Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar

(1)

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika pada Universitas Negeri Semarang

oleh

MUHAMMAD SAIFUL MUJAB 4201406579

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 2 November 2011

Semarang, 27 Oktober 2011

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Bambang Subali, M. Pd Drs. Susilo, M.S


(3)

iii

Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar

disusun oleh:

Muhammad Saiful Mujab 4201406579

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 2 November 2011

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S.

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630821 198803 1 004

Ketua Penguji

Isa Akhlis, S.Si, M.Si

NIP. 19700102 199903 1 002

Anggota Penguji / Anggota Penguji /

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Bambang Subali, M. Pd Drs. Susilo, M.S


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang,

MUHAMMAD SAIFUL MUJAB 4201406579


(5)

v MOTTO:

 “Nol Usaha = Nol Hasil”. Dengan usaha yang maksimal maka akan mendapatkan hasil yang maksimal. (Mario Teguh)

 Lakukan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab apa yang telah dipilih. (Anonim)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Bapak (alm), ibu, dan saudaraku tercinta

 Dianlova Shinosuke


(6)

vi

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar”.

Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA UNNES yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Dr. Putut Marwoto, M.S, Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES yang telah membantu dan memberikan ijin mengadakan penelitian.

4. Bambang Subali, M. Pd, Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan, arahan dari awal sampai akhir penulisan skripsi.

5. Drs. Susilo, M.S, Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan, arahan dari awal sampai akhir penulisan skripsi.

6. Dr. Sutikno, S.T, M.T, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pemilihan mata kuliah studi.

7. Drs. M. Nur Syahid, S.H. Kepala sekolah SMA Negeri 5 Magelang yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.


(7)

vii

9. Bapak (alm), ibu, kakak – kakaku tercinta serta keluarga yang telah memberikan semangat dan doa.

10. Buat Dianlova Shinosuke terima kasih untuk segala cinta, cerita, tawa, duka dan suka yang telah engkau berikan dalam perjuangan hidupku ini.

11. Temanku Dedi Dwi. K dan Indra P yang telah meluangkan waktu dan telah bersedia membantu saya dalam melaksanakan penelitian.

12. Sahabat-sabahat seperjuangan di Real B ’06 yang telah banyak membantu, memberikan semangat dan motivasi

13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan semua pihak serta dapat berguna bagi dunia pendidikan.

Semarang, Penulis


(8)

viii

Mujab, Muhammad Saiful. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Bambang Subali, M. Pd, Pembimbing Pendamping Drs. Susilo, M.S.

Kata kunci : Berbasis Komputer, Kemandirian Belajar, Pembelajaran Interaktif Abstrak

Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian belajar siswa SMA Negeri 5 Magelang. Model pembelajaran interaktif adalah salah satu model pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemandirian belajar. Sampel penelitian diambil dua kelas, yaitu kelas kontrol menggunakan metode alat peraga dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran interaktif berbasis komputer. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan lembar angket untuk mengukur kemandirian belajar siswa. Dari hasil penelitian besarnya gain ternormalisasi lembar angket untuk kelas kontrol sebesar 0,12 dan kelas eksperimen sebesar 0,15. Sedangkan gain ternormalisasi lembar observasi untuk kelas kontrol sebesar 0,33 dan kelas eksperimen sebesar 0,34. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol. Dari hasil uji t data postes didapatkan thitung= 2,8258 dan

ttabel = 1,9607 dengan taraf signifikansi (α) = 5%. Karena thitung>ttable(1-1/2α) maka

hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran interkatif berbasis komputer mampu menumbuhkan kemandirian belajar.


(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 6

1. 3 Tujuan Penelitian ... 6

1. 4 Manfaat Penelitian ... 7

1. 5 Penegasan Istilah... 7

1. 6 Sistematika Penulisan Skripsi... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 10

2. 1 Belajar ... 10

2. 2 Pembelajaran... 11


(10)

x

2. 6 Materi Pembelajaran ... 19

2. 7 Hipotesis ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 25

3. 1 Lokasi dan Subyek Penelitian... 25

3. 2 Faktor yang Diteliti ... 25

3. 3 Populasi dan Sampel ... 25

3. 4 Variabel Penelitian... 26

3. 5 Jenis Penelitian ... 27

3. 6 Desain Penelitian ... 27

3. 7 Metode Pengumpulan Data ... 28

3. 8 Instrumen Penelitian... 30

3. 9 Analisis Instrumen Peneltian ... 30

3. 10 Metode Analisis Data ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4. 1 Hasil Penelitian ... 39

4. 2 Pembahasan ... 42

BAB 5 PENUTUP ... 53

5. 1 Kesimpulan... 53

5. 2 Saran... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(11)

xi

2.1 Indikator kemandirian belajar siswa ... 18

3.1 Desain penelitian... 27

3.2 Kriteria penilaian lembar observasi ... 36

3.3 Kriteria penilaian lembar kuesioner... 37

3.4 Kriteria hasil perhitungan uji gain ternormalisasi... 38

4.1 Hasil kemandirian belajar siswa lembar observasi ... 40


(12)

xii

2.1 Hukum I kirchhoff ... 20

2.2 Rangkaian seri ... 20

2.3 Rangkaian paralel ... 21

2.4 Hukum II kirchhoff ... 22

2.5 Rangkaian 1 loop ... 22


(13)

xiii

1. Daftar nama siswa kelas kontrol... 58

2. Daftar nama siswa kelas eksperimen ... 59

3. Kisi Angket Kemandirian Belajar... 60

4. Lembar Angket Kemandirian Belajar ... 61

5. Kisi Lembar Observasi Siswa... 63

6. Lembar Observasi Siswa... 64

7. Kisi Lembar Observasi Guru... 66

8. Lembar Observasi Guru ... 67

9. Kisi Angket Media Pembelajaran Interaktif... 69

10. Angket Media Pembelajaran Interaktif ... 71

11. LKS Hukum Kirchhoff... 73

12. RPP ... 80

13. Bahan Ajar... 84

14. Daftar Nilai Kelas X ... 88

15. Homogenitas Populasi... 89

16. Analisis Angket Kemandirian Belajar Kelas Kontrol... 90

17. Analisis Angket Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen ... 92

18. Analisis Lembar Observasi Kelas Kontrol... 94

19. Analisis Angket Media Pembelajaran... 95

20. Analisis Lembar Observasi Guru... 96


(14)

xiv

24. Analisis Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen... 102

25. Analisis Kesamaan Dua Varians Pretest ... 103

26. Analisis Kesamaan Dua Varians Postes... 104

27. Analisis Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes... 105

28. Analisis Perbedaan Dua Rata-Rata Postes ... 106

29. Analisis Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol... 107

30. Tabel Lembar Angket Uji Gain ... 108

31. Tabel Lembar Angket Uji Gain ... 109

32. Dokumentasi Penelitian ... 110 33. Surat penetapan dosen pembimbing ... 34. Surat selesai seminar proposal skripsi ... 35. Surat ijin penelitian ... 36. Surat keterangan dari sekolah... 37. Story Board...


