Perumusan Masalah Berdasarkan fakta serta permasalahan yang telah dikemukakan pada latar Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kelembagaan :

Berdasarkan pertimbangan diatas penulis merasa tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh pelaksanaan prinsip Good Governance tentang Reponsivitas terhadap Kinerja pegawai, adapun yang menjadi judul penelitian ini adalah : “ Pengaruh Pelaksanaan Prinsip Good Governance Tentang Responsivitas Terhadap Kinerja Pegawai” , Studi pada kantor Camat Kuantan Tengah, Kabupaten kuantan Singingi, Riau.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan fakta serta permasalahan yang telah dikemukakan pada latar

belakang masalah diatas , adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah Pengaruh Pelaksanaan Prinsip Good Governance responsifitas Terhadap Kinerja Pegawai studi kasus pada kantor camat kuatanTtengah Kabupaten Kuantan Singingi,Riau.

1.3 Tujuan Penelitian

setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui seberapa besar frekuensi variabel X Pelaksanaan Prinsip Responsivitas berdasarkan hasil jawaban responden. 2. Untuk mengetahui seberapa besar frekuensi variabel Y Kinerja Pegawai berdasarkan hasil jawaban responden. 3. untuk mengetahui tingkat hubungan antara pelaksanaan prinsip responsivitas terhadap kinerja pegawai. 4. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan prinsip pelaksanaan responsiviatas terhadap kinerja pegawai. Universitas Sumatera Utara 5. Untuk mengetahui berapa persen besar pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan prinsip responsivitas terhadap kinerja pegawai

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah Yaitu untuk mencari khasanah ilmiah tentang prinsip responsifitas dalam rangka menjadikan kinerja pegawai yang lebih terarah dan sistematis. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan dalam literatur kepustakaan bagi kalangan yang berkepentingan dan tertarik pada masalah yang sama. 3. Manfaat Akademis Sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Program Sarjana Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara.

1.5 Kerangka Penelitian

Pada dasarnya teori adalah merupakan landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Sumadi Suryabrata 2000, dalam Sugiyono, 2002. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perubahan coba-coba trial and error. Adanya landasan teoritis ini mempunyai ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Adapun teori-teori yang mendasari penelitian ini adalah :

1.5.1 Responsivitas

Responsivitas atau daya tanggap adalah kemampuan organisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan, dan mengembangkannya kedalam berbagai program pelayanan, responsivitas mengukur daya tanggap organisasi terhadap harapan keinginan dan aspirasi serta tuntutan warga pengguna layanan. Universitas Sumatera Utara Tujuan utama pelayanan publik adalah memenuhi kebutuhan warga pengguna agar dapat memperoleh pelayanan yang diinginkan dan memuaskan. Karena itu, penyedia layanan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan warga pengguna, kemudian mekmberi pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warga negara tersebut. Untuk meningkatkatkan responsivitas organisasi terhadap kebutuhan pelanggan, terdapat dua strategi yang dapat digunakan, yaitu menerapkan strategi KYC know your customers dan menerapkan model citizen’s charter.

1.5.1.1 Mendekatkan Diri dengan Pelanggan Melalui Strategi KYC

Dalam dunia perbankan sekarang dikenalkan konsep know your custumers, yaitu sebuah konsep kehati-hatian sebelim melakuka transaksi. Prinsip ini mengharuskan Bank untuk berhati-hati dalam bertindak dalam melindungi Bank dari berbagai resiko didalam berhubungan dengan nasabah. Dalam konteks pelayanan publik, prinsip KYC dapat digunakan oleh birokrasi publik untuk mengenali kebutuhan dan kepentingan pelanggan sebelum memutuskan jenis pelayanan yang akan diberikan. Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan dan kepentingan pengguna atau pelanggan, birokrasi pelayanan publik harus mendekatjan diri dengan pelanggan, tidak ada alasan bagi birokrasi pemerintah untuk tidak berbuat seperti itu Osbborne Geabler, 1996. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan para pelanggan adalah survai, wawanca dan observasi. Apabila menggunakan metode survai maka seperangkat pertanyaan harus dipersiapkan untuk mengidentifikasi keinginan, kebutuhan dan aspirasi para pelanggan. Aparat birokrasi juga dapat melakukan wawancara dengan para pelanggandan sekaligus melakukan observasi untuk mengetahui keinginan mereka. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.2 Metode Citizen’s Charter

