Pembelajaran Materi Arthropoda Dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok Di Pantai Kartini Pada Kelas X SMA N 1 Jepara

(1)

i

PEMBELAJARAN MATERI ARTHROPODA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK

DI PANTAI KARTINI PADA KELAS X SMA N 1 JEPARA

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh Nur Zubaidah

4401407066

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model Investigasi Kelompok di Pantai Kartini pada kelas X SMA N 1 Jepara” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Juli 2011

Nur Zubaidah 4401407066


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Pembelajaran Materi Arthropoda Dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok Di Pantai Kartini Pada Kelas X SMA N 1 Jepara.

Disusun oleh :

Nama : Nur Zubaidah NIM : 4401407066

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis Tanggal : 14 Juli 2011

Panitia Ujian:

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S., M.S Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP. 19511115 197903 1001 NIP. 19671217 199303 2001

Penguji Utama

Drs. Bambang Priyono, M.Si NIP. 19570310 198810 1 001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Kukuh Santosa Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si NIP. 19490809 197603 1002 NIP. 19621028 198803 2002


(4)

iv ABSTRAK

Zubaidah, Nur. 2011. Pembelajaran Materi Arthropoda Dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok Di Pantai Kartini Pada Kelas X SMA N 1 Jepara. Drs. Kukuh Santosa. dan Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si.

Pembelajaran biologi yang berlangsung di SMA N 1 Jepara kurang bervariasi dan masih berpusat pada guru, sehingga aktivitas siswa belum optimal. Hasil belajar yang dicapai siswa juga masih rendah karena berdasarkan hasil Ulangan Semester Gasal Tahun 2010/2011, jumlah siswa yang tidak mencapai KKM 75 yaitu 42,95%. Hal ini terjadi karena lebih banyak kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran di SMA Negeri 1 Jepara dapat dioptimalkan dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, siswa menjadi aktif, melatih siswa untuk berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah serta hasil belajar yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara.

Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimen menggunakan rancangan One Shot Case Study. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Jepara. Sampel penelitian yaitu kelas X-3 dan X-6 diambil dengan teknik purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa pembelajaran investigasi kelompok, sedangkan variabel terikat berupa aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Jepara kelas X Semester Genap. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah siswa kelas X-3 yang aktif dan sangat aktif adalah 94,5%, sedangkan untuk kelas X-6 mencapai 88,9%. Hasil belajar menunjukkan 75 % siswa tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Ketuntasan klasikal untuk kelas X-3 adalah 91,7 % dan kelas X-6 adalah 88,9%. Tanggapan siswa kelas X-3 dan X-6 terhadap pembelajaran dengan kriteria baik dan sangat baik sebesar 94,5% dan 91,7%

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara dalam pembelajaran materi Arthropoda dapat dioptimalkan dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini, dan disarankan guru perlu pengelolaan waktu dengan baik untuk pelaksanaan pembelajaran serta mengajak guru lain sebagai pendamping guna membantu mengawasi aktivitas siswa.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul ”Pembelajaran Materi Arthropoda dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok di Pantai Kartini pada Kelas X SMA N 1 Jepara”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pelaksanaan penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata 1 di Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES yang telah memberikan ijin penelitian dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan kemudahan

dan kelancaran administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Kukuh Santoso dan Ibu Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Bambang Priyono, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan petunjuk dan masukan untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Biologi yang telah memberikan bekal pengetahuan.

7. Kepala SMA N 1 Jepara yang memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Kepala BBPBAP Jepara yang memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.


(6)

vi

9. Guru Biologi SMA N 1 Jepara, Bapak Joko Dwi, S. Pd. atas bantuan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.

10. Sahabatku Novi, Sinta, Amel, Astri, Indah, Fara, Fista, Erdina, Ema, Irma, Desi, Meta, Leli, Heni ndut dan Mega yang telah memberikan dorongan, doa, dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

11. Keluarga besar Green Community dan BSC, yang telah membimbing dan memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik material maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis tak lupa mohon maaf bila dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini terdapat kesalahan-kesalahan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis harapkan kritik dan sarannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.

Semarang, Juli 2011


(7)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………... PENGESAHAN ……… ABSTRAK ……… KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ………. DAFTAR LAMPIRAN ………. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………..

B. Rumusan Masalah ………... C. Penegasan Istilah ………... D. Tujuan Penelitian ………...

E. Manfaat Penelitian ……….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ………

B. Kerangka Berpikir dan Hipotesis ……….. BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. C. Variabel penelitian ………...

D. Rancangan Penelitian ……….

E. Prosedur Penelitian ………

F. Metode Pengumpulan Data ………

G. Metode Analisis Data ……….

H. Indikator Kerja ………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………..

B. Pembahasan ………...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………

B. Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN-LAMPIRAN Halaman ii iii iv v vii viii ix x 1 3 4 5 5 7 17 18 18 18 19 19 25 26 29 30 33 41 41 42


(8)

viii

DAFTAR TABEL Tabel

1. Kriteria validitas ……….

2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba materi Arthropoda di kelas X-7 SMA Negeri 1 Jepara ……….

3. Kriteria reliabilitas ………..

4. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba materi Arthropoda di kelas X-7 SMA Negeri 1 Jepara ……….. 5. Hasil analisis daya pembeda soal uji coba materi Arthropoda di kelas X-7

SMA Negeri 1 Jepara ………. 6. Soal yang digunakan untuk evaluasi pada pembelajaran materi arthropoda

dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini pada kelas X SMA Negeri 1 Jepara ……… 7. Pedoman konversi skala 5 aktivitas siswa ……….. 8. Hasil belajar siswa pada pembelajaran materi Arthropoda ……… 9. Aktivitas siswa selama pembelajaran materi Arthropoda ……….. 10.Hasil angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran ……… 11.Hasil angket tanggapan guru ………...

Halaman 20 21 21 22 24

24 28 30 31 31 32


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Penjenjangan jenis pengalaman sebagai sumber belajar ……..……….. 2. Kerangka berfikir penelitian ………

3. Rancangan penelitian ………...

Halaman 15 17 19


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Silabus ………....

2. RPP ………

3. Lembar Kerja Siswa ………..

4. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ……… 5. Soal uji coba ………...………... 6. Kunci jawaban Soal uji coba ………...

7. Lembar jawaban uji coba ………..

8. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran. daya pembeda soal ….. 9. Contoh perhitungan validitas butir soal ……… 10.Contoh perhitungan reliabilitas soal uji coba ……… 11.Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal ……….. 12.Contoh perhitungan daya pembeda soal ………... 13.Kisi-kisi soal evaluasi ………..……....……….

14.Soal evaluasi ……….

15.Lembar jawaban evaluasi ……….

16.Kunci jawaban soal evaluasi ….………... 17.Daftar kelompok kelas X-3 ..……… 18.Daftar kelompok kelas X-6 ……….. 19.Lembar observasi aktivitas siswa ...………. 20.Angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran ………. 21.Lembar rubrik penilaian tanggapan siswa terhadap pembelajaran …….. 22.Angket tanggapan guru terhadap pembelajaran ……….………. 23.Analisis hasil belajar siswa kelas X-3 ………...……….. 24.Analisis hasil belajar siswa kelas X-6 ………..……… 25.Analisis lembar observasi aktivitas siswa kelas X-3 ……….... 26.Analisis lembar observasi aktivitas siswa kelas X-6 ……… 27.Analisis Angket tanggapan siswa kelas X-3 terhadap pembelajaran …… 28.Analisis Angket tanggapan siswa kelas X-6 terhadap pembelajaran ……

29.Dokumentasi penelitian ……….

Halaman 44 45 50 58 66 79 80 81 84 85 86 87 88 89 95 96 97 98 99 100 102 103 104 105 106 107 108 109 110


(11)

xi

30.Surat penetapan dosbing ………

31.Surat ijin observasi ………

32.Surat ijin penelitian ……….. 33.Surat Keterangan penelitian ………..

