga lemak tidak jenuh artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada atom C-nya. Adanya ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang peroksidasi lipid membentuk radikal peroksida lipid. Makanan yang banyak mengandung lemak polyunsaturated antara lain mayones dan saos salad akan mudah sekali terserang radikal bebas. Lemak hidrogenasi adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya telah disubstitusi dengan hidrogen, lemak ini disebut margarin atau mentega tiruan. Lemak hidrogenasi sangat berbahaya karena dapat mengubah kemampuan serap selaput sel sehingga mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai pelindung menjadi tidak berarti. Sitorus 2008 menyatakan bahwa ada dua kelompok radikal bebas yaitu kelompok logam dan non-logam. Dari kelompok logam yang paling berbahaya adalah radikal bebas Hg merkuri. Pada reaksi logam dan non-logam tersebut yang melibatkan radikal bebas berfungsi sebagai zat pemicu inisiator yang dapat dihasilkan dengan cara berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Pembentukan radikal bebas yang terimbas cahaya fotolisis = hv Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas cahaya hv adalah sebagai berikut : a. Keton R – C – R CO + 2 R . RO – Cl RO ║ O b. Hipoklorit . + Cl . RO – NO RO c. Nitrit . + ON R – N = N – R 2R . d. Azoalkana . + N 2 2. Pembentukan radikal bebas yang terimbas panas termolisis atau pirolisis. Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas panas adalah sebagai berikut : a. Tetraalkil lead PbR 4 Pb + 4 R . b. Senyawa – senyawa azo R 2 – C – N = N – C – R 2 2 R 2 – C . + N │ │ │ 2 CN CN CN Universitas Sumatera Utara c. Senyawa halogen dapat juga terimbas cahaya X 2 2 X 3. Pembentukan radikal bebas dengan dekomposisi senyawa golongan peroksida. . Senyawa peroksida yaitu senyawa yang mengandung ikatan - O-O - pada suhu kamar 25 a. Hidrogen per-oksida C akan membentuk radikal bebas secara spontan yang dapat sebagai pemacu reaksi dengan mekanisme radikal bebas. H – O – O – H 2 HO . b. Per-anhihidrida asam R – C – O – O – C – R 2 R – C – O . 2R . + CO c. Per-alkoksi 2 ║ ║ ║ O O O R – O – O – R 2RO . d. Per-asam karboksilat R – C – O – O – H R – C – O . + HO ║ ║ . O O Selain itu, menurut Sitorus 2008 mekanisme radikal bebas terjadi melalui tiga tahapan yaitu inisiasi permulaan, propagasi pertumbuhanperambatan dan terminasi penghentian. Universitas Sumatera Utara 2.2.3. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh Menurut Araujo dan Arnal 1998 dalam Sjamsul Arief radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif reactive oxygen speciesROS, termasuk didalamnya adalah triplet 3O 2 , tunggal singlet 1 O 2 , anion superoksida O 2 .- , radikal hidroksil -OH, nitrit oksida NO-, peroksinitrit ONOO - , asam hipoklorus HOCl, hidrogen peroksida H 2 O 2 , radikal alkoxyl LO- dan radikal peroksil LO -2 . Radikal bebas yang mengandung karbon CCL 3- Radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh dan sangat berbahaya di antaranya adalah radikal bebas oksigen RBO yaitu hidroksil, superoksida, nitrogen monooksida dan peroksil Silalahi, 2006. yang berasal dari oksidasi radikal molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H H-. Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation menghasilkan radikal thiyl R-S-. Radikal yang mengandung nitrogen juga ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.

2.2.4. Sumber Radikal Bebas

Reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh yang alamiah. Radikal bebas bersifat perantara yang dengan cepat diubah menjadi substansi yang tidak membahayakan tubuh. Sumber radikal bebas dari dalam tubuh misalnya dari proses oksidasi dan olahraga yang berlebihan, peradangan akibat menderita sakit kronik dan stres, sedangkan dari luar tubuh radikal bebas dapat diperoleh melalui proses merokok, terpapar udara yang tercemar, radiasi matahari, radiasi fototerapi penyinaran, konsumsi obat-obatan termasuk kemoterapi, pestisida dan zat kimia lainnya Tapan, 2005. Radikal bebas yang dihasilkan tubuh dapat berguna untuk melawan bibit penyakit bersama dengan sistem imun dan membantu kerja otot polos pembuluh darah Nadesul, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Reaksi Perusakan oleh Radikal Bebas

Definisi tekanan oksidatif oxidative stress adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen reaktif intermediate ROI yang toksik melebihi pertahanan anti- oksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas. a. Peroksidasi lemak Droge 2002 dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa membran sel kaya akan sumber polyunsaturated fatty acid PUFA, yang mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi. Proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi b. Kerusakan protein Proctor dan Reynolds 1984 dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA sehingga kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi jarang pada sel normal atau bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi c. Kerusakan DNA Allen dan Tressini 2000 dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada susunan molekul, apabila tidak Universitas Sumatera Utara dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi biologis.