(15)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi ditentukan oleh sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik saja, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan, sehingga diperlukan upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal, dan berkualitas. Kualitas sumber daya manusia yang baik salah satunya ditentukan oleh penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah. Penyelenggaran pendidikan yang baik dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu fokus utama pembelajaran di sekolah seharusnya bertumpu pada proses pembelajaran. Melalui proses yang bermakna dimungkinkan diperoleh produk yang berkualitas pula.

Melihat kenyataan yang ada sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa penyelenggaran pembelajaran belum bisa memperlihatkan proses yang bermakna dikalangan siswa. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh model pembelajaran konvensional berupa kegiatan ceramah oleh guru saja. Guru berperan sebagai sumber informasi, penyampai informasi, dan hakim yang bertindak sebagai pengeksekusi. Sumber-sumber belajar lain seperti lingkungan alam, lingkugan masyarakat, nara sumber masyarakat, bahan cetakan dan media massa elektronik sangat kurang dimanfaatkan. Begitu juga dengan pemanfaatan


(16)

laboratorium dan fasilitas yang ada sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas siswa. Pembelajaran fisika yang konvensional baik disadari maupun tidak dapat menghambat kreativitas siswa dalam berpikir karena apa yang disampaikan guru direspon secara pasif oleh siswa.

Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung maka lama kelamaan menimbulkan kejenuhan pada diri siswa yang berakibat turunnya minat siswa terhadap suatu pelajaran khususnya pada pelajaran fisika yang mereka pandang sebagai pelajaran yang sulit. Siswa yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru namun ia diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan di dalam diri siswa perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, dan bahkan untuk selanjutnya mereka tidak akan pernah mempelajarinya. Menurut Prastiyo, sebagaimana dikutip Asyik (2008: 3), metode mengajar yang dapat meningkatkan kegairahan siswa dalam belajar adalah apabila metode mengajar dapat melibatkan siswa secara kualitaif maupun kuantitatif dalam proses belajar. Hal yang senada dikemukakan oleh Sudjana (1989) bahwa pembelajaran fisika menjadi bermakna apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu agar pembelajaran fisika dapat berlangsung dengan baik maka guru harus mengusahakan agar ada interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungan belajar.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, diperlukan berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif


(17)

yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik di dalam belajar mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Pendidikan yang berkualitas dapat dicapai dengan adanya sarana dan prasarana bantu untuk melaksanakan pembelajaran. Salah satu sarana tersebut dapat menggunakan alat bantu pembelajaran atau lebih dikenal dengan istilah media pembelajaran. Saat ini banyak sekali media pembelajaran yang digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah. Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang digunakan yaitu media berbasis visual, audio, audio-visual dan komputer. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran berbasis komputer. Dari hasil penelitian Robert & Elizabeth (2007) diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan menggunakan sarana interaktif berbasis komputer lebih menarik bagi siswa dibanding dengan pendekatan tradisional berbasis ceramah.

Komputer merupakan salah satu media pembelajaran yang sekarang sudah bukan lagi barang yang mewah. Banyak sekolah-sekolah yang sudah memiliki fasilitas tersebut. Akan tetapi ternyata penggunaan komputer tersebut belum optimal karena selama ini penggunaan komputer di sekolah-sekolah kebanyakan masih sebatas untuk program pelatihan komputer dan pada bidang studi teknologi informasi (IT), oleh karena itu perlu adanya peningkatan pemanfaatan fasilitas yang telah dimiliki, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaanya dalam rangka menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dalam proses pembelajaran, perangkat lunak komputer telah digunakan untuk memotivasi siswa dan memberi penguatan di dalam belajar konsep-konsep fisika, misalnya dengan pembuatan


(18)

grafik, analisis, simulasi gejala dan eksperimen. Dari hasil penelitian Pemberton et all. (2006) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis komputer dapat meningkatkan partisipasi, motivasi dan hasil pembelajaran siswa.

Penggunaan komputer sebagai piranti untuk melakukan eksperimen sudah mulai diterapkan di lingkungan sekolah baik pada tingkat SMP maupun SMA. Hal ini berkembang seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan multimedia dimana sudah dikembangkan software yang dapat digunakan untuk membuat animasi semisal: flash, 3D Max, power point, dan sebagainya. Proses belajar mengajar seringkali dihadapkan pada materi yang non abstrak dan diluar pengalaman siswa sehari-hari. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila berbagai konsep non abstrak tersebut divisualisasikan dalam bentuk simulasi sehingga akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu simulasi yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan multimedia pembelajaran interaktif. Berdasarkan kebutuhan itu dipilihlah software Adobe Flash CS4. Adobe Flash CS4 merupakan suatu perangkat lunak untuk pembuatan animasi dengan standar profesional, dilengkapi dengan bahasa permograman ActionScript. ActionScript digunakan untuk membuat interaksi dan animasi.

Hasil observasi awal di SMA N 5 Magelang berupa wawancara dengan guru dan nilai ulangan harian mata pelajaran fisika menunjukkan bahwa hasil belajar fisika masih rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh :

1. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah.

2. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada respon atau timbal balik, sehingga pembelajaran berlangsung satu arah.


(19)

3. Siswa kurang berani untuk berkomunikasi dengan guru atau mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran.

4. Metode atau model pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif.

Kondisi tersebut yang menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah, karena proses pembelajaran masih berlangsung satu arah dan didominasi oleh guru, sehingga siswa tidak bisa belajar secara aktif.