Agar birokrasi lebih responsif terhadap pelanggan atau pengguna layanan, dalam tulisannya yang lain Osborn dan Plastrik 1997 mengenalkan ide Citizen’s Charter kontrak pelayanan, yaitu adanya standar pelayanan publik yang ditetapkan berdasarkan masukan pelanggan, dan birokrasi berjanji untuk memenuhinya. Citizen’s Charter adalah suatu pendekatan dalam memberikan pelayanan publik yang menempatkan pengguna layanan atau pelanggan sebagai pusat perhatian ini berarti, kebutuhan dan kepentingan pengguna layanan harus menjadi pertimbangan utama dalam proses pelayanan proses ini pada dasarnya merupakan kontrak social antara birokrasi dan pelanggan untuk menjamin mutu pelayanan publik, melalui proses ini pelanggan memperoleh hak-hak baru apabila dirugikan oleh birokrasi dalam memberikan pelayanan”. http:www. Skripsi,Tesis ComKonsep Pelayanan Publik yang Efektif Responsif. Disisi lain organisai publik sering kali tidak mengetahui siapa yang menjadi pelanggan mereka. Mereka menganggap bahwa eksekutif atau atasan dan angota parlemen adalah pelanggan yang harus mereka layani karena dari merekalah dana diperolah, hal ini menyebabkan pelayanan lebih berorientasi pada kepentingan eksekutif dan anggota parlemen, bukan kepentingan dan kebutuhan para pelanggan atau pengguna jasa mereka, karena itu unit birokrasi publik perlu mendefinisikan kembali siapa yang menjadi pelanggan atau yang menjadi pengguna jasa mereka sehingga untuk selanjutnya, penyelenggaraan pelayanan lebih berorientasi pada kebutuhan pelanggan atau pengguna jasa tersebut. Osborne Gaebler 1996: 208-212 http:www. Skripsi,Tesis ComKonsep Pelayanan Publik yang Efektif Responsif. Mengidentifikasi beberapa keuntungan Universitas Sumatera Utara sistem administrasi dan sistem manajemen yang menempatkan pelanggan masyarakat pada posisi sentral : 1. Sistem yang berorientasi pada pelanggan memaksa pemberi jasa untuk bertanggung jawab kepada pelanggannya, ini berarti pemberi jasa harus selalu mencari umpan balik untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggannya. 2. Sistem yang berorientasi pada pelanggan mendepolitisasi keputusan pilihan pemberi jasa, depolitisasi keputusan terjadi karena dasar pembuatan keputusan ada pada kebutuhan pelanggan, bukan pada pertimbangan politik pembuatan keputusan, dengan demilikian pelanggan menepati posisi sebagai pengemudi. 3. Sistem yang berorientasi pada pelanggan memberikan kesempatan pada orang lain untuk memilih diantara berbagai macam pelayanan, orientasi pelayanan pada kebutuhan pengguna jasa dapat mendorong munculnya berbagai jenis pelayanan untuk sektor yang sama sehingga pengguna jasa dapat memilih, sebagai contoh : disektor jasa transportasi publik, pemerintah kota tidak boleh hanya menyediakan satu jenis sarana transportasi publik, misalnya bus kota, tetapi juga transportasi lain seperti taxi, mikrolet, dan sebagainya. 4. Sistem yang berorientasi pada pelanggan merangsang lebih banyak inovasi. Ketika pemberi jasa harus bersaing, ia akan selalu mencari strategi baru dan terbaik untuk memuaskan pelanggan atau pengguna jasa Badan-badan Usaha Milik NegaraDaerah seperti Bank Pemerintah, Rumah Sakit, Perguruan Tinggi milik Negara harus bersaing dengan ketat dengan pemilik institusi swasta yang sejenis untuk mendapatkan nasabah, pasien, dan calon Universitas Sumatera Utara mahasiswa yang potensial, karena itu berbagai metode dan strategi baru harus diadopsi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap warga pengguna. 5. Sistem yang berorientasi pada pelanggan menghindari pemborosan karena pasokan disesuaikan dengan permintaaan, pemerintah kota, misalnya, sebaiknya tidak menyediakan pelayaanan yang tidak dibutuhkan oleh warganya, sebagai contoh apabila diwilayah tertentu sudah tersedia banyak Sekolah Dasar swasta yang bermutu dan masyarakat mampu membiayainya, maka pemerintah tidak perlu memaksakan diri, untuk mendirikan SD di wilayah tersebut. 6. Sistem yang berorientasi pada pelanggan , mendorong pelanggan untuk lebih memiliki komitmen. Penelitian pada sektor pendidikan di Amerika Serikat menunjukan bahwa siswa lebih memiliki komitmen terhadap pendidikan disekolah yang mereka pilih sendiri. Dalam operasionalisasinya, menurut Dwiyanto, 2006: 63 responsivitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa hal menyangkut dengan kinerja pegawai yaitu : 1. Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir; 2. Sikap aparat birokrasi dalam merespons keluhan dari pengguna jasa; 3. Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi dari perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang; 4. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa; 5. Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Menurut Tangkilisan. S. 2005 bahwa responsivitas dapat diukur melaui indikator sebagai berikut :