2.2.6. Penyakit Akibat Radikal Bebas

Kusumalaningsih 2006 mengungkapkan ada beberapa penyakit yang dapat disebabkan radikal bebas, yaitu : a. Penyakit Jantung Koroner. Penyakit ini disebabkan molekul besar lemak yang disebut LDL Low Density Lipoprotein teroksidasi antara lain oleh radikal bebas. LDL yang teroksidasi akan mengendap di pembuluh darah jantung sehingga menjadi sempit dan aliran darah terganggu. b. Kanker. Penyakit ini disebabkan oleh karena adanya serangan radikal bebas pada DNA dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang abnormal dan menyebabkan kerusakan jaringan. c. Katarak. Pada penyakit ini terjadi kerusakan protein pada lensa akibat elektron diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan kerusakan sel. d. Penyakit Degeneratif. Penyakit ini disebabkan asam lemak tak jenuh dalam jaringan sel terserang radikal bebas sehingga terjadi reaksi antar sel dan menghasilkan senyawa peroksida yang merusak sel. e. Proses Penuaan yaitu kerusakan jaringan akibat radikal bebas dapat menyebabkan elastisitas kolagen merosot dan kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan.

2.3. Aterosklerosis

2.3.1. Definisi Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan pengerasan dinding arteri. Lesi mengandung deposit lemak dan mengalami Universitas Sumatera Utara kalsifikasi, mengakibatkan obstruksi pembuluh darah, agregasi trombosit dan vasokonstriksi abnormal Brashers, 2007. Aterosklerosis atau kekakuan pembuluh darah arteri atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan di mana terjadinya penimbunan lemak bercampur kalsium dan sel darah pada dinding pembuluh darah arteri Kabo, 2008. Jansen pada tahun 2006 menyebutkan bahwa aterosklerosis adalah salah satu bentuk dari arteriosklerosis. Arteriosklerosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya elastisitas pengerasan dari arteri karena penebalan dinding pembuluh nadi yang akan menyebabkan penyakit jantung degeneratif, stroke dan penyakit arteri lainnya. Aterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak atheroma dalam nadi. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque plak, terutama terdiri atas kolesterol dan esternya dan cenderung terjadi di titik-titik percabangan nadi bifurcation sehingga mengganggu aliran darah di tempat-tempat yang memiliki aliran darah tidak begitu keras.

2.3.2. Faktor resiko Aterosklerosis

Faktor resiko atau atherogenic factor adalah semua faktor yang dapat mendorong pembentukan aterosklerosis secara signifikan. Hal itu merupakan perubahan pola kehidupan masyarakat suatu bangsa yang dalam istilah Robert E. Kwalski dalam buku Cholesterol and Children, 1988 adalah atherogenic way of life cara hidup yang aterogenik. Harrisons 1987 dalam Sitepoe 2008 menyatakan bahwa faktor resiko pembentukan aterosklerosis dibedakan menjadi non-reversible umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, reversible merokok, hipertensi, obesitas, parsial reversible kadar lipid dalam darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kadar HDL dalam darah rendah dan faktor lain kurang bergerakolahraga, stres dan tipe kepribadian. Brashers 2007 menyatakan bahwa faktor risiko dan kemungkinan mekanisme cedera untuk aterosklerosis meliputi displidemia peningkatan kolesterol LDL, penurunan HDL, peningkatan trigliserida, peningkatan lipoprotein a, merokok, Universitas Sumatera Utara hipertensi, jenis kelamin pria, wanita setelah menopause defisiensi estrogen, usia di atas 50 tahun, diabetes resistensi insulin, peningkatan fibrinogen serum, peningkatan homosistein serum, diet tinggi lemak, obesitas dan riwayat keluarga.

