Model pembelajaran Investigasi Kelompok

10 e. Aktivitas menggambar drawing activities,misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Aktivitas motorik motor activities, antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. g. Aktivitas mental mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Aktivitas emosional emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Berdasarkan klasifikasi aktivitas di atas terlihat bahwa aktivitas siswa di sekolah cukup banyak dan bervariasi seperti bertanya, mengobservasi, presentasi, menganalisis, dan lainnya. Bila berbagai macam kegiatan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah, tentu sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar siswa yang maksimal.

3. Model pembelajaran Investigasi Kelompok

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Fungsi dari model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce dan Weil 1996 adalah kelompok model sosial The Social Models. Model pembelajaran ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama dalam pembelajaran, yang pada saat sekarang dikenal dengan pembelajaran kooperatif Cooperatif Learning. Kelompok model ini meliputi sejumlah sub model, antara lain model Investigasi Kelompok. Terdapat tiga konsep utama pada model investigasi kelompok menurut Soekamto dan Winaputra 1995 yaitu Penelitian proses dimana belajar memecahkan masalah, pengetahuan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung, dan dinamika kelompok suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. 11 Dalam belajar sains, siswa diajak mengenal obyek, gejala dan permasalahan alam, menelaah dan menemukan simpulan atau konsep tentang alam. Konsep-konsep sains bukan diperoleh siswa secara instant dari guru ataupun buku-buku tetapi melalui kegiatan-kegiatan ilmiah. Dalam kaitannya dengan kegiatan evaluasi, Bryce diacu dalam Kartijono dkk. 2005 menjelaskan, dalam pembelajaran sains lebih tepat jika penilaian diterapkan sesuai dengan aspek proses sains yang meliputi kemampuan dasar basic skill, kemampuan proses process skill dan kemampuan investigasi investigation skill sebagai kemampuan tertinggi. Kemampuan dasar mencakup: kemampuan melakukan pengamatan, mencatat data, melakukan pengukuran, mengimplementasikan prosedur dan kemampuan mengikuti instruksi. Kemampuan proses meliputi: kemampuan menginferensi dan menyeleksi berbagai caraprosedur. Kemampuan investigasi berupa kemampuan merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Untuk menilai kemampuan siswa pada keterampilan-keterampilan sains tersebut alternative assessment sangat relevan. Hal utama dalam Investigasi Kelompok adalah perencanaan kooperatif siswa dari penyelidikannya. Anggota kelompok berpartisipasi dalam perencanaan berbagai ukuran dan keperluan dari rancangannya. Mereka bersama menentukan apa yang dibutuhkan untuk menyelidiki agar dapat memecahkan permasalahan; yang memerlukan akal mereka; siapa akan mengerjakan apa; dan bagaimana mereka akan memberi rancangan menyeluruh mereka bagi kelas. Biasanya pembagian tugas dalam kelompok mempertinggi saling ketergantungan diantara anggotanya. Kecakapan merencanakan kooperatif seharusnya diperkenalkan secara berangsur-angsur ke dalam kelas dan dipraktekkan dalam beragam situasi sebelum kelas menjalankan rancangan investigasi dengan skala yang lengkap. Guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok kecil, mendapatkan ide dari melaksanakan beberapa aspek dari aktivitas kelas. Siswa membantu rencana aktivitas jangka pendek yang hanya satu periode, atau aktivitas jangka panjang Slavin 2005. Ibrahim dkk. 2000 mengungkapkan bahwa Investigasi Kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan 12 paling sulit untuk diterapkan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan ketrampilan untuk mengemukakan pendapat dalam berdiskusi kelompok Masitoh 2006. Hal tersebut diperkuat oleh Sutama 2007 dalam uji coba validitas pada kelas B, D, dan E mempunyai kemampuan berfikir kreatif lebih dari 80 dan prestasi akademik lebih dari 70. Uji validasi pembelajaran memberikan hasil bahwa pada kelas B, D, dan E mempunyai kemampuan berfikir kreatif dan prestasi akademik yang memuaskan tuntas dengan skor 60. Hasil uji validasi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan prestasi akademik. Joyce, Weil, Calhoun diacu dalam Abordo dan Samuel 2005 menyatakan bahwa group investigation dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam partisipasi kelompok dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan group investigation terdapat enam fase yaitu: a observasi, b eksplorasi, c pelaksanaan dan pengorganisasian pembelajaran, d belajar mandiri dan kelompok, e analisis dan evaluasi, f pengulangan dan penguatan aktivitas. Belajar kooperatif model Investigasi Kelompok terdiri dari 7 kegiatan yaitu a pendahuluan, b pembentukan kelompok, c pelaksanaan investigasi, d penyiapan laporan, e penyajian laporan, f membuat kesimpulan, dan g penutup. Secara garis besar, ketujuh kegiatan tersebut dapat dibedakan ke dalam 3 tahap, yaitu a tahap awal, b tahap inti, dan c tahap akhir. Tahap awal memuat kegiatan pendahuluan dan pembentukan kelompok. Tahap inti memuat kegiatan pelaksanaan investigasi, penyiapan laporan, dan penyajian laporan. Tahap akhir meliputi kegiatan membuat kesimpulan dan penutup Hobri dan Susanto 2006. Slavin 2005 menyatakan bahwa terdapat enam tahapan dalam pelaksanaan investigasi kelompok, yaitu sebagai berikut. 13 a. Pemilihan topik biasanya topik khusus ditetapkan oleh guru, selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis. b. Perencanaan kooperatif siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan topik yang telah dipilih pada tahap pertama. c. Implementasi siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. d. Analisis dan sintesis siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. e. Presentasi hasil final beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasikan oleh guru. f. Evaluasi kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic yang sama, maka siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual maupun kelompok. Abordo dan Samuel 2005 mengemukakan bahwa faktor berikut menentukan keberhasilan proses investigasi kelompok terhadap prestasi dan perilaku siswa: 14 a. hati-hati dalam perencanaan b. pemilihan topik penelitian yang tepat c. pernyataan yang jelas d. ketersediaan dan lokasi sumber daya e. pengembangan keterampilan investigasi kelompok dan dinamika kelompok. f. suatu pemahaman yang jelas tentang penilaian dan prosedur untuk penilaian. Dimyati dan Mudjiono 1994 mengemukakan dalam kegiatan belajar- mengajar di kelas ada kalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3 - 8 orang siswa. Pada pembelajaran berkelompok, hubungan antara guru-siswa menjadi lebih sehat dan akrab, siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat, serta siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, dan kriteria keberhasilan. Hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran secara berkelompok lebih baik karena proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan secara bersama-sama menggantikan proses pembelajaran klasikal dengan system ceramah yang proses pengkonstruksian dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang ditangkap oleh siswa secara individu Setiawan 2008. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran berkelompok adalah: a. Memberi kesempatan kepada tiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan serta mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

4. Pantai Kartini sebagai sumber belajar