SMA N 5 Magelang sudah memiliki ruang multimedia yang cukup lengkap. Ada 24 perangkat komputer di ruang tersebut yang bisa diakses dan dimanfaatkan keberadaanya oleh semua warga SMA N 5 Magelang. Ruang multimedia tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran agar siswa lebih senang dan tertarik dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Akan tetapi, dalam pembelajaran fisika penggunaan ruang multimedia tersebut masih belum optimal, karena pembelajaran fisika masih dilakukan di dalam kelas dan hanya memanfaatkan fasilitas yang ada seperti papan tulis, sedangkan penggunaan LCD proyektor masih belum digunakan secara optimal. Hal ini dikarenakan di sekolah ini belum memiliki software pendidikan untuk kegiatan pembelajaran. Selain itu juga pengetahuan guru tentang software pendidikan sangat terbatas terutama dalam proses pembuatannya karena memerlukan keahlian khusus dibidang komputer.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan perubahan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat adalah dengan menggunakan media interaktif berupa komputer. Penggunaan komputer diharapkan memberikan dampak yang positif berupa ketertarikan siswa terhadap


(20)

materi yang disampaikan dan siswa tidak merasa jenuh. Alasan penggunaan media interaktif berupa komputer adalah sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan komputer akan meningkatkan ketertarikan dan hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari (Robert & Elizabeth, 2007). Model pembelajaran yang menggunakan media interaktif berupa komputer berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan itu dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar sendiri menggunakan media dan hasil belajar yang akan diperoleh merupakan hasil interaksi antara siswa dengan media interaktif.

Dari hasil observasi tersebut dan dari uraian diatas mengenai pentingnya pengembangan media belajar oleh seorang guru, maka peneliti sebagai calon guru tertarik untuk mengembangkan media belajar dengan menggunakan Adobe Flash CS4 dengan mengambil judul Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran interaktif berbasis komputer mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif berbasis komputer.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat: 1.4.1 Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemandirian belajar siswa.

2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik. 1.4.2 Bagi Guru

1) Memberikan masukan agar pendekatan atau model yang digunakan dalam pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan siswa dan aktivitas siswa di kelas.

2) Memberikan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran fisika yang paling tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari salah pengertian serta memberikan batas ruang lingkup penelitian. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Implementasi

Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah Put something into effect (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak) (Mulyasa, 2002 : 93).


(22)

2) Model Pembelajaran Interaktif

Model pembelajaran interaktif adalah poses pembelajaran dimana penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui komputer (Darmadi 2007).

3) Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar adalah aktifitas yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri (Dimyati 1998:51).

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. Untuk mempermudah memahami skripsi ini, maka perlu dituliskan sistematikanya sebagai berikut:

1) Bagian Awal

Bagian awal ini terdiri dari: halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2) Bagian Isi

Bagian isi dari skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu: a. Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.


(23)

b. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan penelitian dan hipotesis.

c. Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, faktor yang diteliti, populasi dan sampel, variabel penelitian, jenis penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, metode analisis data, dan indikator keberhasilan.

d. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan. e. Bab 5 Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. 3) Bagian Akhir


(24)

10

2.1 Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis (Anni, 2006: 2).

Menurut Anni (2006: 2) konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi antara lain:

a. Gagne dan Barliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil pengalaman.

b. Morgan, dkk menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman.

c. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan aktivitas jiwa dan raga seseorang yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.


(25)

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna KBBI berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran (Suprijono, 2009: 13).

2.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terdapat implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2009: 45).

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan


(26)

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.4 Model Pembelajaran Interaktif

Beberapa pakar multimedia interaktif (MMI) mengemukakan bahwa model pembelajaran MMI diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (simbol verbal). Dengan demikian, dapat diharapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa.

Model pembelajaran interaktif adalah proses pembelajaran di mana penyampaian materi, diskusi, dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui media komputer (Darmadi, 2007). Muhammad (2002) menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Sutopo (2003) menjelaskan bahwa model pembelajaran MMI dalam banyak aplikasi, pengguna dapat memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban yang mempengaruhi komputer untuk mengerjakan fungsi selanjutnya.


(27)

2.5 Kemandirian Belajar

Didalam proses pembelajaran setiap siswa selalu diarahkan agar menjadi siswa yang mandiri. Supaya siswa tersebut mandiri, maka siswa tersebut harus belajar, sehingga kemandirian belajar dapat dicapai. Didalam perkembangannya kemandirian muncul sebagai hasil proses belajar dan pengalaman itu sendiri dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Kemandirian siswa mencerminkan kesadaran siswa dalam memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu. Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor , yaitu (1) disiplin, (2) komitmen terhadap kelompok. Faktor tersebut menyatakan bahwa kemandirian itu berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman.

Keadaan mandiri akan muncul bila sesorang belajar, dan sebaliknya kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak mau belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Dalam pembelajaran guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, yaitu guru hanya sebagai pembimbing, misalnya membantu siswa untuk memecahkan sesuatu masalah bila siswa tersebut mengalami kesulitan dalam belajar.

Menurut Benson, sebagaimana dikutip oleh Liawati (2005: 32), bahwa kemandirian siswa dapat ditingkatkan dalam beberapa prinsip yang mencakup :

1. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. 2. Memberikan pilihan sumber pembelajaran.


(28)

3. Memberikan kesempatan untuk memilih dan memutuskan. 4. Memberikan semangat kepada siswa.

5. Mendorong siswa melakukan refleksi.

Menurut Sisco, sebagaimana dikutip oleh Liawati (2005: 33), ada 6 langkah kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu :

1. Pre-planning(aktivitas sebelum proses pembelajaran). 2. Menciptakan lingkungan belajar yang positif.

3. Mengembangkan rencana pembelajaran.

4. Mengidentifikasikan aktivitas pembelajaran yang sesuai. 5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring. 6. Mengevaluasi hasil pembelajaran individu.

Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan diri sendiri. Menurut Prasasti, sebagaimana dikutip oleh Indriani (2006: 34) mengemukakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.