2.3.3. Gambaran Klinik Aterosklerosis

Mitchell 2008 menyatakan bahwa aterosklerosis dapat di mulai pada masa kanak-kanak walaupun secara khas tidak memberikan gejala apa pun selama berpuluh tahun sampai pada akhirnya bermanifesatasi sendiri melalui salah satu mekanisme berikut, yaitu : a. Penyempitan tersamar lumen vaskuler misalnya gangren pada tungkai bawah terjadi karena aterosklerosis yang menimbulkan stenosis dalam arteri poplitea. b. Ruptur plak atau lesi superfisial yang diikuti oleh pembentukan trombus sehingga terjadi oklusi lumen yang tiba-tiba misalnya infark miokardium terjadi setelah oklusi lumen oleh trombus dari ateroma koroner yang lepas. c. Kelemahan dinding pembuluh darah yang diikuti oleh pembentukan aneurisma dan mungkin pula ruptur misalnya aneurisma aorta abdominalis. d. Pembentukan sumber tromboembolus atau debris ateroembolus yang menyebabkan kerusakan organ di sebelah distal misalnya infark renal setelah embolisasi kolesterol dari plak aorta yang mengalami ulserasi. Gambaran klinis aterosklerosis menurut Corwin 2009 biasanya terjadi pada tahap akhir perjalanan penyakit. Gejala aterosklerosis tersebut meliputi : a. Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan kram di ekstremitas bawah, terutama terjadi selama atau setelah olahraga. Keadaan ini disebabkan buruknya aliran darah yang melewati pembuluh aterosklerotik yang memperdarahi tungkai bawah. Pada saat kebutuhan oksigen otot tungkai akan meningkat, maka aliran yang terbatas tersebut tidak dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan dan terjadi nyeri akibat iskemia otot. Universitas Sumatera Utara b. Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstremitas tidak adekuat. c. Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah area tubuh. Akibat iskemia, area daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti respons autoregulasi lokal sehingga hiperemia peningkatan aliran darah dan kulit merona merah. d. Dapat diraba penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi aterosklerotik. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan metabolik, dapat terjadi nekrosis sel dan gangren.

2.3.4. Pembentukan Aterosklerosis

Aterosklerosis diawali dengan masuknya kolesterol ke robekan kecil pada bagian dalam dinding arteri endotelium sehingga kolesterol dan zat lain terperangkap di area yang rusak tersebut. Kolesterol LDL mengalami perubahan kimiawi melalui proses oksidasi. Kemudian monosit jenis sel darah putih terbesar tertarik ke area yang luka tersebut. Monosit berkembang menjadi makrofag sel berukuran besar yang memakan partikel asing. Makrofag menyerap kolesterol LDL yang telah mengalami perubahan dan makrofag berubah menjadi sel busa foam cell di bagian dalam dinding arteri. Sel busa kemudian mati, melepaskan kolesterol yang terlihat sebagai deposit lemak di bagian dalam dinding arteri. Selanjutnya sel otot mensekresi jaringan fibrosa sebagai usaha untuk menutupi deposit kolesterol. Seiring waktu, garis deposit lemak berkembang menjadi plak struktur ‘fibro-fatty’ dan mulai menghambat aliran darah dalam arteri. Plak akhirnya dapat pecah atau ruptur akibat tekanan mekanik dari luar dan akibat proses kimiawi yang terjadi di dalam plak tersebut. Kemudian trombosit tertarik ke area tersebut dan mulai membentuk bekuan darah. Lesi tersebut dapat menyumbat secara total aliran darah dalam arteri atau disebut dengan aterosklerosis Morrell, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.3.5. Aterosklerosis dan Radikal Bebas