Halaman 113 114 116 119


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran dan sumber belajar merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Penentuan model pembelajaran dan sumber belajar yang tepat oleh guru sangat diperlukan agar sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa mencari diri sendiri dari alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Konskuensinya dalam pembelajaran, siswa diarahkan agar dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan belajarnya selama proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal, pembelajaran biologi yang berlangsung di SMA N 1 Jepara kurang bervariasi. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru terbatas pada ceramah dan pemaparan menggunakan power point. Pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa masih jarang dilakukan sehingga aktivitas siswa belum optimal. Hal tersebut dapat diketahui bahwa siswa jarang mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru. Hasil belajar yang dicapai siswa juga masih rendah karena berdasarkan hasil Ulangan Semester Gasal Tahun 2010/2011, jumlah siswa yang tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75 yaitu 42,95%. Hal ini diduga terjadi karena pembelajarannya kurang bervariasi dan kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang menarik minat siswa.

Pada mata pelajaran sains biologi SMA kelas X Semester 2 materi Arthropoda, siswa diharapkan mampu mencapai Kompetensi Dasar yaitu Mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan. Berdasarkan informasi dari guru biologi, materi ini dianggap sulit bagi siswa karena banyak berisi hafalan dari ciri-ciri dan nama ilmiah dari spesies. Hal ini dibuktikan dengan Hasil Ulangan Harian Arthropoda Semester Gasal Tahun


(13)

2 2009/2010 menunjukkan bahwa siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 72 hanya 68,96%. Sebenarnya spesies anggota Arthropoda banyak ditemui siswa di lingkungan sekitarnya, namun siswa cenderung kurang mengerti tentang beragam hewan Arthropoda tersebut karena mereka hanya melihatnya dari media gambar yang terbatas di buku teks mereka.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya model pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai, yaitu model pembelajaran investigasi kelompok/

group investigation. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri dan menuntut siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari merencanakan kegiatan hingga kegiatan berakhir. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Hal ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

Siswa yang dikondisikan secara berkelompok akan memperoleh kesempatan yang lebih untuk bertanya baik kepada sesama anggota kelompoknya maupun kepada guru. Hal itu disebabkan pembelajaran yang berlangsung akan membuat guru lebih banyak berinteraksi dengan semua kelompok sehingga siswa cenderung tidak merasa malu untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya kepada guru. Pembelajaran berkelompok akan dapat memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan anggota kelompok masing-masing (Eko 2006).

Untuk mencapai hasil belajar yang optimum, salah satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya media yang bersifat langsung dalam bentuk obyek nyata atau realitis. Pada prinsipnya siswa menghendaki cara pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan tidak membosankan yaitu dengan belajar langsung ke lingkungan nyata yang berada di alam sekitarnya, sehingga siswa akan lebih tertarik dan bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. (Ibrahim dalam Ginah 2001). Obyek yang nyata akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal.


(14)

Selama ini pembelajaran materi Arthropoda di SMA 1 Jepara masih jarang memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar, padahal lingkungan SMA 1 Jepara mempunyai alam sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai obyek persoalan belajar yaitu Pantai Kartini. Pantai Kartini Jepara mempunyai letak dekat dengan sekolah. Lokasi yang mudah dijangkau tersebut, memudahkan untuk menjadikan Pantai Kartini sebagai sumber belajar materi Arthropoda. Kawasan Pantai Kartini bersamaan dengan BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau) Jepara dengan berbagai macam budidaya hewan air payau di dalamnya. Hal tersebut akan sangat mendukung untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran materi Arthropoda. Selain itu, pembelajaran yang dilaksanakan di lingkungan yang bersifat rekreatif akan dapat menambah minat siswa dalam mempelajari materi Arthropoda. Obyek Pantai Kartini inilah yang akan dikembangkan untuk mengoptimalkan pembelajaran yaitu dengan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Pembelajaran Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini ini dikatakan optimal jika aktivitas dan hasil belajar siswa secara ideal dapat dinyatakan bila: minimal 75% siswa mencapai ketuntasan belajar individual 75, minimal 75% siswa aktif atau sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan minimal 75% siswa senang menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok, hal ini dapat dilihat dari angket tanggapan siswa (kategori baik dan sangat baik).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara”


(15)

4 C. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman dan memberikan batasan ruang lingkup, maka penegasan istilah sangat penting. Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah:

1. Model Investigasi Kelompok

Model pembelajaran Investigasi Kelompok dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengekplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Menurut Soekamto dan Winaputra (1995) terdapat tiga konsep utama dalam investigasi kelompok, yaitu Penelitian (proses dimana belajar memecahkan masalah), pengetahuan (pengalaman baik langsung maupun tidak langsung), dan dinamika kelompok (suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama), sedangkan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas ada kalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3 - 8 orang siswa. Pada pembelajaran kelompok kecil guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif.

Pada penelitian ini, pembelajaran dilakukan dengan memecahkan masalah melalui eksplorasi lingkungan secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2. Materi Arthropoda

Berdasarkan BSNP konsep invertebrata merupakan materi yang diajarkan pada SMA kelas X Semester Genap dalam KTSP 2006, materi ini merupakan sub materi dari klasifikasi hewan invertebrata yang termasuk dalam Kompetensi dasar mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan. Filum Arthropada dibagi menjadi 5 kelas yaitu (Crustacea, Arachnida, Chilopoda, Diplopoda dan Insecta). Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan kelas Crustacea (udang windu (Penaeus monodon), udang seker (Penaeus


(16)

pelagicus), dan yuyu sawah (Parathelpusa tridentata)) di BBPBAP, sedangkan untuk pengamatan kelas yang lain akan dilakukan di lingkungan sekolah.

3. Pantai Kartini

Pantai Kartini yang dimaksud adalah kawasan BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau) Jepara. Kawasan ini merupakan kawasan pengelolaan dan pengembangan air payau yang didalamnya terdapat berbagai budidaya hewan baik air asin maupun air payau. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar secara alamiah dan dapat digunakan setiap saat. Pantai Kartini dapat digunakan sebagai sumber belajar, berfungsi sebagai aspek pendukung pembelajaran dan untuk memudahkan siswa dalam belajar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara.

E. Manfaat Penilitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

1. Bagi Siswa

Mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru

a. Mendapatkan alternatif strategi pembelajaran biologi yaitu strategi pembelajaran investigasi kelompok sebagai suatu alternatif dalam upaya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

b. Mendapatkan alternatif sumber belajar dalam pembelajaran biologi.

c. Memberi masukan bagi guru bahwa pembelajaran materi arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini berperan dalam


(17)

6 optimalisasi aktivitas dan hasil belajar siswa sehingga prestasi belajar biologi secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

3. Sekolah

Memberikan sumbangan dalam perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan potensi belajar siswa yang akhirnya berpengaruh pada mutu sekolah.

4. Peneliti

Mendapatkan pengalaman dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.


(18)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka 1. Hasil belajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagaibentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana 2004).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan berbagai pengalaman belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran (Setiawan 2008).

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pengajaran sehingga proses belajar mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.

Kysley diacu dalam Sudjana (2004) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne dalam (Anni 2007) membagi


(19)

8 lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, stategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah afektif yaitu penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah psikomotorik yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan biasa, gerakan komplek, penyesuaian dan kreatifitas.

Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian kelas. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian kerja/ performance

(penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi) dan penilaian tes tertulis/ paper and pen.

2. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan


(20)

ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

Maisuri (2008) menyatakan aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja. Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip di atas, diharapkan kepada guru untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa. Jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan menjadi:

a. Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas

siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.

b. Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam mengucapkan dan berfikir.

c. Listening Activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.

d. Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk

mengekspresikan bakat yang dimilikinya (Maisuri 2008).