Menurut Suparno, sebagaimana dikutip oleh Astuti (2005: 40), ada beberapa keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan kemandirian belajarnya, yaitu :


(29)

1. Mengenal diri sendiri. Siswa mampu mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan yang ada pada dirinya baik itu yang berupa kelebihan maupun kekurangan. Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena menilai terlalu optimis maupun sebaliknya karena terlalu pesimistik dan menilai rendah kemampuan-kemampuannya dan akan sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan, yang merupakan visi terhadap kehidupan yang akan datang.

2. Memotivasi diri sendiri. Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini sebenarnya bisa dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh ketika memutuskan untuk mempelajari sesuatu.

3. Mengarahkan diri sendiri dalam belajar. Yang dimaksud dengan mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan belajar karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu. Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena memang sistem dalam lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada juga orang yang melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya.


(30)

4. Catatan harian. Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus dilakukan, apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai, masalah-masalah yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan seseorang.

5. Mengenal lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan belajar atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya. Sumber-sumber belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun setting yang sengaja maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan sumber belajar tetapi dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

Adapun ciri-ciri kemandirian (Amti, 1998: 117) adalah :

1. Mengenal diri sendiri sebagaimana adanya. Siswa mampu mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan yang ada pada dirinya baik itu yang berupa kelebihan maupun kekurangan.

2. Menerima diri sendiri secara positif. Siswa selalu berfikir positif terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Jika mempunyai kelebihan tidak merasa sombong. Kelebihan harus dimanfaatkan sebaik dan semaksimal mungkin supaya kelebihan yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik. Jika mempunyai kekurangan tidak merasa rendah diri. Siswa harus tetap percaya diri dan berusaha sebaik dan semaksimal mungkin supaya siswa tidak merasa terpuruk dengan kekurangannya itu.

3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri. Siswa mampu mengambil keputusan dalam menentukan pilihan, tidak bergantung pada orang lain.


(31)

4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan. Siswa mampu mengarahkan dirinya sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya, mampu menentukan langkah-langkah selanjutnya supaya siswa tidak berhenti pada tahap tertentu setelah mengambil keputusan.

5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Siswa mampu mengembangkan potensi, minat dan kemampuannya sesuai dengan bimbingan yang diperoleh supaya hasil yang akan dicapai bisa optimal.

Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati 1998: 51). Pembelajar dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantun orang lain. Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain yang sekiranya lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus mempunyai


(32)

kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah peserta didik mampu mengetahui kapan dia membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain.

Menurut pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu aktivitas/kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain, serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.

Proses belajar mengajar fisika SMA dapat mencapai hasil yang maksimal jika siswa memiliki hasil belajar yang baik dan tentunya ditunjang pula oleh berbagai faktor psikologis seperti minat, motivasi, kreativitas dan kemandirian. Dalam interaksi belajar mengajar fisika, diharapkan siswa aktif belajar secara mandiri. Menurut Yunginger (2008: 65) indikator kemandirian belajar terdiri dari beberapa variabel, yaitu: “visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, dan emotional activities”.

Tabel 2.1 Indikator Kemandirian Belajar Siswa

Indikator Aspek

1. Visual activities (aktifitas pandang)

 Siswa memperhatikan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran.

 Siswa membaca materi sebelum pembelajaran dimulai. 2. Oral activities

(aktifitas lisan)

 Siswa mengajukan pertanyaan jika menemukan permasalahan.


(33)

 Siswa mendiskusikan dengan teman jika menemukan permasalahan.

3. Listening activities (aktifitas dengar)

 Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

 Siswa menyimak pada saat pembelajaran. 4. Writing activities

(aktifitas tulis)

 Siswa mampu mengerjakan soal yang tersedia dalam media pembelajaran.

 Siswa mampu membuat ikhtisar/catatan-catatan penting pada saat pembelajaran.

5. Emotional activities (aktifitas emosional)

 Siswa menjadi lebih bersemangat ketika menggunakan media pembelajaran ini.

 Siswa mampu bersaing secara positif dengan teman yang lain dalam menyelesaikan soal.

2.6 Materi Pembelajaran

Listrik Dinamis merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada kelas X. Dalam penelitian ini materi Listrik Dinamis yang akan diberikan adalah materi pokok bahasan Hukum Kirchhoff yang terdiri dari Hukum I Kirchhoff dan Hukum II Kirchhoff.

2.6.1 Hukum I Kirchhoff

Jumlah arus listrik yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus listrik yang keluar dari titik percabangan disebut Hukum I Kirchhoff.


(34)

Gambar 2.1 Hukum I Kirchhoff

Gambar 2.2 Rangkaian Seri

2.6.1.1 Rangkaian Seri

Sebuah rangkaian listrik disebut rangkaian seri jika dalam rangkaian tersebut hanya ada satu lintasan yang dilalui arus listrik. Pada rangkaian seri, kuat arus yang melalui masing-masing komponen sama besar, walaupun hambatan masing-masing komponen berbeda.

Dari gambar tersebut tegangan pada ujung-ujung R1, R2, dan R3adalah V1, V2, dan V3. Sedangkan tegangan total antara titik a dan b adalah Vtotal. Untuk hambatan-hambatan yang disusun seri berlaku :

2.1

2.2

Oleh karena , , dan

Sehingga 2.3


(35)

Gambar 2.3 Rangkaian Paralel

2.6.1.2 Rangkaian Paralel

Jika suatu rangkaian listrik memberikan lebih dari satu lintasan untuk aliran arus listriknya, rangkaian tersebut dinamakan rangkaian paralel. Pada rangkaian paralel, tegangan pada masing-masing komponen sama besar, walaupun hambatan setiap komponen berbeda.

Pada gambar tersebut, kuat arus listrik yang melalui R1, R2, dan R3 adalah I1, I2, dan I3. Adapun kuat arus antara titik a dan b adalah I. pada rangkaian paralel berlaku :

2.4

2.5

Maka 2.6


(36)

2.6.2 Hukum II Kirchhoff

Jumlah aljabar GGL (ε) dalam suatu rangkaian tertutup sama dengan nol, artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi listrik digunakan atau diserap seluruhnya disebut Hukum II Kirchhoff.