Kolesterol dan bahan lemak lainnya diangkut keliling aliran darah dalam bentuk badan-badan lemak kecil yang disebut dengan lipoprotein. Lipoprotein adalah kombinasi kimia longgar dari protein dan lemak. Ada dua bentuk utamanya yaitu lipoprotein berkepadatan rendah LDL dan lipoprotein berkepadatan tinggi HDL. Tingkat kepadatan ini berasal dari proporsi kandungan protein. HDL memiliki banyak protein dan sedikit kolesterol, sedangkan LDL memiliki sedikit protein dan banyak kolesterol. Selain itu, LDL membawa kolesterol dan lemak lain dari hati ke jaringan termasuk arteri, sedangkan HDL membawa kolesterol dan lemak dari jaringan ke hati. Lipoprotein tidak dapat menembus jaringan yang utuh. Cara kerjanya adalah lipoprotein dibawa ke suatu tempat dimana kebutuhan pembuluh darah akan bahan ini begitu kecil sehingga LDL dapat berkontak langsung dengan sel targetnya. LDL yang telah diserang radikal bebas dan dioksidasi akan jauh lebih ganas dibandingkan LDL normal yang jinak. LDL yang telah teroksidasi dapat mencari jalan sendiri melalui lapisan dalam dinding arteri sedemikian rupa sehingga dapat mendepositkan bebannya di bawah lapisan permukaan. Selain itu, radikal bebas juga dapat bereaksi dengan cara lain yaitu dengan mencederai sel-sel lapisan dalam arteri endotelium dan sel-sel otot polos di dalam dinding pembuluh darah melalui dua cara yaitu mencegah sel pemakan fagosit melakukan tugasnya dengan benar dan dengan mendorong pembentukan sel fagosit busa yang besar yang mengandung plak kolesterol Youngson, 1998.

2.4. Kanker

2.4.1. Definisi Kanker

Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel- sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan tidak terbentuk Universitas Sumatera Utara Junaidi, 2007. American Cancer Society 2008 menyatakan kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat disebabkan oleh faktor eksternal infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, tembakau dan faktor internal mutasi, hormon, kondisi sistem imun yang memicu terjadinya proses karsinogenesis pembentukan kanker.

2.4.2. Penyebab Kanker

Junaidi 2007 menyebutkan terdapat beberapa penyebab kanker yang telah diketahui, di antaranya adalah : 1. Faktor Keturunan Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker dibandingkan dengan keluarga lainnya. Sebagai contoh, resiko wanita untuk menderita kanker payudara meningkat 1,5 sampai 3 kali jika ibu atau saudara perempuannya menderita kanker payudara juga. 2. Faktor Lingkungan Salah satu penyebab kanker yang paling penting adalah rokok. Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring pita suara dan kandung kemih. Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan kanker antara lain adalah asetonnitrit dan dioksin, gas nitrogen yang menyebabkan nitrosamine yang bersifat karsinogen, zat polynuclear aromatic hydrocarbons PAH yang terdapat dalam tar yang bersifat karsinogen dan merusak DNA, polonium dan asetaldehid bersifat karsinogen terutama pada kulit. Pemaparan yang berlebihan pada sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan kanker kulit. Pemaparan uranium pada pekerja tambang telah dihubungkan dengan terjadinya kanker paru-paru 10-20 tahun kemudian. Selain itu, radiasi ionisasi yang digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom juga merupakan bahan yang dapat menyebabkan kanker karsinogenik. Universitas Sumatera Utara 3. Makanan Makanan dapat menjadi faktor resiko terjadinya kanker terutama kanker pada saluran pencernaan. Beberapa contoh jenis makanan penyebab kanker seperti zat pewarna dan pengawet pada makanan atau minuman, heterocyclic amines HCA yang terdapat pada daging yang digoreng atau dibakar secara berlebihan dalam waktu lama sehingga terlalu matang dan HCA merupakan zat penyebab mutasi sel mutagen yng merangsang pertumbuhan radikal bebas yang dapat merusak gen DNA, produk-produk asam lemak trans Trans Fatty Acids=TFA seperti margarin, produk yang diproses secara hidrogenasi, telur gosong atau yang kering, logam berat seperti merkuri yang sering tedapat pada makanan laut yang tercemar seperti kerang, ikan dan sebagainya. 4. Infeksi Virus tertentu dapat menyebabkan kanker pada manusia seperti virus papiloma yang menyebabkan kutil alat kelamin genitalis yang merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita, virus sitomegalo menyebabkan sarcoma kaposi kanker sistem pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah, virus hepatitis menyebabkan kanker hati dan virus Epstein-barr menyebabkan limfoma Burkitt. Parasit Schistosoma Bilharzia dapat menyebabkan kanker kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Selain itu, infeksi oleh Clonorchis dapat menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu. 5. Zat karsinogen Beberapa zat karsinogen yang memicu terjadinya kanker antara lain arsen, asbes, krom, nikel memicu kanker paru-paru, benzene dan agen alkilating memicu leukemia, oksimetolon memicu kanker hati, amin aromatik memicu kanker kandung kemih dan alkohol memicu kanker kerongkongan, mulut dan tenggorokan. Universitas Sumatera Utara 6. Gangguan keseimbangan hormonal Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan progesteron dapat meningkatkan resiko kanker payudara, kanker leher rahim dan kanker rahim pada wanita, serta kanker prostat dan buah zakar pada pria. 7. Radikal bebas

