BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ditetapkannya Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 yang diubah dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah diharapkan
menjadi birokrasi yang efektif. Dalam undang-undang disebutkan, pemerintah hanya mengelola enam bidang saja yaitu: politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta beberapa bidang lainnya yang membawa implikasi baru dalam manajemen publik dimana domain pedoman pemerintah
berbeda. Untuk itu dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, peran kinerja
memiliki kedudukan dan fungsi signifikan. karena peranan kinerja ditengah masyarakat senantiasa menjadi sangat vital. seperti yang dijelaskan berikut ini
Dwiyanto 2006 : 50 : 1.
Masih rendahnya produktivitas, produktivitas pada umumnya sebagai rasio antara input dan autput, maksudnya ialah bahwa pelayanan publik tersebut
harus mengedepankan hasil ketimbang pemasukan. Contohnya dalam pengurusan KTP masyrakat customer harus mengeluarkan uang untuk
proses administrasi yang relatif besar, namun hasil yang diterima oleh masyarakat sangat minim melalui proses yang relatif lama. Harusnya terdapat
keseimbangan antara uang yang dikeleurkan oleh masyarakat dengan hasil yang diterimanya.
2. Kualitas layanan, banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai
organisasi publik muncul karena ketidakpausan masyarakat terhadap kulitas layanan yang diterima dari organisasi publik. informasi mengenai kepuasan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kulitas pelayanan seringkali dapat diperolah dari media massa atau diskusi publik, yang masih jauh dengan harapan masyarakat terhadap
pelayanan yang mudah dan murah. 3.
Responsifitas, yaitu masih rendahnya kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan
serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
4. Akuntabilitas, akuntabilitas menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih
oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresetasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini konsep akuntabilitas dapat digunakan untuk
melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan, didalam penyelenggaraan tata kelolah pelayanan terhadap masyarakat
tepatnya di Kantor Camat Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk memulai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh
organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kinerja ini penulis
mengkorelasikannya dengan prinsip-prinsip dari Good Governance agar tercipta kinerja yang lebih terarah dan sistematis
Universitas Sumatera Utara
Tata kepemerintahan yang baik Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir - akhir ini marak dipergunakan dalam ilmu politik dan administrasi pubik.
Konsep ini lahir sejalan dengan konsep-konsep dan terminologi birokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia dan pembangunan masyarakat
yang berkelanjutan. Pada akhir dasawarsa yang lalu, konsep Good Governance ini lebih dekat digunakan dalam reformasi sektor publik. Di dalam disiplin atau profesi
manajemen publik konsep ini di pandang sebagai salah satu aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi publik. Paradigma ini menekankan pada peranan menejer
publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi mamajerial terutama sekali mengurangi campur tangan
kontrol yang dilakukan pemerintah pusat, transparansi, akuntabilitas publik dan di ciptakan pengelolaan manajerial yang bersih bebas dari korupsi.
United Nations Development Programe UNDP 1997 dalam Kuncoro, 2004 merumuskan istilah Governance sebagai suatu penyelenggaraan exercise dari
kewenangan politik, ekonomi dan administrasi untuk menata, mengatur dan mengelola masalah – masalah sosialnya istilah. “Governance” menunjukan suatu
proses dimana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk
menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Sedangkan Pada bulan Mei 2001 yang lalu, para pejabat dan staf pemerintah
pusat dan daerah menyetujui beberapa prinsip tata kelola yang baik Good Governance yang perlu diterapkan di Indonesia. Kesepuluh prinsip tersebut adalah
Mishsra, et al. dalam Nugroho Riant 2003:23: 1.
Partisipasi: mendorong semua warga negara mengekspresikan pendapatnya
dalam proses pengambilan keputusan, baik langsung maupun tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
2.
Penegakan Hukum: menjaga agar penegakan hukum dan perundangan adil
dan tanpa diskriminasi, serta dengan mendukung HAM dengan memperhitungkan semua nilai yang ada dalam masyarakat.
3.
Transparansi: membangun saling kepercayaan antara pemerintah dan
masyarakat dengan memberikan informasi yang dibutuhkan dan akses informsi yang mudah bila dibutuhkan.
4.
Responsif: meningkatkan responsitas birokrat terhadap keluhan, masalah dan
aspirasi masyarakat tanpa kecuali. 5.
Pemerataan: memberikan peluang sama pada semua warga untuk
meningkatkan kesejahteraannya. 6.
Visi Stratejik: memformulasikan suatu strategi, yang didukung dengan
sistem penganggaran yang mencukupi, sehingga rakyat memiliki rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap masa depan daerah.
7.