Jenis aktivitas belajar menurut Diedrich dalam Sardiman (2009) dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Aktivitas visual (visual activities), diantaranya aktivitas membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Aktivitas berbicara (oral activities), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Aktivitas mendengar (listening activities), sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Aktivitas menulis (writing activities), seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(21)

10 e. Aktivitas menggambar (drawing activities),misalnya menggambar, membuat

grafik, peta, diagram.

f. Aktivitas motorik (motor activities), antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Aktivitas mental (mental activities), misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Aktivitas emosional (emotional activities), seperti menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan klasifikasi aktivitas di atas terlihat bahwa aktivitas siswa di sekolah cukup banyak dan bervariasi seperti bertanya, mengobservasi, presentasi, menganalisis, dan lainnya. Bila berbagai macam kegiatan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah, tentu sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar siswa yang maksimal.

3. Model pembelajaran Investigasi Kelompok

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Fungsi dari model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce dan Weil (1996) adalah kelompok model sosial (The Social Models). Model pembelajaran ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama dalam pembelajaran, yang pada saat sekarang dikenal dengan pembelajaran kooperatif

(Cooperatif Learning). Kelompok model ini meliputi sejumlah sub model, antara

lain model Investigasi Kelompok.

Terdapat tiga konsep utama pada model investigasi kelompok menurut Soekamto dan Winaputra (1995) yaitu Penelitian (proses dimana belajar memecahkan masalah), pengetahuan (pengalaman baik langsung maupun tidak langsung), dan dinamika kelompok (suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama).


(22)

Dalam belajar sains, siswa diajak mengenal obyek, gejala dan permasalahan alam, menelaah dan menemukan simpulan atau konsep tentang alam. Konsep-konsep sains bukan diperoleh siswa secara instant dari guru ataupun buku-buku tetapi melalui kegiatan-kegiatan ilmiah. Dalam kaitannya dengan kegiatan evaluasi, Bryce diacu dalam Kartijono dkk. (2005) menjelaskan, dalam pembelajaran sains lebih tepat jika penilaian diterapkan sesuai dengan aspek proses sains yang meliputi kemampuan dasar (basic skill), kemampuan proses

(process skill) dan kemampuan investigasi (investigation skill) sebagai

kemampuan tertinggi. Kemampuan dasar mencakup: kemampuan melakukan pengamatan, mencatat data, melakukan pengukuran, mengimplementasikan prosedur dan kemampuan mengikuti instruksi. Kemampuan proses meliputi: kemampuan menginferensi dan menyeleksi berbagai cara/prosedur. Kemampuan investigasi berupa kemampuan merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Untuk menilai kemampuan siswa pada keterampilan-keterampilan sains tersebut alternative assessment sangat relevan.

Hal utama dalam Investigasi Kelompok adalah perencanaan kooperatif siswa dari penyelidikannya. Anggota kelompok berpartisipasi dalam perencanaan berbagai ukuran dan keperluan dari rancangannya. Mereka bersama menentukan apa yang dibutuhkan untuk menyelidiki agar dapat memecahkan permasalahan; yang memerlukan akal mereka; siapa akan mengerjakan apa; dan bagaimana mereka akan memberi rancangan menyeluruh mereka bagi kelas. Biasanya pembagian tugas dalam kelompok mempertinggi saling ketergantungan diantara anggotanya.

Kecakapan merencanakan kooperatif seharusnya diperkenalkan secara berangsur-angsur ke dalam kelas dan dipraktekkan dalam beragam situasi sebelum kelas menjalankan rancangan investigasi dengan skala yang lengkap. Guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok kecil, mendapatkan ide dari melaksanakan beberapa aspek dari aktivitas kelas. Siswa membantu rencana aktivitas jangka pendek yang hanya satu periode, atau aktivitas jangka panjang (Slavin 2005).

Ibrahim dkk. (2000) mengungkapkan bahwa Investigasi Kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan


(23)

12 paling sulit untuk diterapkan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

Model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan ketrampilan untuk mengemukakan pendapat dalam berdiskusi kelompok (Masitoh 2006). Hal tersebut diperkuat oleh Sutama (2007) dalam uji coba validitas pada kelas B, D, dan E mempunyai kemampuan berfikir kreatif lebih dari 80% dan prestasi akademik lebih dari 70%. Uji validasi pembelajaran memberikan hasil bahwa pada kelas B, D, dan E mempunyai kemampuan berfikir kreatif dan prestasi akademik yang memuaskan (tuntas dengan skor > 60). Hasil uji validasi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan prestasi

akademik.

Joyce, Weil, & Calhoun diacu dalam Abordo dan Samuel (2005) menyatakan bahwa group investigation dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam partisipasi kelompok dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan group investigation terdapat enam fase yaitu: (a) observasi, (b) eksplorasi, (c) pelaksanaan dan pengorganisasian pembelajaran, (d) belajar mandiri dan kelompok, (e) analisis dan evaluasi, (f) pengulangan dan penguatan aktivitas.

Belajar kooperatif model Investigasi Kelompok terdiri dari 7 kegiatan yaitu (a) pendahuluan, (b) pembentukan kelompok, (c) pelaksanaan investigasi, (d) penyiapan laporan, (e) penyajian laporan, (f) membuat kesimpulan, dan (g) penutup. Secara garis besar, ketujuh kegiatan tersebut dapat dibedakan ke dalam 3 tahap, yaitu (a) tahap awal, (b) tahap inti, dan (c) tahap akhir. Tahap awal memuat kegiatan pendahuluan dan pembentukan kelompok. Tahap inti memuat kegiatan pelaksanaan investigasi, penyiapan laporan, dan penyajian laporan. Tahap akhir meliputi kegiatan membuat kesimpulan dan penutup (Hobri dan Susanto 2006).

Slavin (2005) menyatakan bahwa terdapat enam tahapan dalam pelaksanaan investigasi kelompok, yaitu sebagai berikut.


(24)

a. Pemilihan topik biasanya topik khusus ditetapkan oleh guru, selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis. b. Perencanaan kooperatif siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran,

tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan topik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c. Implementasi siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

d. Analisis dan sintesis siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

e. Presentasi hasil final beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasikan oleh guru.

f. Evaluasi kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic yang sama, maka siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual maupun kelompok.

Abordo dan Samuel (2005) mengemukakan bahwa faktor berikut menentukan keberhasilan proses investigasi kelompok terhadap prestasi dan perilaku siswa:


(25)

14 a. hati-hati dalam perencanaan

b. pemilihan topik penelitian yang tepat c. pernyataan yang jelas

d. ketersediaan dan lokasi sumber daya

e. pengembangan keterampilan investigasi kelompok dan dinamika kelompok. f. suatu pemahaman yang jelas tentang penilaian dan prosedur untuk penilaian.

Dimyati dan Mudjiono (1994) mengemukakan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas ada kalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3 - 8 orang siswa. Pada pembelajaran berkelompok, hubungan antara guru-siswa menjadi lebih sehat dan akrab, siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat, serta siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, dan kriteria keberhasilan. Hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran secara berkelompok lebih baik karena proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan secara bersama-sama menggantikan proses pembelajaran klasikal dengan system ceramah yang proses pengkonstruksian dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang ditangkap oleh siswa secara individu (Setiawan 2008). Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran berkelompok adalah:

a. Memberi kesempatan kepada tiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.

b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan serta mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

4. Pantai Kartini sebagai sumber belajar

Mulyani (2008) menyatakan sumber belajar dapat diperoleh dari mana-mana. Dari alam sekitar, dari dalam kelas atau dimana saja asal semua itu sesuai dengan materi yang diajarkan kepada siswa sehingga guru dapat mengajak anak didiknya untuk melakukan kegiatan mendapatkan ilmu dari tangan pertama yaitu alam itu sendiri. Apabila alam dalam kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar maka akan terjadi proses interaksi antara siswa dengan lingkungan. Adanya interaksi dengan lingkungan tersebut maka siswa akan


(26)

memperoleh pengalaman yang penting dalam proses belajarnya, karena dengan berinteraksi dengan lingkungan siswa juga melihat dan merasakan suasana belajar yang nyata menggunakan panca inderanya sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar diantaranya adalah Pantai Kartini yang di dalamnya terdapat kemungkinan-kemungkinan yang cukup banyak untuk dipelajari yang berkaitan dengan materi dalam Sains Biologi. Hal tersebut dikarenakan dalam Sains Biologi mempelajari segala sesuatu tentang makhluk hidup tak terkecuali hubungannya dengan lingkungan sekitar tempat makhluk hidup tersebut tinggal. Di Pantai Kartini terdapat kawasan BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau) yang didalamnya terdapat berbagai budidaya hewan laut termasuk fillum Arthropoda yatu kelas Crustacea.