2.4.3. Gambaran Klinik Kanker

Beberapa gejala kanker di antaranya adalah nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan saraf dan pembuluh darah di sekitarnya, perdarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar misalnya ludah, batuk, dan muntah yang berdarah, mimisan terus-menerus, darah dalam air kemih atau tinja dan cairan putting susu atau liang senggama yang mengandung darah, perubahan kebiasan buang air besar, penurunan berat badan secara cepat, benjolan pada payudara atau tempat lain, batuk yang menetap, suara serak, gangguan pencernaan, luka yang tidak sembuh, perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolok dan anemia Junaidi, 2007.

2.4.4. Mekanisme Terjadinya Kanker

Sel-sel kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses kompleks yang disebut transformasi. Yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Teori inisiasi-promosi menyatakan bahwa langkah pertama karsinogenesis adalah mutasi menetap dari DNA sel selama transkripsi DNA. Agar kanker dapat terbentuk dari kejadian awal ini, maka harus ada interaksi yang berlangsung lama bagi sel tersebut dengan berbagai zat promotor zat yang merangsang reproduksi dan pembelahan sel. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan menetap tertentu dalam bahan genetik sel yang memancing sel akan menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar ultraviolet matahari. Promosi merupakan proses induksi Universitas Sumatera Utara tumor pada sel yang sebelumnya telah diinisiasi oleh zat kimia sehingga berubah menjadi ganas Junaidi, 2007. DNA mengandung gugus reaktif yang sensitif terhadap serangan radikal bebas dan kerusakan oksidatif dapat menjurus ke mutasi yang merusak Silalahi, 2006.

2.4.5. Kanker dan Radikal Bebas

Zat radikal bebas mengandung muatan elektron bebas yang dapat merusak sel- sel yang ada di dalam tubuh. Muatan elektron bebas yang tidak stabil ini dapat merusak DNA yang berperan dalam genetika sel tubuh sehingga menyebabkan mutasi sel dan pertumbuhan sel kanker. Setiap sel di dalam tubuh manusia dapat menahan 1.000-10.000 serangan zat radikal bebas yang menyerang DNA setiap hari. Jika tubuh kekurangan antioksidan dalam sistem pertahanannya, kerusakan DNA dapat tidak bisa dihindari dan dapat menyebabkan penyakit kanker Bangun, 2005. 2.5. Diabetes Melitus 2.5.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati Schteingart, 2005. Menurut Brunner Suddarth 2002 dalam Cyber 2009 diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin paling lazim yang ditandai oleh kelainan metabolik dan komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah Foster, 2002. Gustaviani 2006 menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua- duanya.

2.5.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Cyber 2009 menyatakan bahwa klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association 1997 sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI ada 4 yang terdiri dari diabetes tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus IDDM, diabetes tipe II : diabetes melitus tidak tergantung insulin Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM] yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin resistensi insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin, diabetes melitus tipe lain dan diabetes melitus gestasional Gestasional Diabetes Mellitus [GDM].

2.5.3. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemia yang terjadi berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka akan timbul glikosuria. Glikosuria akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine poliuria dan timbul rasa haus polidipsia. Karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar polifagia mungkin timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pada diabetes tipe I terdapat gejala yang eksplosif dengan polidipsia, poliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu dan bisa timbul ketoasidosis. Pada diabetes tipe II tidak timbul gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa Schteingart, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Patofisiologi Diabetes Melitus

Foster 2000 menyebutkan pada saat diabetes melitus tergantung insulin muncul, sebagian besar sel beta pankreas sudah rusak. Pada keadaan ini harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini dan keadaan lingkungan biasanya memulai proses tersebut pada individu dengan kerentanan genetik, misalnya faktor infeksi virus atau makanan. Tahap selanjutnya adalah adanya serangkaian respon peradangan pankreas yang disebut dengan insulitis. Sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah monositmakrofag dan limfosit T teraktivasi. Selanjutnya terjadi perubahan atau transformasi sel beta sehingga tidak lagi dikenali sebagai sel sendiri tetapi dilihat oleh sistem imun sebagai sel asing. Karena sel pulau dianggap sebagai sel asing maka terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja bersama-sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta dan terjadinya diabetes. Diabetes melitus tipe 2 yang tidak tergantung insulin mempunyai dua defek fisiologi, yaitu sekresi insulin abnormal dan resitensi terhadap kerja insulin pada jaringan target. Menurut Brunner Suddarth 2002 dalam Cyber 2009 pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial sesudah makan. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin glukosuria. Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih poliuria dan rasa haus polidipsi. Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak Universitas Sumatera Utara efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Sedangkan untuk Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.