Secara matematis : ∑ + ∑ IR= 0 2.7

Perjanjian tanda:

1. Tentukan arah loop, jika saat mengikuti loop kutub (+) GGL ditemui lebih dulu, maka GGL ε bertanda (+). Sebaliknya jika kutub (-) GGL ditemui lebih dulu,maka GGL ε bertanda (-).

2. Arus I bertanda (+) jika arus searah dengan loop, dan sebaliknya arus I bertanda (-) jika berlawanan arah loop.

3. Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif berarti arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.

2.6.2.1 Rangkaian dengan 1 loop

Gambar 2.5 Rangkain 1 loop Gambar 2.4 Hukum II Kirchhoff

Arah loop

Arah loop

a b

c d


(37)

Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I. Misalkan ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a. selanjutnya, kuat arus I dapat dihitung dengan Hukum II Kirchhoff :

∑ + ∑ IR= 0 2.8

Sehingga

- + + IR = 0 2.9

2.6.2.2 Rangkaian dengan dua loop atau lebih

Pada rangkaian diatas terdapat 2 loop, yaitu loop 1 dan loop 2. Berdasarkan Hukum I Kirchhoff :

2.10

Berdasarkan Hukum II Kirchhoff :

Sesuai dengan perjanjian tanda maka diperoleh :

 Loop 1

2.11

Gambar 2.6 Rangkain 2 loop

1 Arah loop 1

2 Arah loop 2


(38)

 Loop 2

2.12 Eliminasikan pers. 2.9 dan pers. 2.10

2.13 Substitusikan pers. 2.11 ke pers. 2.8

Maka akan diperoleh nilai I1, I2dan I3.

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang memerlukan pengujian secara empiris. Ada 2 macam hipotesis yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nol (Ho) yang juga disebut hipotesis statistik (Arikunto 2006:79).

Ha : Model pembelajaran interaktif berbasis komputer mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa.

Ho : Model pembelajaran interaktif berbasis komputer tidak mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa.


(39)

25

3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA N 5 Magelang yang beralamat di Jl. Barito II Sidotopo Magelang Utara 56114 Telp. (0293) 5505063.

3.1.2 Subyek penelitian

Dalam penelitian ini yang subyek penelitiannya adalah siswa kelas X-B dan X-C SMA N 5 Magelang.

3.2 Faktor yang diteliti

Faktor–faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar siswa yang sesuai dengan indikator kemandirian belajar yaitu aktifitas pandang, aktifitas lisan, aktifitas dengar, aktifitas tulis, dan aktifitas emosional.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 5 Magelang tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa 140.


(40)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan dalam populasi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain: siswa mendapat materi berdasarakan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama dan yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama, dengan menggunkaan random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas X-C dengan jumlah siswa 28 dan yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah X-B dengan jumlah siswa 28.

Kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran interaktif berbasis komputer dan kelas kontrol diterapkan metode alat peraga.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto 2006:118). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1) Variabel Bebas

Yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran interaktif berbasis komputer.

2) Variabel Terikat


(41)

3.5 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian true experimental design. Menurut Arikunto (2006:86) penelitian true experimental design adalah jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi syarat. Yang dimaksud dengan persyaratan dalam ekperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal dan ikut mendapatkan pengamatan yaitu kelas kontrol. Pada penelitian ini proses pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, yaitu dengan membandingkan hasil pretest dan postest yang telah diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.6 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Control Group Pretest-Postest). Dalam desain penelitian ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 Y T2

keterangan: T1 : tes awal

X : pembelajaran menggunakan model pembelajaran interaktif Y : alat peraga


(42)

Pembelajaran yang diterapkan dalam kelas eksperimen adalah model pembelajaran interaktif berbasis komputer. Pada model pembelajaran ini proses pembelajaran, penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui komputer. Model pembelajaran interaktif berbasis komputer terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) tiap siswa mengoperasikan satu komputer, (2) tiap siswa menjalankan media yang telah dibuat, (3) tiap siswa belajar menggunakan media, (4) tiap siswa mengevaluasi hasil belajar dengan mengerjakan soal yang telah tersedia.

Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode alat peraga. Metode alat peraga terdiri dari berbagai tahapan yaitu (1) pengelompokan (membentuk kelompok kecil), (2) membagikan alat peraga, (3) tiap kelompok melakukan peragaan, (4) evaluasi (tiap kelompok mengevaluasi hasil dari peragaan dengan menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia).

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Metode dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data yang mendukung penelitian seperti daftar nama siswa kelas X dan daftar nilai ulangan harian kelas X. Data ini akan digunakan untuk analisis tahap awal.

3.7.2 Lembar observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa dan kinerja guru dalam mengajar di kelas. Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesesuaian guru dalam melakukan pengajaran dengan


(43)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model pembajaran interaktif berbasis komputer yang telah disusun sebelumnya. Kemandirian belajar siswa yang diukur dengan lembar observasi adalah yang sesuai dengan indikator kemandirian belajar.

3.7.3 Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151). Dalam metode ini digunakan 1 angket, yaitu angket kemandirian belajar.

Angket yang digunakan dalam pengumpulan data disusun berdasarkan indikator kemandirian belajar menggunakan format respon 4 poin dari skala Likert, di mana alternatif responnya adalah Sangat Sering (SS), Sering (S), kadang- kadang (KD), pernah (P), dan Tidak Pernah sama sekali (TP).

Penentuan skor skala Likert dilakukan secara apriori. Bagi skor yang berarah positif akan mempunyai kemungkinan skor 4 (empat) untuk respon Sangat Sering (SS), 3 (tiga) untuk respon Sering (S), 2 (dua) untuk respon kadang- kadang (KD), 1 (satu) untuk respon pernah (P) dan 0 (nol) untuk respon Tidak Pernah sama sekali (TP). Sedangkan bagi skala yang berarah negatif, maka kemungkinan skor tersebut menjadi sebaliknya (Subino, 1987: 124)


(44)

3.8 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan instrumen penelitian untuk mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun langkah-langkah pembuatan instrumen adalah sebagai berikut:

6. Setiap pertanyaan dirumuskan dengan sejelas-jelasnya.

7. Pertanyaan yang diajukan hanya yang dapat dijawab oleh responden. 8. Sifat pertanyaan harus netral dan objektif.

9. Keseluruhan pertanyaan dalam sebuah angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang khusus dihadapi.

3.9 Analisis Instrumen Penelitian

Pembuatan angket digunakan secara hati-hati, hal ini dapat dilakukan dengan memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator baru kemudian dibuat pertanyaan-pertanyaan (Arikunto, 2002: 145). Dalam hal ini yang bertindak sebagai ahli materi adalah dosen pembimbing.