Saptono (2003) mengemukakan bahwa kemampuan siswa untuk bereksplorasi di alam dan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (Joyful Learning). Dengan demikian, pemanfaatan Pantai Kartini sebagai sumber belajar diharapkan akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal karena penyampaian pembelajarannya menjadi lebih mendalam dengan melakukan kegiatan ilmiah yaitu dengan melatih siswa untuk melakukan observasi.

Edgar Dale dalam Sudjana (2004) menyatakan pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang tertentu berbentuk kerucut pengalaman seperti Gambar 1.

lambang kata lambang visual gambar, rekaman, dan radio

gambar hidup televisi pameran dan museum

darmawisata percontohan pengalaman dramatisasi

pengalaman tiruan pengalaman langsung


(27)

16 Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber belajar yang paling sederhana adalah mengenal lambang-lambang kata, kemudian semakin ke bawah sumber belajar yang semakin luas. Lambang kata dan lambang visual hanya memberikan pengalaman belajar yang berupa pengetahuan dan hafalan saja, sedangkan sumber belajar dengan pengalaman langsung adalah sumber belajar yang paling luas dan kompleks data cakupannya. Sumber belajar ini dapat memberikan pengalaman yang lebih konkrit dan lebih nyata, sehingga akan memberikan memori atau daya ingat yang lebih kuat pada siswa.

5. Karakteristik materi Arthropoda

Dalam KTSP 2006 mata pelajaran Sains (Biologi) SMA kelas X semester 2, pada Standar Kompetensi Memahami manfaat keanekaragaman hayati. Kompetensi Dasar dan Indikator yang harus dicapai pada materi Arthropoda adalah sebagai berikut. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan.

Arthropoda berasal dari kata arthron yang berarti sendi dan podos yang berarti kaki, tubuh Arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu ekskeleton yang dibangun dari lapisan-lapisan protein dan kitin (Campbell et al.

2003).

Ciri-ciri dari fillum

a. Tubuh simetris bilateral, tripoblastik celomata

b. Bagian tubuh terdiri atas kepala, thoraks dan abdomen atau sefalothoraks dan abdomen

c. Kaki terdiri atas ruas-ruas, hidup secara bebas, parasit. d. Respirasi dengan paru-paru buku, trachea atau insang e. Ekskresi dengan tubulus Malpighi

Fillum Arthropoda terbagi menjadi 5 kelas yaitu kelas Crustacea (udang-udangan), Arachnida (laba-laba), Chilopoda, Diplopoda dan Insecta.


(28)

B.Kerangka Berfikir dan Hipotesis

Untuk menyusun hipotesis, diperlukan kerangka berpikir yang disusun secara skematis seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka berfikir Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:”Pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara”.

1. Siswa cenderung pasif

2. Hanya berpusat pada ranah kognitif 1. Sumber belajar kurang

bervariasi

2. Kurang memanfaatkan lingkungan sekitar 3. Pembelajaran hanya

berlangsung di kelas

4. Metode pembelajaran kurang interaktif dan atraktif

(cenderung konfensional)

Pembelajaran menggunakan model investigasi kelompok di

Pantai Kartini. 1. Dirancang untuk

membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengekplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu,

mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis 2. Memberikan pengalaman

nyata kepada siswa untuk melihat dan mengamati obyek yang dipelajari secara langsung. 1. Aktivitas belajar siswa rendah

2. Hasil belajar dibawah KKM < 75

Aktifitas belajar meningkat Hasil belajar mencapai KKM 75, dengan ketuntasan klasikal 75%

Pembelajaran biologi Materi Arthropoda


(29)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Pre Experimental Design. Desain ini belum merupakan eksperimen

sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, sehingga hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono 2008).

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jepara Kabupaten Jepara pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara Tahun Ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 5 kelas dengan guru pengampu sama. Sampel dalam penilitian ini adalah kelas X-3 dan X-6 dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purpossive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu yang dipilih menurut pertimbangan dari ahli, dalam penelitian ini adalah guru pengampu. Kelas X-3 dan X-4 mempunyai keaktifan yang rendah daripada kelas-kelas lain dan mempunyai rata-rata hasil belajar yang hampir sama, yaitu hanya 45% siswa mencapai KKM 75.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas : pembelajaran investigasi kelompok

2. Variabel terikat : aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Jepara kelas X Semester Genap


(30)

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pre Experimental Design

dengan menggunakan rancangan The One-shot Case Study (Arikunto 2006). Dengan pola penelitian :

Gambar 3 Rancangan penelitian The One-shot Case Study

Keterangan :

X : Treatment atau perlakuan

O : Hasil observasi setelah treatment

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Persiapan

a. Melakukan observasi awal dengan teknik pengamatan dan wawancara untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar Biologi di SMA Negeri 1 Jepara.

b. Pada kedua subjek, dibentuk kelompok yang heterogen secara akademik, 1 kelompok beranggotakan 4 siswa untuk melaksanakan model pembelajaran Investigasi Kelompok.

c. Merancang perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa Silabus, RPP, LKS untuk membantu siswa dalam pembelajaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan sebagai sarana dalam proses pembelajaran yaitu untuk panduan dalam kegiatan pengamatan. Lembar Kegiatan Siswa dibuat dengan mengacu keterampilan proses.

d. Membuat instrumen penelitian yang terdiri atas soal-soal evaluasi, lembar observasi aktivitas siswa, serta angket tanggapan siswa dan lembar pedoman wawancara tanggapan guru.

e. Mempersiapkan alat evaluasi penelitian berupa tes. Tes dimaksudkan sebagai alat ukur pemahaman materi pelajaran. Bentuk tes adalah secara tertulis yaitu pilihan ganda dengan empat pilihan sebanyak 40 soal.

f. Analisis butir soal evaluasi, meliputi: X O


(31)

20 1) Uji validitas

Salah satu syarat yang harus dimiliki instrument yang baik adalah instrumen tersebut harus valid. Arikunto (1998) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan.

Adapun rumusnya adalah:

rxy =

( )

{

2 − 2

}

{

2 −

( )

2

}

Y) X)( ( -XY N

Y Y N X X N

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara x dan y N : Jumlah subjek

X : skor butir Y : skor total butir Tabel 1 Kriteria validitas

Koefisien korelasi Kategori r < 0,2 Sangat rendah 0,2 r < 0,4 Rendah 0,4 r < 0,6 Sedang 0,6 r < 0,8 Tinggi 0,8 r 1,0 Sangat tinggi

Soal dikatakan valid jika berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan dikatakan tidak valid dalam kategori sedang, rendah, dan sangat rendah.


(32)

Hasil analisis validitas soal uji coba disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba materi Arthropoda di kelas X-7 SMA Negeri 1 Jepara*

*Data selengkapnya disajikan dalam Lampiran 8.

2) Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas suatu instrumen digunakan rumus K – R 21 sebagai berikut :

r11=

(

)

KVt M K M K K . 1 1 Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen K = banyaknya butir soal M = skor rata-rata (Mean)

V = variasi total (Arikunto 2002)

Jika r11 hitung > r tabel maka perangkat soal tersebut reliabel dan jika sebaliknya yaitu r11 hitung < r tabel maka soal tersebut tidak reliabel (Arikunto 2002).