2.5.5. Diabetes Melitus dan Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, diabetes melitus, jantung koroner akibat peningkatan dan penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Untuk mencapai kondisi stabil, oksigen radikal bebas akan menangkap elektron dari senyawa-senyawa penyusun sel maupun organ, baik karbohidrat, protein ataupun lemak. Radikal bebas akan merusak DNA sel yang dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang abnormal. Radikal bebas juga dapat menyerang organel-organel sel yang mengakibatkan kematian sel yang berujung pada penurunan fungsi organ dan penyakit degeneratif. Selain itu, oksidasi radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas sehingga menurunkan kemampuan untuk memproduksi insulin JMW, 2010. Halliwel 1999 dalam Endrinaldi 2007 menyebutkan bahwa hiperglikemia yang merupakan ciri dari diabetes dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas melalui beberapa mekanisme, dengan arti kata terjadinya peningkatan stress oxidative. Peningkatan stress oksidatif pada penderita DM menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh endogen dan peningkatan produksi MDA di dalam membran eritrosit dimana MDA merupakan petanda Universitas Sumatera Utara peroksida lipid. Malondialdehid MDA merupakan salah satu produk final dari lipid peroksidasi, senyawa ini terbentuk akibat degradasi dari radikal bebas hidroksil terhadap asam lemak tak jenuh, yang selanjutnya di transformasi menjadi radikal yang sangat reaktif. Kemampuan radikal hidroksil membentuk reaksi rantai dengan abstraksi 1 atom hidrogen dari membran sel terbentuklah lipid peroksida. Kelanjutan dari reaksi ini terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa MDA, 9-hidroksi nonenal, etana dan pentana. Semua aldehid ini mempunyai daya perusak yang tinggi terhadap sel tubuh Tjokroprawiro, 1999 dalam Endrinaldi 2007. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Radikal bebas

3.2. Defenisi Operasional

a. Pengetahuan mahasiswa : segala sesuatu yang diketahui oleh pelajar yang mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang radikal bebas dan penyakit yang dapat ditimbulkannya. b. Radikal bebas : molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa adalah kuesioner dengan cara pengukuran menggunakan skala ordinal. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 15 buah dengan pilihan jawaban : a. Jawaban yang paling benar diberi skor 2 b. Jawaban yang mendekati benar diberi skor 1 c. Jawaban yang salah diberi skor Hasil pengukuran pada penelitian adalah : a. Pengetahuan kurang = 0-11 b. Pengetahuan sedang = 12-23 c. Pengetahuan baik = 24-30 Universitas Sumatera Utara Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori menurut Pratomo 1986, yaitu : a. Baik, apabila skor jawaban responden 75 dari nilai tertinggi. b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40-75 dari nilai tertinggi c. Kurang, apabila skor jawaban responden 40 dari nilai tertinggi. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus-September 2010. Penelitian dilakukan di fakultas kedokteran dikarenakan menurut peneliti perlu diketahuinya tingkat pengetahuan mahasiswa FK yang nantinya akan menjadi dokter dan berhadapan dengan penyakit- penyakit yang akan dibahas.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 karena mahasiswa di angkatan ini sudah berada pada semester akhir dan akan segera menjalani masa co assistent coass. Maka dari itu peneliti merasa perlunya diketahui tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2007 tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit sehingga dapat diaplikasikan dan memberitahukannya kepada pasien ketika menjalani masa coass di rumah sakit.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu setiap mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah mahasiswa yang diperlukan terpenuhi. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support

7 67 65

Tingkat Pengetahuan Tentang Lensa Kontak Pada Mahasiswa Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

12 75 57

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 3 88

Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2011 2012 Terhadap Penyakit Asma

0 2 14

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 1 14

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 0 3

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 0 18

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 0 3

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013-2015 terhadap Radikal Bebas yang Terkandung dalam Rokok pada Tahun2016

0 0 31