1. Akses, akses berkaitan dengan kesediaan aparatur para petugas untuk

memberikan pelayanan kepada pengguna jasa secara merata tanpa adanya sikap diskriminatif, karena jika kondisi ini berlangsung, maka akan ada kesenjangan atau gep dalam pemberian pelayanan, sehingga pemerataan pelayanan tidak aka tercapai dan berdampak rendahnya kualitas layanan, dampak lain yang akan dirasakan ialah target layanan yang dapat meningkatkan PAD melalui retribusi pelayanan akan sulit dicapai, karena ada kelompok masyarakat yang enggan berhubungan dengan birokrasi publik.

2. Kesopanan, kesopanan berkaitan dengan keramahan yang ditampilkan oleh

aparatur dalam proses pemberian pelayanan publik, dimana factor ini secara tidak langsung memberikan iklim organiasi yang sejuk dan kondusif ketika proses pemberian pelayanan berlangsung. Kesopanan juga mencerminkan bahwa para petugas siap melayani para pengguna jasa masyarakat, baik secara mental maupun teknis dan berdampak pada kualitas layanan yang prima.

3. Komunikasi, komunikasi berkaitan dengan kelancaran hubungan verbal

maupun fisik antara aparatur petugas dan pengguna jasa dalam proses pemberian pelayanan. Kelancaran hubungan ini secara otomatis memberikan kesempatan bagi kecepatan pemberian layanan secara berkualitas, sesuai dengan harapan pengguna jasa maupun misi dari birokrasi publik. Universitas Sumatera Utara 1.5.2 Kinerja 1.5.2.1. Defenisi Kinerja Kinerja ialah merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan atau misinya. Dwiyanto, 2006; 47.

1.5.2.2. Pembahasan Kinerja

Menurut Widodo 2005; Vii Dalam konteks konsep birokrasi yang professional yang berbasis kinerja menjadi sangat luas. Setidaknya bidang cakupanya meliputi aspek

a. Kelembagaan :

Aspek kelembagaan perlu dibangun agar dicapai lembaga yang efektif dan efisien dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Yaitu dengan metode membangun birokrasi dari aspek kelembagaan seperti yang dianjurkan oleh penulis. Righ Sizing lebih mengedepankan pada ketepatan kuantitasdan jenis lembaga yang dibentuk. Down Sizing lebih mengedepankan pada upaya mendekatkan pelayanan dengan yang dilayani.

b. Sumber Daya Manusia :