3.9.1 Analisis Validitas Instrumen

Untuk mengetahui validitas angket digunakan validitas logis. Validitas logis mengandung kata “logis”, yang berarti penalaran. Dengan demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Berdasarkan


(45)

penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid (Arikunto, 2006: 65).

3.10 Metode Analisis Data

3.10.1 Metode Analisis Tahap Awal

3.10.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang akan diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti ada 2 kelas, untuk meneliti kesamaan varians dari k buah kelas (k ≥ 2) yang memiliki data berdistribusi normal sebagai populasi, digunakan Uji Bartlett. Data yang digunakan dalam uji homogenitas populasi adalah data nilai ulangan harian.

Hipotesis yang diajukan adalah: Ho= = = = ... =

Ha= paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Menghitung (varians) dari masing-masing kelas.

2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:


(46)

4) Menghitung nilai statis chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

Kriteria pengujiannya adalah jika χ2hitung ≤ χ2(1-α)(k-1) dengan α (taraf signifikansi/taraf nyata)= 5% dan dk=k-1 dan k adalah jumlah kelas, maka masing-masing kelas dalam populasi mempunyai varians yang sama atau homogen (Sudjana, 2002: 263).

3.10.2 Metode Analisis Tahap Akhir

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Hal ini untuk menentukan uji statistik selanjutnya. Rumus yang digunakan adalah uji chi kuadrat.

Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut: 1) Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan terendah. 2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. 3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut:

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.


(47)

keterangan:

: chi kuadrat

: frekuensi pengamatan : frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 1dan taraf signifikansi (α) = 5%.

9) Menarik kesimpulan, yaitu jika χ2hitung< χ2(1-α)(k-1)maka data berdistribusi normal (Sudjana, 2002: 273).

3.10.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji Kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Hipotesis statistika sebagai berikut:

, artinya kedua kelas mempunyai varians sama. , artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama.

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika Fhitung < F 1/2 α (n1-1)(n2-1) dengan taraf signifikansi 5%.

3.10.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji adanya perbedaan kemandirian belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


(48)

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho : kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol ( )

Ha : kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada dengan kelompok kontrol. ( )

Sesuai dengan hipotesis, maka teknik analisis yang dapat digunakan adalah uji tsatu pihak kanan. Rumustdata yang digunakan sangat ditentukan oleh hasil uji kesamaan varians antara dua kelompok tersebut:

a) Jika Varians Sama

dengan

keterangan :

t : koefisien perbedaan : rata-rata sampel 1 : rata-rata sampel 2 : varians sampel 1 : varians sampel 2 s2 : varians

n1 : jumlah subyek sampel 1 n2 : jumlah subyek sampel 2


(49)

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika - t (1-1/2α) < thitung < t (1-1/2α) dengan derajat kebebasan artinya rata-rata kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol.

Ha diterima jika thitung > ttable (1-1/2α) artinya rata-rata kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada dengan kelompok kontrol.

Derajat kebebasan untuk tabel distribusi t adalah dengan peluang (1-1/2), = 5% taraf signifikan.

b) Jika varians keduanya berbeda

Kriterianya pengujiannya Terima Hojika:

dengan : w1 = / n1 ; w2 = / n2

t1 = t (1- 1/2), (n1 -1) ; t2 = t (1- 1/2), (n2 -1)


(50)

3.10.2.4 Analisis Lembar observasi

Data dari lembar observasi kemandirian belajar siswa dan lembar kinerja guru dianalisis dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

(Purwanto, 2009: 102) keterangan:

NP% : presentase nilai yang diperoleh R : jumlah skor yang diperoleh SM : jumlah skor maksimal

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Lembar Observasi

Rentang Keterangan

0 % < NP% ≤ 39 % Tidak baik (gagal) 39% < NP% ≤ 55% Kurang 55% < NP% ≤ 65% Cukup 65% < NP% ≤ 79% Baik 79% < NP% ≤ 100% Baik sekali

(Arikunto, 2006: 245)

3.10.2.5 Analisis Angket / Kuesioner

Langkah-langkah menganalisis data hasil angket adalah sebagai berikut : 1) Memeriksa jawaban dan menyusunnya berdasarkan kode responden.

2) Mengkuantitatifkan jawaban tiap pertanyaan sesuai dengan skor yang telah ditetapkan sebelumnya.


(51)

Menghitung persentase untuk tiap-tiap subvariabel dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

(Purwanto, 2009: 102) keterangan:

NP% : presentase nilai yang diperoleh R : jumlah skor yang diperoleh SM : jumlah skor maksimal

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Lembar Kuesioner

Rentang Keterangan

0 % < NP% ≤ 39 % Tidak baik (gagal) 39% < NP% ≤ 55% Kurang 55% < NP% ≤ 65% Cukup 65% < NP% ≤ 79% Baik 79% < NP% ≤ 100% Baik sekali

(Arikunto, 2006: 245)

3.10.2.6 Signifikansi Kemandirian Belajar

Untuk mengetahui taraf signifikansi peningkatan kemandirian belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan rumus gain yaitu :


(52)

Keterangan :

= gain ternormalisasi (normal gain) = nilai rata-rata postes

= nilai rata-rata pretes

Besarnya faktor dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria hasil perhitungan uji gain ternormalisasi

Gain Kriteria

0 ≤ ≤0,3 Rendah

0,3 < ≤0,7 Sedang


(53)

39

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pembelajaran dilakukan pada kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran interaktif berbasis komputer dan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode alat peraga pada sub pokok bahasan Hukum Kirchhoff. Kegiatan belajar mengajar kelas kontrol dilaksanakan di ruang laboratorium fisika. Pada awal kegiatan belajar siswa diberikan angket untuk mengetahui keadaan awal sebelum diterapkan metode alat peraga. Kemudian siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru lalu dilanjutkan para siswa melakukan peragaan untuk setiap kelompok. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan angket untuk mengetahui keadaan akhir setelah diterapkan metode alat peraga. Untuk kelas eksperimen, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di ruang multimedia. Setiap siswa mengoperasikan satu komputer untuk menggunakan media pembelajaran. Pada awal kegiatan belajar siswa diberikan angket untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan media pembelajaran. Kemudian guru memberi petunjuk penggunaan media pembelajaran kemudian dilanjutkan oleh siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan angket untuk mengetahui keadaan akhir setelah diberikan media pembelajaran. Pada penelitian ini yang diukur


(54)

adalah kemandirian belajar siswa yang berupa : visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, dan emotional activities.