Tabel 3 Kriteria reliabilitas yaitu:

Interval Kriteria

r11 < 0,2 0,2 < r11 < 0,4 0,4 < r11 < 0,6 0,6 < r11 < 0,8 0,8 < r11 < 1,0

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi No Kriteria validitas soal

Jumlah Nomor soal

1 2 Valid Tidak valid 40 20

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 54, 55, 58, 59, 60

2, 14, 26, 30, 33, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 56, 57


(33)

22 Hasil analisis reliabilitas soal menunjukkan bahwa soal tes bersifat reliabel yaitu sebesar 0,812

3) Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek seluruhnya. Rumus untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut:

JS B

P =

Keterangan:

P = taraf kesukaran soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut: P = 0,00 – 0,10 termasuk kategori soal sangat sukar P = 0,11 – 0,30 termasuk kategori soal sukar

P = 0,31 – 1,70 termasuk kategori soal sedang P = 0,71 – 0,9 termasuk kategori soal mudah P > 0,9 termasuk kategori sangat mudah

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang (Arikunto 1998).

Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba materi Arthropoda di kelas X-7 SMA Negeri 1 Jepara*

Kriteria tingkat kesukaran soal

Jumlah Nomor soal

1 2

3

Sukar Sedang

Mudah

13 40

7

2, 11, 13, 22, 26, 29, 40, 41, 43, 46, 48, 49,57 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 44, 45, 47, 51, 52, 54, 55, 59, 60

14, 25, 30, 50, 53, 56, 58


(34)

4) Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah (Arikunto 1998). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut

J

B

J

B

B B A A

D

=

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

Indeks daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Arikunto (1998) menjelaskan bahwa butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun klasifikasi daya pembeda adalah:

D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori jelek D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali (Arikunto 1998).

Dalam penelitian ini butir-butir soal yang digunakan adalah butir-butir soal yang memiliki kriteria daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali.


(35)

24 Hasil analisis daya pembeda soal uji coba disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil analisis daya pembeda soal uji coba materi Arthropoda di kelas X-7 SMA N 1 Jepara*

Kriteria daya pembeda soal

Jumlah Nomor soal

1

2

3

4

Jelek

Cukup

Baik

Sangat baik

19

26

15

-2, 14, 26, 30, 33, 41, 1-2, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52, 53, 56, 57

1, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 27, 34, 35, 37, 38, 39, 51, 58, 59,60

5, 6, 8, 9, 16, 20, 23, 28, 29, 31, 32, 36, 40, 54,55

-*Data selengkapnya disajikan dalam lampiran 8.

Berdasarkan analisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal dan reliabilitas, soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan valid, reliabel dan mempunyai daya pembeda dengan kriteria cukup dan baik, sedangkan untuk tingkat kesukaran butir soal dilihat komposisinya antara soal yang sukar, sedang dan mudah. Soal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Soal yang digunakan untuk evaluasi pada pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini pada kelas X SMA Negeri 1 Jepara*

Jenis soal

Nomor butir soal

Digunakan Tidak digunakan

Pilihan ganda 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 54, 55, 58, 59, 60

2, 14, 26, 30, 33, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 56, 57

Jumlah 40 20


(36)

2. Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan Rencana Pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Indikator.

b. Melaksanakan penilaian / evaluasi baik selama proses pembelajaran maupun pada produknya.

F. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil meliputi perilaku siswa dan guru yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

1. Sumber data

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru. 2. Jenis data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuntitatif dan data kualitatif, yang terdiri atas sebagai berikut.

a. Hasil belajar siswa.

b. Keaktivan siswa selama observasi/pengamatan c. Hasil analisis kuesioner/angket siswa.

d. Tanggapan guru terhadap pembelajaran. 3. Cara Pengambilan Data

a. Data hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes evaluasi pada siswa yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.

b. Data tentang keaktivan siswa saat pengamatan diperoleh dari lembar observasi. c. Data hasil analisis kuesioner diperoleh melalui lembar angket untuk siswa. d. Data tentang tanggapan guru diperoleh melalui lembar angket guru. 4. Teknik pengambilan data

a. Metode wawancara

Metode ini digunakan pada saat observasi awal di sekolah untuk mengidentifikasi masalah.


(37)

26 b. Metode tes

Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. c. Metode observasi

Metode ini digunakan untuk mengetahui keaktivan siswa d. Metode angket

Metode angket ada 2 dalam penilitian ini yaiti angket tanggapan siswa dan pedoman wawancara guru mata pelajaran biologi.

5. Instrumen penelitian

a. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

c. Lembar Observasi d. Angket

e. Soal tes evaluasi

G. Metode Analisis Data

Dari hasil data yang diperolah dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis hasil belajar siswa

Data hasil belajar didapat dari hasil tes evaluasi diakhir pertemuan dan nilai lembar kerja siswa, dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menghitung nilai evaluasi dengan cara:

Nilai Evaluasi = x 100

maksimal skor jumlah diperoleh yang skor jumlah

b. Menghitung nilai LKS dengan cara:

Nilai LKS umum/khusus= x 100

maksimal skor jumlah diperoleh yang skor jumlah

c. Menghitung Nilai Akhir (NA) dengan cara:

NA = x 100

5 Nilai 3 khusus -LKS Nilai 1 umum -LKS

Nilai x x Evaluasi


(38)

d. Menentukan rata-rata kelas

Sudjana (2005) menyatakan bahwa untuk mengetahui nilai rata-rata kelas adalah sebagai berikut :

Ν Χ = Χ

Keterangan :

X = nilai rata-rata

X = jumlah nilai seluruh kelas

N = banyaknya siswa yang mengikuti tes e. Menentukan ketuntasan belajar individu

Rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar individual adalah deskriptif persentase yang menggambarkan besarnya tingkat penguasaan materi arthropoda, yaitu sebagai berikut:

% 100

x n

Ν = ΤΡ

Keterangan :

TP = persentase penguasaan materi n = skor yang diperoleh

N = skor maksimal

f. Menentukan ketuntasan belajar klasikal

Setelah didapatkan data nilai hasil belajar, data dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal, dihitung dengan teknik analisis presentase menggunakan rumus sebagai berikut (Mulyasa 2004):

P = 100% n

ni

x

Keterangan :

P : Ketuntasan belajar klasikal

ni : Jumlah siswa yang tuntas secara individu (nilai 75) n : Jumlah total siswa


(39)

28 2. Analisis aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diolah dengan pemberian skor pada setiap item. Skor pada item perlu diubah dalam bentuk nilai. Penentuan nilai digunakan skala 5. Untuk menentukan nilai hasil konversi, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Mencari skor maksimal ideal (SMI), yaitu skor yang dicapai apabila semua item dapat dijawab dengan benar yaitu dengan menghitung jumlah item yang diberikan kali bobot item.

b. Membuat pedoman konversi (dimodifikasi dari Sudijono 2009), yaitu : Tabel 7 . Pedoman konversi skala 5 aktivitas siswa

NO Tingkat Penguasaan

Batas Atas Batas Bawah Nilai Kriteria 1. 85% - 100% 100% x SMI 85% x SMI A Sangat aktif 2. 70% - 84% 84% x SMI 70% x SMI B Aktif 3. 60% - 69% 69% x SMI 60% x SMI C Cukup aktif 4. 50% - 59% 59% x SMI 50% x SMI D Kurang aktif 5. < 50% 50% x SMI < 50% x SMI E Tidak aktif

3. Analisis data angket tanggapan siswa

Hasil jawaban angket dianalisis menggunakan skala linkert untuk mengetahui tingkat persetujuan angket, dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif prosentase untuk mengetahui nilai persetujuan angket. Dalam penelitian ini angket yang digunakan mempunyai jawaban yang terdiri dari empat kategori jawaban yang terdiri dari poin a, b, c, dan d. Jawaban poin a mempunyai skor 4, poin b mempunyai skor 3, poin c mempunyai skor 2 dan poin d mempunyai skor1. Rumus yang digunakan:

skor angket : x 100%

maksimal skor

jumlah

diperoleh yang

skor jumlah


(40)

Menentukan kategori skor angket dengan parameter sebagai berikut (dimodifikasi dari Sudijono 2009):

Skor 85% - 100% : A (Sangat baik) Skor 70% - 84% : B (Baik)

Skor 60% - 69% : C (Cukup baik) Skor 50% - 59% : D (Kurang) Skor < 50% : E (Sangat kurang)

4. Data hasil angket tanggapan guru

Data hasil wawancara guru terhadap pembelajaran Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini dianalisis secara deskriptif kualitatif.