Efektivitas dan Efisiensi: melayani masyarakat dengan memanfaatkan
sumber daya secara optimal dan bijaksana. 8.
Profesionalisme: meningkatkan kapasitas, keterampilan dan moral birokrat
sedemikian rupa sehingga mereka dapat pelayanan yang mudah, cepat, akurat dan dapat dijangkau.
9.
Akuntabilitas: meningkatkan akuntabilitas publik bagi para pengambil
kebijakan di pemerintahan swasta dan organisasi masyarakat pada semua bidang politik, fiscal. anggaran.
10.
Pengawasan: melakukan kontrol dan pengawasan terhadap administrasi
publik dan aktivitas pembangunan dengan melibatkan masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
Dari kesepuluh prinsip-prinsip good governance diatas jelas sekali bahwa pemerintah dalam hal ini memandang serius dalam mengedepankan pelayanan yang
memang dikehendaki oleh masyarakat. Tetapi pada penelitian ini penulis hanya membahas tentang Responsivitas saja yaitu, kemampuan birokrasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan pengguna
jasa. Responsivitas sangat dibutuhkan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan public sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat Diliulio, 1994
dalam Dwiyanto, 2006 organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga.
Masih tingginya tingkat keluhan yang disampaikan oleh masyarakat pengguna jasa terhadap birokrasi menunjukan bahwa pada suatu sisi kualitas produk
layanan birokrasi masih dirasakan tidak dapat memenuhi harapan masyarakat pengguna jasa, pada sisi lain telah semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat
pengguna jasa untuk memenuhi hak-haknya sebagai konsumen untuk memperolah pelayanan dengan kualitas yang terbaik. Namun meningkatnya pengguna jasa
tersebut ternyata masih belum diikuti dengan daya tanggap aparat birokrasi terhadap keluhan masyarakat.
Berdasarkan observasi lapangan, Dwiyanto, 2006:66 rendahnya tingkat responsivitas aparat birokrasi tersebut terlihat dari belum maksimalnya tugas-tugas
bagian informasi dalam penyebaran informasi pelayanan secara akurat kepada
Universitas Sumatera Utara
masyarakat pengguna jasa, pada hampir sebagian besar loket informasi instansi pemberian pelayanan yang diobservasi,aparat yang bertugas diloket bagian informasi
sangat sulit ditemui oleh masyarakat penguna layanan jasa. apabila ada masyarakat yang mengalami kebingingan berkaitan dengan informasi pelayanan, jarang sekali
ditemukan ada aparat yang berinisiatif untuk membantu atau sekedar menanyakan kesulitan yang dialami masyarakat pengguna jasa tersebut.
Di lain Kasus Penolakan terhadap pelayanan masih sering kali dilakukan oleh aparat birokrasi dengan dalih berkas dokumen pengguna jasa yang dibawa tidak
lengkap dengan persyaratan pelayanan yang telah ditentukan, responsivitas birokrasi yang rendah juga banyak disebabkan dengan belum adanya pengembangan informasi
eksternal secara nyata oleh jajaran birokrasi pelayanan, misalnya dalam kasus pengurusan sertifikat tanah, seseorang datang ke BPN, setelah membayar berbagai
persyaratan petugas BPN tersebut mengatakan dalam 4 atau 3 hari lagi tanah akan diukur dan penyelesaian sertifikat. Tetapi setelah 10 bulan menunggu tidak ada kabar
dari BPN setelah didatangi ke BPN dan di cek dikomputer ternyata tidak ada data- data mengenai tanah tersebut Dwiyanto, 2006 : 65.
Berdasarkan penjelasan tentang fenomena serta kejadian diatas penulis memandang masih rendahnya kulitas organisasi publik dalam menanggapi Keluhan,
masalah dan aspirasi masyarakat yang berbasis pada pelayanan hak, dengan kata lain setiap orang atau warga negara punya hak yang sama dalam pelayanan pemenuhan
hak dasarnya dan negara wajib memenuhinya, RUU pelayanan publik harus mengatur penyelenggara pelayanan publik mungkin dalam hal ini dibentuknya
lembaga independen yang memiliki kekuasaan untuk melakukan pengawasan dan penyelesaian sengketa pelayanan publik.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pertimbangan diatas penulis merasa tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh pelaksanaan prinsip Good Governance tentang
Reponsivitas terhadap Kinerja pegawai, adapun yang menjadi judul penelitian ini adalah :
“ Pengaruh
Pelaksanaan Prinsip Good Governance Tentang
Responsivitas Terhadap Kinerja Pegawai” , Studi pada kantor Camat Kuantan
Tengah, Kabupaten kuantan Singingi, Riau.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan fakta serta permasalahan yang telah dikemukakan pada latar