4.1.2 Hasil Uji Ahli Media Pembelajaran

Media pembelajaran ini di uji oleh seorang uji ahli, hasil dari uji ahli media pembelajaran didapatkan pencapainnya sebesar 68%. Sesuai dengan penilaian lembar kuisioner maka media pembelajaran ini dikategorikan baik, sehingga layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18.

4.1.3 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa

Kemandirian belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif berbasis komputer dan metode alat peraga dinilai dengan menggunakan lembar observasi dan lembar angket. Penilaian dengan lembar observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan penilaian dengan lembar angket dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan setelah pembelajaran selesai dengan cara membagikan lembar angket kepada siswa. Hasil penilaian kemandirian belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Lembar Observasi

Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretest Postest ⟨g⟩ Pretest Postest ⟨g⟩ 1. Visual Activities

(Aktifitas Pandang) 52.68% 66.07% 0.28 57.14% 70.54% 0.31 2. Oral Activities

(Aktifitas Lisan) 82.14% 90.18% 0.45 70.54% 81.25% 0.36 3. Listening Activities

(Aktifitas Dengar) 73.21% 76.79% 0.13 73.21% 78.57% 0.20 4.Writing Activities

(Aktifitas Tulis) 46.43% 64.29% 0.33 53.57% 67.86% 0.31 5. Emotional Activities

(Aktifitas Emosional) 77.68% 87.50% 0.44 78.57% 89.29% 0.50 JUMLAH 332.14% 384.82% 1.64 333.04% 387.50% 1.68 RATA-RATA 66.43% 76.96% 0.33 66.61% 77.50% 0.34


(55)

Tabel 4.2 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Lembar Angket

Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretest Postest g Pretest Postest g 1. Visual Activities

(Aktifitas Pandang) 65.18% 69.64% 0.13 67.19% 72.77% 0.17 2. Oral Activities

(Aktifitas Lisan) 57.14% 62.50% 0.13 60.04% 66.74% 0.17 3. Listening Activities

(Aktifitas Dengar) 68.30% 70.09% 0.06 70.54% 75.45% 0.17 4.Writing Activities

(Aktifitas Tulis) 52.68% 57.81% 0.11 58.48% 62.28% 0.09 5. Emotional Activities

(Aktifitas Emosional) 55.58% 63.84% 0.19 64.73% 70.54% 0.16 JUMLAH 298.88% 323.88% 0.60 320.98% 347.77% 0.76 RATA-RATA 59.78% 64.78% 0.12 64.20% 69.55% 0.15

KRITERIA CUKUP CUKUP RENDAH CUKUP BAIK RENDAH

4.1.4 Kinerja guru

Kinerja guru yang dinilai meliputi beberapa aspek penilaian yang disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penilaian kinerja guru kelas kontrol diperoleh hasil 80,95% dan dikategorikan baik sekali. Sedangkan hasil penilaian kinerja guru kelas eksperimen diperoleh hasil 90,48% dan dikategorikan baik sekali. Dengan kata lain kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru sebagian besar telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.


(56)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Negeri 5 Magelang dengan subyeknya adalah kelas X. Peneliti mengambil 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan di setiap kelas sampel. Pertemuan pertama digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan pertemuan kedua digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa setelah diberikan perlakuan.

Kegiatan belajar mengajar kelas kontrol menggunakan metode alat peraga yang dilaksanakan di ruang laboratorium fisika. Pada pertemuan pertama siswa diberi angket untuk mengetahui kemandirian belajarnya sebelum digunakan metode alat peraga. Pada tahap selanjutnya guru melakukan demonstrasi untuk membantu siswa mengingat apa yang akan diperagakan. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah dipilih secara acak kemudian guru membagikan alat untuk peragaan kepada setiap kelompok. Pada awalnya siswa masih bingung dengan peragaan yang dilakukan, tetapi setelah mendapatkan arahan dari guru, siswa mulai paham dengan apa yang diperagakan. Setelah melakukan peragaan, siswa diharapkan mampu menyelesaikan pertanyaan yang telah disediakan dalam LKS. Pada pertemuan kedua, guru langsung membagi alat yang akan digunakan untuk peragaan. Seperti pertemuan sebelumnya siswa masih mengalami kesulitan, tetapi guru mampu mengarahkan siswa sehingga siswa mampu menyelesaikan peragaan dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan yang tersedia dalam


(57)

LKS. Pada tahap akhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui kemandirian belajar siswa setelah diterapkan metode alat peraga.

Kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran interaktif berbasis komputer, yang dilaksanakan di ruang multimedia. Pada pertemuan pertama siswa diberi angket untuk mengetahui kemandirian belajarnya sebelum digunakan media pembelajaran. Setiap siswa diberikan fasilitas untuk mengoperasikan satu komputer. Pada tahap selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran kemudian siswa diberikan kebebasan untuk menggunakan media pembelajaran. Ada beberapa siswa yang masih bingung dengan penggunaan media pembelajaran, tetapi dengan arahan guru akhirnya siswa tidak mengalami kesulitan. Pada pertemuan kedua, tanpa arahan dari guru siswa langsung menggunakan media pembelajaran. Setelah siswa membaca materi kemudian siswa diharapkan mampu menyelesaikan soal yang telah tersedia dalam media pembelajaran. Pada tahap akhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui kemandirian belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran interaktif berbasis komputer.

Walaupun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kemandirian belajar siswa, guru tidak bisa membebaskan siswa sepenuhnya untuk belajar sendiri. Guru tetap memberikan bantuan dan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan supaya siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Selain menggunakan angket yang diisi oleh siswa, penelitian ini juga menggunakan lembar observasi untuk lebih menguatkan hasil kemandirian belajar siswa .


