Pendidikan di Indonesia dan Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Pendidikan di Indonesia dan Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor

Pendidikan Amanat pembangunan pendidikan tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28C ayat 1 setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia; ayat 2 setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. Pasal 28E ayat 1 setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta hak kembali. Pasal 31 ayat 1 tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran; ayat 2 pemerintah mengusahakan dan menyelenggara satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara indonesia. Berdasarkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN No. 202003 tentang sistem pendidikan Nasional, pendidikan formal di indonesia dimulai dengan dua tahun belajar di Taman Kanak-Kanak TK dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Dasar SD yang lamanya enam tahun. Lulusan dari Sekolah Dasar dapat meneruskan ke pendidikan yang lebih tinggi. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN No. 202003 juga menyatakan bahwa setiap anak yang berumur 7 sampai 15 tahun harus mengenyam pendidikan dasar. Berdasarkan Undang-Undang tersebut dapat di implikasikan yaitu dalam hal ini pemerintah harus menyediakan layanan pendidikan gratis bagi seluruh siswa usia pendidikan dasar. Maka pencapaian target Angka Partisipasi Kasar dalam pendidikan di indonesia, dan investasi untuk meningkatkan mutu pendidikan, menjadi faktor yang sangat penting dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi indonesia sehingga mampu bersaing dikawasan regional di tahun yang akan datang. Menurut Bank Dunia Peningkatan Kualitas Pendidikan, 2007 dalam Septiana, 2008 masalah yang dihadapi Indonesia di bidang pendidikan yaitu partisipasi sekolah yang sangat timpang antar daerah karena tidak semua anak mampu bersekolah. Anak dari kelompok miskin keluar dari sekolah lebih dini karena pendapatan orangtua yang masih rendah, kualitas sekolah di Indonesia masih rendah dan cenderung memburuk, persiapan dan kehadiran tenaga pengajar yang masih kurang, serta pemeliharaan sekolah tidak dilakukan secara berkala. Keterbatasan anggaran dalam penyelenggaraan pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan penyelenggaraan tersebut. Anggaran Pendidikan yang memadai akan sangat mempengaruhi mutu pendidikan Hasbullah, 2006, p. 45. Menurut Glosarium pendidikan www.mandikdasmen.depdiknas.go.id Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negaralembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Proporsi pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, baik terhadap total pengeluaran pembangunan maupun Produk Domestik Bruto, secara tidak langsung menunjukkan reaksi pemerintah atas semakin tingginya permintaan atas sarana dan prasarana pendidikan. Secara tidak langsung hal itu menunjukkan seberapa jauh masyarakat menyadari pentingnya peranan pendidikan. Ketentuaan anggaran pendidikan tertuang dalam UU No.202003 pasal 49 tentang pengalokasian dana pendidikan yang menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi pembaharuan sistem pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pada tingkat propinsi dan kabupatenkota, anggaran untuk sektor pendidikan sebagian besar berasal dari dana yang diturunkan dari pemerintah pusat ditambah dengan Pendapatan Asli Daerah PAD yang dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD. Pada era sentralisasi di masa lalu, sebagian besar bahkan hampir semua dana pendidikan yang ada di tingkat propinsi dan kanupatenkota berasal dari pemerintah pusat, sementara pemerintahan daerah hanya mengelola dan menyalurkannya sesuai dengan perunutukannya yang telah di rencanakan sebelumnya. Hanya sebagian kecil kurang dari 1 persen dana pendidikan di daerah yang berasal dari anggaran daerah. Pada era otonomi daerah sekarang, keadaan tersebut sesungguhnya masih belum banyak mengalami perubahan. Sebagian besar dana dalam RAPBD propinsi dan kabupatenkota diperoleh dari pusat yang disalurkan dalam bentuk paket yang disebut Dana Alokasi Umum DAU dan untuk sebagian ditambah lagi dengan Dana Alokasi Khusus DAK. Perbedaannya hanya terletak pada tanggung jawab pengalokasiannya yang diserahkan sepenuhnya kepada daerah, namun terdapat pengecualiaa. Daerah-daerah yang memiliki Sumber Daya Alam yang dikuasai oleh negara mendapatkan bagian dalam proporsi tertentu dari keuntungan yang diperoleh dengan mengacu pada UU No.332004 tentang perimbangang keuangan. Menurut Achsanah dalam Rica Amanda, 2010 Efisiensi Teknis bidang pendidikan dalam implementasi model kota layak anak bahwa Peranan dominan pemerintah terhadap pasar pendidikan tidak hanya mencerminkan masalah kepentingan pemerintah tetapi juga aspek ekonomi khusus yang dimiliki oleh sektor pendidikan, karena karakteristik yang ada pada sektor pendidikan yaitu sebagai berikut: 1. Pengeluaran pendidikan sebagai investasi Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan mencerminkan investasi dalam sumber daya manusia. Karakteristik khusus dari pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidakan adalah dampaknya yang tidak secara langsung dapat dilihat. Misalnya, pengeluaran pemerintah dalam program wajib belajar 9 tahun tidak serta merta dapat di rasakan tapi membutuhkan waktu misalnya 5 atau 10 tahun ke depan. Dan Menurut Almasdi Syahza dalam Model Pengembangan wajib belajar 12 tahun, Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang perlu di utamakan, yaitu: Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik rate of return yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. 