H. Indikator Kinerja

Pembelajaran arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini ini dikatakan optimal jika aktivitas dan hasil belajar siswa secara ideal dapat dinyatakan bila:

1. Minimal 75% siswa mencapai ketuntasan belajar individual 75.

2. Minimal 75% siswa aktif atau sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran 3. Minimal 75% siswa senang menggunakan model pembelajaran

investigasi kelompok, hal ini dapat dilihat dari angket tanggapan siswa (kategori baik dan sangat baik)


(41)

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian meliputi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebagai data utama, aktivitas siswa, tanggapan siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran sebagai data pendukung. Untuk lebih lengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai evaluasi dan rata-rata nilai LKS. Kriteria ketuntasan minimal untuk hasil belajar ini adalah 75. Hasil belajar siswa kelas X-3 dan X-6 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil belajar siswa pada pembelajaran materi Arthropoda*

No Data Kelas

X-3 X-6

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jumlah siswa Tertinggi Terendah Rata-rata

Siswa yang tuntas Siswa yang tidak tuntas Ketuntasan klasikal (%)

36 87,4 74,0 82,1 33 3 91,7% 36 85,3 67,7 78,7 32 4 88,9%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 23 dan 24.

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi, nilai terendah dan ketuntasan klasikal kelas X-3 dan kelas X-6 berturut-turut adalah 87,4 dan 85,3; 74,0 dan 67,7; 91,7% dan 88,9%.

2. Hasil observasi aktivitas siswa

Berdasarkan hasil pengamatan dengan lembar observasi, diperoleh data aktivitas siswa kelas X-3 dan X-6 yang disajikan pada Tabel 9.


(42)

Tabel 9. Aktivitas siswa selama pembelajaran materi Arthropoda*

Kelas Jumlah siswa

Sangat Aktif Aktif Cukup Kurang Aktif Tidak aktif

X-3 28 6 2 0 0

(77,8%) (16,7) (5,6%) (0%) (0%)

X-6 28 4 4 0 0

(77,8%) (11,1%) (11,1%) (0%) (0%)

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 25 dan 26

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa kelas X-3 dan X-6 yang tergolong sangat aktif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah 94,5% dan 88,9%.

3. Hasil tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran

Berdasarkan lembar angket yang diberikan kepada siswa kelas X-3 dan X-6, diperoleh data yang disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Hasil angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.*

No. Pernyataan

Kelas

X-3 X-6

% Kualitas

tanggapan

% Kualitas

tanggapan 1. Siswa tertarik terhadap pembelajaran 128 88,9 Sangat baik 125 86,8 Sangat baik 2. Siswa setuju bahwa pembelajaran ini

menyenangkan

129 89,6 Sangat baik 124 86,1 Sangat baik

3. Siswa berpendapat pembelajaran ini dapat membantu memahami materi pelajaran

123 85,4 Sangat baik 119 82,6 Sangat baik

4. Siswa termotivasi dalam kegiatan pembelajaran

126 87,5 Sangat baik 129 89,6 Sangat baik

5. Siswa berpendapat pembelajaran ini dapat mengoptimalkan aktivitas

130 90,3 Sangat baik 125 86,8 Sangat baik

6. Siswa menyukai pembelajaran 126 87,5 Sangat baik 122 84,7 Sangat baik 7. Siswa berpendapat pembelajaran ini

dapat memperjelas pemahaman

121 84,0 Sangat baik 119 82,6 Sangat baik

8. Siswa berpendapat bahwa

pembelajaran ini efektif diterapkan dalam pembelajaran

121 84,0 Sangat baik 120 83,3 Sangat baik

9. Siswa setuju bila pembelajaran ini diterapkan pada materi lain

122 84,72 Sangat baik 123 85,4 Sangat baik

Persentase tanggapan siswa sangat baik 23 63,9 21 58,4

Persentase tanggapan siswa baik 11 30,6 12 33,3

Persentase tanggapan siswa cukup baik 2 5,5 3 8,3

Kurang baik dan jelek 0 0 0 0


(43)

32 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa keseluruhan poin dalam angket menunjukkan kualitas tanggapan sangat baik untuk kedua kelas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa paham terhadap pembelajaran materi Arthropoda, tertarik untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode investigasi kelompok, dan senang dengan suasana kelas pada saat pembelajaran.

4. Hasil tanggapan guru terhadap proses pembelajaran

Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap proses pembelajaran, maka dilakukan pengambilan data dengan menggunakan lembar angket. Pengisian angket tentang tanggapan guru terhadap pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model Investigasi Kelompok di Pantai Kartini pada kelas X SMA N 1 Jepara, dilakukan seusai pelaksanaan pembelajaran di kelas 3 dan kelas X-6. Tanggapan guru yang mengajar Sains Biologi kelas X SMA N 1 Jepara tersebut disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran materi Arthropoda menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini.

No Pertanyaan Tanggapan

1. Tanggapan dan kesan terhadap pembelajaran

Cukup bagus dan menarik, motivasi siswa jadi bertambah dan tertarik.

2. Pendapat Bapak terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa selama pembelajaran

Bagus, dibuktikan dengan kelas yang tampak hidup dan Tanya jawab cukup tinggi.

3. Kendala atau kesulitan yang ditemui selama proses pembelajaran

Jarak yang agak jauh sehingga memerlukan waktu khusus.

4. Pendapat Bapak tentang kekurangan dan kelebihan pada proses pembelajaran

Apabila diterapkan pada siswa yang tingkat homogenitasnya tinggi akan lebih baik lagi.

5. Ketertarikan dalam menerapkan model investigasi kelompok pada materi yang lain

Cukup tertarik tetapi peralatan yang harus dipersiapkan cukup banyak.

6. Kritik dan saran terhadap pembelajaran

Koordinasi dan manajemen kelas lebih ditingkatkan sehingga perhatian siswa jadi focus.


(44)

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa tanggapan guru adalah pembelajaran berlangsung menyenangkan, siswa lebih aktif dan termotivasi. Suasana kelas menjadi hidup dengan adanya intensitas tanya jawab yang cukup tinggi, namun guru sulit mengawasi anak dan persiapan pembelajarannya cukup memakan waktu.

B.Pembahasan 1. Hasil belajar siswa

Dalam penelitian inihasil belajar siswa didapat dari perpaduan antara nilai Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan nilai evaluasi. Nilai evaluasi diperoleh setelah dilaksanakannya pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model Investigasi Kelompok di Pantai Kartini. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sudah tercapai atau belum, maka ada batasan mengenai kriteria ketuntasan minimal. Kriteria ketuntasan minimal untuk pembelajaran ini adalah 75. Ketuntasan belajar secara klasikal dalam penelitian ini minimal 75% siswa tuntas secara individual.

Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa pembelajaran tersebut telah menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, karena ketuntasan hasil belajar klasikalnya telah mencapai >75%, yaitu 91,7% dan 88,9% pada kelas X-3 dan kelas X-6. Walaupun ketuntasan klasikal tinggi, masih ada beberapa siswa di kelas X-3 dan X-6 yang belum tuntas belajar. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki tingkat pemahaman dan pencapaian yang berbeda-beda. Hal ini nampak masih terdapatnya 8,3% siswa (3 orang siswa) di kelas X-3 yang belum tuntas. Ketiga siswa X-3 tersebut adalah siswa dengan kode C-08, C-17, dan C-21. Setelah dilihat dan dianalisis ulang melalui data rekapitulasi nilai akhir (NA) hanya siswa dengan kode C-08 dan C-21 yang mendapatkan nilai evaluasi rendah yaitu 75, sedangkan untuk siswa dengan kode C-17 meskipun memiliki nilai evaluasi 75, akan tetapi siswa tersebut mendapatkan nilai LKS yang rendah. Nilai evaluasi dan nilai LKS ini sangat berpengaruh banyak terhadap nilai akhir dikarenakan nilai evaluasi memiliki bobot yang paling tinggi dan nilai LKS sangat membantu dalam menaikkan nilai akhir siswa, aspek yang dinilai dari LKS adalah seberapa jauh ketajaman analisis siswa terhadap interpretasi data-data yang


(45)

34 diperoleh dari hasil pengamatan terhadap objek belajar dalam pengerjaan LKS. Ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dicapai melalui bentuk penilaian yang komprehensif. Semua anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama untuk LKS. Pemberian nilai yang sama untuk LKS ini dilakukan sebagai bentuk konskuensi pembelajaran yang disetting dalam kerja kelompok. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran ini bertujuan melatih siswa memegang tanggung jawab tertentu untuk kesuksesan diri dan kelompoknya. Dengan demikian, setiap siswa dalam satu kelompok berhak mendapatkan nilai yang sama.

Berdasarkan data penunjang (lembar observasi aktifitas siswa dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran), ketidaktuntasan siswa X-3 (C-08, C-17, C-21) dikarenakan kurangnya pemahaman. Berdasarkan hasil angket, ketiga siswa ini suka dan senang terhadap kegiatan pembelajaran. Jika dilihat dari tingkat aktivitas mereka, ketiga siswa ini memiliki tingkat aktivitas dalam kategori sangat aktif selama mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam hal ini faktor internal dari ketiga siswa X-3 yang tidak tuntas dalam pembelajaran lebih berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar mereka.

Untuk kelas X-6, walaupun ketuntasan klasikalnya tinggi, akan tetapi masih terdapat empat orang siswa (11,1%) yang tidak tuntas dalam pembelajaran, yaitu siswa dengan kode F-08, F-19, F-20, dan F-21. Keempat siswa tersebut mendapatkan nilai evaluasi 65, sedangkan LKS kurang dapat menunjang nilai akhirnya (data rekapitulasi nilai akhir (NA) dapat dilihat pada lampiran 24).

Berdasarkan data penunjang (lembar observasi aktifitas siswa dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran), siswa F-08, F-19 dan F-21 memiliki aktivitas kategori cukup selama proses pembelajaran, aktifitas mereka cenderung untuk gaduh, bermain sendiri dan tidak fokus terhadap pembelajaran, sedangkan siswa kode F-20 memiliki aktifitas yang baik pada saat pembelajaran akan tetapi ketika dianalisis menggunakan data angket diketahui bahwa siswa dengan kode F-20 tidak begitu suka terhadap pembelajaran dan mengganggap pembelajaran tidak menyenangkan. Kekurangtertarikan siswa F-20 terhadap pembelajaran dapat menjadi salah satu faktor penyebab siswa F-20 tidak tuntas dalam pembelajaran.


(46)

Hasil belajar yang dicapai oleh kelas X-3 lebih tinggi daripada kelas X-6 dikarenakan keaktifan siswa dan tanggapan positif siswa terhadap pembelajaran dari kelas X-3 lebih baik dari kelas X-6. Hal ini membuktikan bahwa pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah aktivitas siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar, oleh karena itu keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapainya. Semakin aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapainya, walaupun masih banyak sekali faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Hasil belajar kedua kelas tersebut sudah dapat dikatakan optimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan 75% siswa kelas X-3 dan X-6 tuntas dalam belajar serta memiliki ketuntasan belajar klasikal 75%. Keberhasilan tersebut dikarenakan hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran secara berkelompok lebih baik karena proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan secara bersama-sama menggantikan proses pembelajaran klasikal dengan sistem ceramah yang proses pengkonstruksian dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang ditangkap oleh siswa secara individu (Setiawan 2008).

Selain melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok, pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan, dalam hal ini Pantai Kartini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan secara langsung terhadap obyek belajar. Pengalaman belajar yang sifatnya nyata ini membuat konsep-konsep dikonstruksi oleh siswa tidak hanya sebatas hafalan tetapi siswa memang benar-benar memahaminya. Siswa akan lebih banyak memperoleh nilai-nilai pendidikan bila menemukan sendiri konsep-konsep tentang alam sekitarnya melalui kegiatan proses keilmuan (Mulyani 2008).

Keberhasilan juga disebabkan karena pembelajaran dilaksanakan di kawasan wisata yang tidak biasa dijumpai siswa dalam kesehariannya, sehingga siswa mempunyai keingintahuan yang lebih besar untuk mempelajari lingkungan baru tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar bahwa keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu anak (curiosity) terhadap suatu


(47)

36 persoalan. Adanya rasa keingintahuan siswa terhadap suatu obyek belajar, akan meningkatkan motivasi anak untuk mempelajarinya.

Sumber belajar yang menyenangkan (rekreatif) akan meningkatkan motivasi bagi siswa untuk belajar, sehingga dapat membuat siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran. Hal itu sesuai dengan pernyataan Saptono (2003) bahwa kemampuan siswa untuk bereksplorasi di alam dan mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (Joyful Learning). Pengalaman belajar yang menyenangkan tersebut dapat melekat dalam memori siswa untuk periode waktu yang lebih lama, sehingga siswa akan lebih mudah untuk mengingatnya kembali saat mengerjakan soal tes walaupun evaluasi tidak langsung dilaksanakan seusai pembelajaran.

Keberhasilan suatu pembelajaran yang berupa pencapaian hasil belajar siswa secara optimal juga sangat ditentukan oleh penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini jika guru dapat memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kemampuan siswa dalam kehidupan sehari-hari, maka kegiatan pembelajaran dapat membuahkan hasil yang lebih baik karena dapat memotivasi siswa dalam belajar. Bagi siswa yang belum tuntas, disarankan untuk dilaksanakan remidi dengan pemberian tugas berupa pengumpulan artikel bergambar spesimen dari kelas Arthropoda. Hal tersebut bertujuan agar siswa mempelajari kembali materi Arthropoda yang telah diajarkan dan diharapkan siswa akan lebih paham dengan materi tersebut.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Proses belajar tidak mungkin terjadi tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Pembelajaran biologi termasuk dalam IPA yang lebih menekankan pada ketrampilan proses sehingga dalam pembelajaran siswa dituntut untuk terlibat secara aktif sehingga hal ini akan berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk belajar. Kualitas keaktifan siswa dihitung dari persentase jumlah siswa yang tergolong sangat aktif dan aktif. Penelitian dikatakan berhasil apabila kualitas keaktifan siswa mencapai 75%.


(48)

Saat siswa melakukan pengamatan di kelas maupun di Pantai Kartini, tiap dua kelompok siswa diamati oleh seorang observer dengan panduan lembar observasi. Hasil data aktivitas siswa dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pengamatan. Data hasil observasi yang telah dirangkum pada Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa kelas X-3 yang tergolong sangat aktif dan aktif sebanyak 94,5%, sedangkan siswa kelas X-6 sebanyak 88,9%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa aktif melaksanakan pengamatan dan eksplorasi di dalam kelas dan kawasan BBPBAP, bekerja secara berkelompok untuk memecahkan masalah, menganalisis masalah tersebut dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas sebagai evaluasi dan penguatan, selain itu siswa juga mendapatkan informasi dari guru dan petugas BBPBAP, sehingga memacu siswa untuk mengembangkan aktivitas mereka dalam belajar memecahkan masalah, melakukan pengamatan baik langsung maupun tidak langsung, dan dalam dinamika kelompok untuk saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Aktifitas tersebut menunjukkan bahwa siswa telah melaksanakan tahapan dalam pembelajaran investigasi kelompok, dalam pelaksanaan group investigation terdapat enam tahapan yaitu: (a) observasi, (b) eksplorasi, (c) pelaksanaan dan pengorganisasian pembelajaran, (d) belajar mandiri dan kelompok, (e) analisis dan evaluasi, (f) pengulangan dan penguatan aktivitas (Abordo dan Samuel 2005).

