Tenaga Pendidik Guru URAIAN TEORITIS

seorang anak ke sekolah dasar, rata-rata menghabiskan lebih dari 20 persen pendapatan perkapita keluarga tersebut.

2.3 Tenaga Pendidik Guru

Karena “tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhinrya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru” Mohamad Surya, 2000 dalam Ono Wiharna, 2007, Perencanaan Kebutuhan Guru . Artinya ketersediaan guru di sekolah dasar merupakan kunci utama dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah keharusan, walaupun dalam perjalanannya membutuhkan banyak perbaikkan di pada sektor yang mendukung dunia pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini persyaratannya adalah terdapat sarana dan prasarana yang tentu saja memadai, di antaranya seperti gedung sekolah yang representatif, terdapat perpustakaan yang lengkap, sistem pendidikan, anggaran yang cukup, dan guru sebagai tenaga pendidik. GuruTenaga Pendidik akan menjadi sorotan dalam mengupayakan peningkatan mutu pendidikan, sebab tidak bisa dipungkiri dengan fasilitas yang bisa di katakan seadanya apalagi pada daerah-daerah yang terpencil tenaga pendidik di tuntut untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan harus secara profesional. Menurut agus sumarsono dalam “Antara tuntutan profesionalitas gurutenaga pendidik dan perwujudan kesejahteraan” ada beberapa saran dan tuntutan antara lain sebagai berikut ; 1. Kualifikasi akademis. Guru tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi berupa ijazah S-1 atau D-4 yang dalam pelaksanaan diterapkan secara pukul rata termasuk guru senior yang sudah mempunyai pengalaman bertahun-tahun tentu akan menjadi beban tersendiri. Dalam hal ini pada prakteknya kemudian dipaksakan hanya sekedar mencari formalisasi ijazah agar memenuhi prasyarat menjadi guru tenaga pendidik dengan tanpa memperhitungkan ilmu pengetahuan yang harus dipertanggungjawabkan dalam dunia keilmuan. 2. Kreatif innovatif. Sebagai seorang guru tenaga pendidik dituntut untuk mempunyai daya kreatifitas yang memadai. Kreatifitas ini menjadi tuntutan untuk menunjang keberlangsungan proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan yang oleh pemerintah belum sepenuhnya mampu untuk memenuhinya. Penting bagi seorang guru tenaga pendidik untuk menciptakan sebuah innovasi agar anak didik dapat menyerap proses pendidikan secara baik sehingga nantinya dapat dihasilkan lulusan- lulusan yang berkualitas. 3. Pengabdian yang tulus. Bagi seorang guru tenaga pendidik mempunyai kewajiban untuk mendarmabaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan dunia pendidikan dengan tanpa pamrih. Jargon pahlawan tanpa tanda jasa merupakan paling ampuh yang sampai sekarang diterapkan kepada para guru tenaga pendidik. Sehingga muncul sebuah semangat membara dalam diri guru tenaga pendidik untuk selalu bekerja keras walaupun berada di sebuah kawasan yang terpelosok sekalipun. Tidak boleh mengeluh dengan kondisi yang ditemukan di lapangan yang menghambat jalannya proses belajar mengajar. Selama ini para guru tenaga pendidik menjalankan tugas lebih didasarkan pada panggilan hati nurani. Penghormatan dan penghargaan disematkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa menjadi apresiasi yang kerap merugikan. Dalam artian, keberhasilan memajukan kualitas pendidikan merupakan suatu tugas mulia dan pahlawan tidak perlu diberikan kapabilitas berkat jasa-jasanya. Tugas sebagai profesi guru tenaga pendidik kerap dimarginalisasikan. Padahal, peran yang dijalankannya adalah membangun peradaban manusia agar lebih manusiawi, dengan aspek kognitif, keterampilan, sikap, dan perilaku. Dan ada lima ukuran seorang guru tenaga pendidik dinyatakan profesional, yaitu: Pertama, memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan. Ketiga, bertanggung jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi. Keempat, mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugas, dan kelima; seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan profesinya. Maka akan menjadi sangat berat tugas yang diberikan kepada Tenaga PendidikGuru dengan tuntutan seperti di atas. Di lain pihak Tenaga PendidikGuru masih juga dihadapkan pada masalah masih rendahnya kesejahteraan yang seringkali dijadikan sebagai faktor penyebab rendahnya motivasi Tenaga PendidikGuru dalam melaksanakan tugas belajar mengajar dengan berbagai disiplin ilmu yang dimilikinya. Dan kemudian masalah inilah yang mempengaruhi proses pembelajaran di kelas sehingga cenderung berlangsung tidak efektif dan efisien. Maka tidak mengherankan pada akhirnya pencapaian belajar siswa termasuk dalam Ujian Nasional menjadi di bawah target yang ditetapkan, yang berdampak kepada menurunnya mutu pendidikan itu sendiri. Tentu saja menjadi kontradiksi antara idealitas peningkatan mutu pendidikan yang dicapai dengan realitas yang dihadapi oleh para Tenaga PendidikGuru. Bagaimana mungkin kita kemudian mengatakan bahwa Tenaga PendidikGuru bisa profesional kalau kondisinya masih cukup memprihatinkan. Ironis kalau kita terlanjur mengatakan bahwa seorang Tenaga PendidikGuru adalah jabatan profesional, tetapi dalam hal perlakuan yang didapatnya jauh dari itu. Tenaga PendidikGuru adalah jabatan profesional harus mendapatkan perlakuan yang profesional pula. Maka harus adanya keseimbangan antara tuntutan yang dibebankan pada Tenaga PendidikGuru dengan penghargaan yang harus juga diterima guna menunjang kesejahteraan. Tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin untuk direalisasikan oleh para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah eksekutif dan legislatif terus mengupayakan secara serius. Sebab profesionalitas Tenaga PendidikGuru tidak saja dilihat dari kemampuannya dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta didik. Profesionalitas Tenaga PendidikGuru juga harus dilihat oleh pemerintah dengan cara memberikan gaji yang pantas serta layak. Bila kebutuhan dan kesejahteraan telah diberikan oleh pemerintah, maka kemungkinan besar bukan berarti jaminan 100 tidak akan ada lagi Tenaga PendidikGuru yang membolos karena harus banting tulang nyari pendapatan lain demi menambah penghasilan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik Pasal 1 UU no. 14 Tahun 2005. Tidak dapat dipungkiri, bahwa salah satu faktor penting dalam mewujudkan sitem pendidikan yang bermutu dan relevan adalah guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di sekolah Silverius, 2000 dalam Statistik pendidikan 2009. Guru merupakan faktor yang utama yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, oleh sebab itu di perlukan kebijakan untuk memonitor dan mengevaluasi pemerataan dan kecakupan tenaga guru baik kuantitas maupun kualitas di semua jenjang pendidikan, sehingga proses pendidikan dari jenjang dasar maupun yang lebih tinggi dapat terselenggara dan berjalan dengan baik.

2.4 Angka Partisipasi Kasar