2. Eksternalitas Pendidikan menawarkan eksternalitas positif yang lebih luas kepada masyarakat. Pendidikan akan meningkatkan kualitas tenaga kerja ,dengan demikian meningkatkan tingkat pengembalian investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pendidikan juga mendorong terciptanya spesialisasi tenaga kerja serta dapat memfasilitasi pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi ke luar outward looking. Intervensi pemerintah dalam bidang pendidikan juga dalam kerangka penanaman nasionalisme serta nilai-nilai kebangsaan lainnya. Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan cenderung diwujudkan dalam bentuk pelayanan langsung, misalnya pendirian sekolah negeri dibandingkan misalnya dengan pemberian subsidi pada sekolah swasta. Dengan mensuplai pelayanan pendidikan secara langsung, pemerintah lebih dapat mengkontrol kurikulum dan standar pendidikan. 3. Pengeluaran bidang pendidikan dan implikasinya terhadap kebijakan publik Adanya kegagalan pasar serta eksternalitas positif dari pendidikan mendorong pentingnya intervensi pemerintah dalam bidang pendidikan dalam kerangka untuk meningkatkan efisiensi serta untuk mendistribusikan pendidikan ke seluruh lapangan masyarakat 4. Rate of return pendidikan Rate of return investasi dalam bidang pendidikan sangat tinggi terutama untuk negara-negara berkembang maupun negara miskin dimana suplai tenaga terdidik relatif masih sangat sedikit. Besar kecilnya biaya pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan, berhubungan dengan berbagai indikator mutu pendidikan, angka partisipasi, prestasi belajar siswa. Sumatera Utara tahun 2008, belum maksimal dalam mengalokasikan anggaran, Meski telah menjadi ketetapan undang-undang agar anggaran pendidikan ditetapkan sebesar 20 persen, tapi Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara belum juga mampu memenuhi ketentuan itu. Pempropsu mengalokasikan anggaran pendidikan berkisar 11 persen, Statistik Sumatera Utara, 2008. Ini berbanding terbalik dengan Kabupaten Deli Serdang sendiri untuk tahun 2008 alokasi anggaran pendidikan sebesar 38,47 persen dan terus meningkat sebesar 44,11 persen ditahun 2009. Hal ini sudah melebihi anggaran yang ditetapkan dalam UU No.202003 pasal 49 sebesar 20 persen, hal ini disebabkan oleh terselanggaranya dengan baik konsep percepatan pendidikan yang mengusung konsep Cerdas dengan skala prioritas pembangunan pendidikan Kabupaten Deli Serdang. Tetapi Besarnya anggaran pemerintah Kabupaten Deli Serdang hanya dimaksimalkan pada Pendidikan dasar dengan lebih fokus terhadap program wajib belajar sembilan tahun, hal ini dapat dilihat dari besarnya perolehan Angka Partisipasi Kasar pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dengan masing-masing perolehan Angka Partisipasi Kasar sebesar 122,77 persen Untuk Sekolah Dasar dan 98,11 persen untuk Sekolah Menengah Pertama di tahun 2009, sedangkan untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas perolehan Angka Partisipasi Kasar di tahun yang sama sebesar 86, 90 persen atau paling rendah di antara jenjang pendidikan yang lain, hal ini dapat terjadi akibat anggaran yang belum maksimal di terima pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas itu sendiri, di Sumatera Utara sendiri jumlah alokasi terbesar kedua setelah dana BOS adalah program peningkatan mutu tenaga kependidikan. Peningkatan jumlah anggaran berbagai program seperti tunjangan fungsional, tunjangan profesi, tunjangan guru untuk daerah khusus, tunjangan kualifikasi, dan tunjangan akhir masa bakti. Baru Sisanya terbagi bagi dalam program- program pendidikan lainnya seperti pendidikan menengah umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar sekolah PLS, dan lainnya. Hal ini menunjukkan perhatian untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas di Sumatera Utara juga belum mendapat perhatian yang cukup besar seperti hal nya untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Maka disini lah betapa penting peran swasta dalam penyelenggaraan pendidikan, terlebih demi melihat keterbatasan kemampuan pemerintah Negara dalam menyediakan layanan pendidikan bagi masyarakat, maka sekolah-sekolah swasta sangat dibutuhkan keberadaannya meski status badan hukumnya masih belum sempurna. Tetapi tidak dapat dipungkiri juga realitasnya masyarakat awam masih berbondong-bondong mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah negeri, hanya karena biaya pendidikan di sekolah negeri lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pendidikan di sekolah swasta. Itulah cara masyarakat awam dalam memilih sekolah untuk anaknya, hanya memakai standar murah atau mahalnya biaya pendidikan, apalagi ada pendidikan gratis. Cara ini logis, mengingat kemampuan rata-rata perekonomian masyarakat mayoritas adalah menengah ke bawah, masih hanya memikirkan untuk makan dan tetap sehat sehingga menomor dua kan pendidikan

2.2 Konsep Produk Domestik Bruto