Aktivitas siswa kelas X-3 lebih tinggi dari kelas X-6, demikian juga dengan hasil belajarnya, karena keaktifan siswa yang tinggi akan meningkatkan rasa ingin tahu yang secara otomatis akan meningkatkan pemahaman siswa dan akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dari kedua kelas yang diteliti ini tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori tidak aktif dan sangat tidak aktif. Hasil ini menunjukkan tercapainya indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian karena secara klasikal > 75 % siswa aktif dalam pembelajaran.

Keberhasilan penggunaan model Investigasi kelompok terhadap aktivitas siswa juga telah dibuktikan oleh Joyce, Weil, & Calhoun (2000) diacu dalam Abordo dan Samuel (2005) menyatakan bahwa group investigation dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam partisipasi kelompok dan meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran investigasi kelompok


(49)

38 dapat meningkatkan ketrampilan untuk mengemukakan pendapat dalam berdiskusi kelompok (Masitoh 2006).

Aktivitas siswa tinggi juga disebabkan karena sumber belajarnya adalah Pantai Kartini, sehingga dalam proses pembelajarannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas, mempunyai ruang gerak yang lebih luas, dan belajar lebih menyenangkan. Kenyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Edgar Dale dalam Sudjana (2004) bahwa sumber belajar dengan pengalaman langsung adalah sumber belajar yang paling luas dan kompleks data cakupannya, sumber belajar ini dapat memberikan pengalaman yang lebih konkrit dan lebih nyata, sehingga akan memberikan memori atau daya ingat yang lebih kuat pada siswa.

Melalui aktivitas yang cukup dalam berinteraksi dengan lingkungan maka siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih tahan lama dalam ingatannya. Jadi dengan demikian, hasil belajar siswapun akan menjadi lebih optimal.

3. Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran

Kesenangan siswa terhadap pembelajaran dapat diketahui melalui lembar kuesioner yang telah diisi oleh siswa. Berdasarkan Tabel 10, kelas X-3 dan X-6 secara berurutan memberikan tanggapan dengan kriteria baik dan sangat baik sebesar 94,5% dan 91,7%, dinamika belajar kelompok pada proses pembelajaran telah terwujud dengan indikator perasaan senang siswa terhadap kegiatan belajar kelompok. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal. Minat atau rasa senang siswa terhadap suatu pembelajaran merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga dapat diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, guru dalam merancang program pembelajaran dan pengalaman belajar siswa harus memperhatikan karakteristik siswa.

Penerapan model pembelajaran Investigasi Kelompok sangat disenangi oleh sebagian besar siswa. Siswa senang dengan kegiatan belajar kelompok karena lebih memahami pelajaran dengan bertanya dan bekerja sama dengan


(50)

teman, tugas lebih ringan, lebih mudah mengerjakan LKS dan menjawab pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mulyono (1994) bahwa pembelajaran kelompok dapat memberi kesempatan kepada tiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional dan dapat pula mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong- royong dalam kehidupan.

Pembelajaran Biologi yang dilaksanakan di luar sekolah disenangi oleh sebagian besar siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang biasa dilaksanakan selama ini hampir selalu di dalam kelas saja. Adanya pembelajaran di luar kelas atau di luar sekolah memberikan variasi pembelajaran bagi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Siswa merasa senang belajar di luar kelas karena dapat mengamati Arthropoda secara langsung di lingkungan alaminya yang merupakan obyek utama belajar Biologi. Apalagi bagi siswa yang pembelajarannya di tempat rekreasi, mereka dapat menambah pengalaman dengan kegiatan wisata ilmiah tersebut.

4. Tanggapan guru terhadap proses pembelajaran

Berdasarkan hasil angket guru, dapat diketahui bahwa tidak hanya siswa yang merasa senang dengan pembelajaran ini, gurupun juga merasa terkesan dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru berpendapat bahwa pembelajaran materi Arthropoda dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini tersebut menyenangkan, karena siswa dapat mengamati alam secara langsung sambil mempelajari materi pelajaran. Menurut guru, siswa lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran, sehingga diharapkan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Suasana kelas menjadi hidup dengan adanya intensitas tanya jawab yang cukup tinggi. Berdasarkan angket guru, dapat diketahui pula bahwa guru menemui kesulitan dalam pembelajaran ini. Guru menyatakan bahwa ada kesulitan dalam mengawasi anak dan persiapan pembelajarannya cukup memakan waktu, karena mengingat jumlah siswa yang banyak dan ruang lingkup pengamatan yang luas. Adanya kesulitan guru yang berhubungan dengan tingginya aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut, guru kelas dapat mengajak guru lain sebagai pendamping dalam pelaksanaan


(51)

40 pembelajaran untuk ikut membantu dalam mengawasi aktivitas siswa. Guru juga merasa tertarik menerapkan model pembelajaran Investigasi Kelompok pada materi pembelajaran Biologi yang lain, karena siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan dan siswa lebih aktif.


(52)

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Jepara dalam pembelajaran materi Arthropoda dapat dioptimalkan dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 75%, yaitu 90,3%, aktivitas siswa dengan kriteria sangat aktif 75%, yaitu 91,7%. Siswa senang terhadap pembelajaran 75%, terlihat dari angket tanggapan siswa kategori baik dan sangat baik 93,1%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran–saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Guru perlu mengelola waktu dengan baik untuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model investigasi kelompok di Pantai Kartini.

2. Dilaksanakan remidi bagi siswa yang belum tuntas dengan pemberian tugas berupa pengumpulan artikel bergambar spesimen dari kelas Arthropoda, hal tersebut bertujuan agar siswa mempelajari kembali materi Arthropoda yang telah diajarkan dan diharapkan siswa akan lebih paham dengan materi tersebut. 3. Adanya kesulitan guru yang berhubungan dengan tingginya aktivitas siswa

dalam pembelajaran, terutama yang dilaksanakan di tempat rekreasi, untuk itu hendaknya guru kelas dapat mengajak guru lain sebagai pendamping guna membantu mengawasi aktivitas siswa.


(53)

42

DAFTAR PUSTAKA

Abordo I & G Samuel. 2005. Group Investigation: How Does It Work?.

International Forum. 8 (1-2): 79-98. Adventis International Institute of Advanced Studies.

Anni C. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Arikunto S. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. .. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Campbell, JB Reece & LG Mitchell. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ginah. 2001. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar pada Pokok Kajian Ekosistem Kelas I Cawu 3 Tahun Pelajaran 1998/1999 SLTP N 2 Ungaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Hobri & Susanto. 2006. Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Model

Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SLTP N 8 Jember Tentang Volume Tabung. Jurnal Pendidikan Dasar 7 (2): 74-83.

Ibrahim, M., F. Rachmadiarti, M. Nur, Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Press.

Joyce B & Weil M. 1996. Models of teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Kartijono N. E., A. Marianti, dan S. Ridlo. 2005. Jelajah Alam Sekitar (JAS) Suatu Pendekatan dalam Pembelajaran Biologi dan Implementasinya.

Makalah. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Maisuri A. 2008. Penerapan berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif 3 (2): 65-68. On line at http://www.wikipedia.or.id. (Diunduh 13 Maret 2011) Masitoh S. 2006. Peningkatan Aktivitas Belajar Dengan Pembelajaran Investigasi Kelompok Dalam Kuliah Metode Penilitian PLB II. Jurnal Ilmu Pendidikan

1 (2): 100-107.

Mulyani S, Marianti A, Kartijono EK, Widianti T, Saptono S, Pukan KK & Bintari SH. 2008. Jelajah Alam Sekitar (JAS) Pendekatan Pembelajaran Biologi. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.


(1)

105 114


(2)

106


(3)

107


(4)

108


(5)

109


(6)

110