(58)

4.2.2 Hasil Uji Ahli Media Pembelajaran

Kelayakan dari media pembelajaran harus diperhatikan, karena berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Penelitian ini menggunakan media pembelajaran interaktif sebagai instrumen. Sebelum media pembelajaran ini digunakan untuk penelitian, harus di uji terlebih dahulu kelayakannya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah media pembelajaran ini layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Dari hasil uji ahli yang telah dilakukan diperoleh pencapaian sebesar 68%. Walaupun media pembelajaran ini masih jauh dari sempurna, tetap sesuai dengan penilaian lembar kuisioner maka media pembelajaran ini dikategorikan BAIK, sehingga layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Kekurang sempurnaan media pembelajaran ini dikarenakan karena si pembuat pada awalnya tidak punya keahlian dalam pembuatan media pembelajaran, tapi dengan kemauan dan usaha yang besar akhirnya media pembelajaran ini telah terselesaikan.

4.2.3 Hasil Penelitian Kemandirian Belajar Siswa

Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui ada beberapa aspek yang mengalami peningkatan besar dan ada beberapa aspek yang peningkatannya kecil untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Aspek yang mengalami peningkatan cukup besar adalah aspek visual activities, oral activities, dan emotional activities. Sedangkan aspek yang peningkatannya kecil adalah aspek listening activities dan writing activities.

Visual activities, terjadi peningkatan besar karena pada awal pembelajaran siswa memperhatikan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran maupun penggunaan alat peraga. Oral activities, terjadi peningaktan besar karena pada


(59)

saat pembelajaran siswa sering mengajukan pertanyaan jika menemukan permasalahan dan siswa sering berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Emotional activities, terjadi peningkatan besar karena siswa lebih bersemangat pada saat menggunakan media pembelajaran maupun alat peraga, hal ini terjadi karena siswa jarang menggunakan media pembelajaran yang menampilkan animasi dan melakukan peragaan.

Listening activities, peningkatannya kecil karena siswa kurang mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, siswa lebih berkonsentrasi pada media pembelajaran dan alat peraga yang digunakan. Writing activities, peningkatannya kecil karena siswa jarang membuat ikhtisar atau catatan kecil pada saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran.

Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui perbedaan kemandirian belajar siswa antara lembar observasi dan lembar angket. Rata-rata peningkatan hasil kemandirian belajar kelas kontrol untuk lembar observasi sebesar 0,33 dikategorikan sedang dan lembar angket sebesar 0,12 dikategorikan rendah. Sedangkan rata-rata pencapaian hasil kemandirian belajar kelas eksperimen untuk lembar observasi sebesar 0,34 dikategorikan sedang dan lembar angket sebesar 0,15 dikategorikan rendah. Terjadi perbedaan dimana lembar observasi kelas kontrol maupun kelas eksperimen lebih tinggi dibanding lembar angket. Hal ini dikarenakan lembar observasi hanya menilai siswa dari sudut pandang orang lain yaitu observer, jadi hasil yang didapatkan bisa lebih baik atau lebih jelek dari keadaan siswa yang sebenarnya. Sedangkan lembar angket diisi oleh siswa sendiri, sehingga hasil yang didapatkan benar-benar menggambarkan keadaan


(60)

siswa yang sebenarnya. Tujuan digunakannya lembar observasi adalah untuk menguatkan hasil yang didapatkan lembar angket.

Hasil penelitian kelas eksperimen untuk lembar angket menunjukkan bahwa hasil kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif berbasis komputer. Walaupun peningkatan hasil kemandirian belajar siswa tergolong rendah, tapi interaksi siswa dengan media pembelajaran cukup bagus, ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa terhadap media yang telah disediakan. Yang menyebabkan peningkatan hasil kemandirian belajar siswa rendah adalah masing-masing komputer terdapat fasilitas internet, sehingga banyak siswa yang menggunakan fasilitas itu bersamaan dengan media pembelajaran yang menyebabkan terpecahnya konsentrasi siswa dalam belajar. Penyebab yang lain adalah dalam pengisian angket kemandirian belajar, siswa tidak sungguh-sungguh dalam pengisian angket karena tidak berpengaruh terhadap nilai akademik mereka di sekolahan. Hal ini lah yang menyebabkan peningkatan hasil kemandirian belajar rendah. Akan tetapi hasil kemandirian belajar siswa tetap meningkat walaupun peningkatannya rendah. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran interaktif berbasis komputer mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa

Pada pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kekurangan antara lain ada beberapa komputer yang tidak bisa mengakses file hasil share dari komputer induk, ini yang menghambat peneliti dalam memaksimalkan waktu yang tersedia karena harus mengcopy terlebih dahulu kemudian di paste ke komputer yang bermasalah tersebut. Walaupun demikian penelitian masih bisa berjalan dengan


(61)

lancar dan selesai tepat waktu karena peneliti dibantu dengan beberapa observer dalam mengcopydan pastefile media pembelajaran.

Hasil penelitian kelas kontrol untuk lembar angket menunjukkan bahwa hasil kemandirian belajar siswa juga mengalami peningkatan setelah pembelajaran dengan metode alat peraga. Walaupun peningkatan hasil kemandirian belajar siswa tergolong rendah, tapi siswa saling bekerjasama dalam melakukan peragaan, bertukar pikiran, bertukar pendapat untuk menyelesaikan pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Yang menyebabkan peningkatan hasil kemandirian belajar siswa rendah adalah dalam pengisian angket kemandirian belajar, siswa tidak sungguh-sungguh dalam pengisian angket karena tidak berpengaruh terhadap nilai akademik mereka di sekolahan. Hal ini lah yang menyebabkan peningkatan hasil kemandirian belajar rendah. Akan tetapi hasil kemandirian belajar siswa tetap meningkat walaupun peningkatannya rendah. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran metode alat peraga mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Pada pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kekurangan antara lain pada pembelajaran metode alat peraga ada siswa yang kurang berperan aktif dalam kelompok, sehingga peragaan dari kelompok tersebut kurang maksimal, yang mengakibatkan guru harus berkeliling untuk membantu kelompok tersebut supaya peragaan tetap berjalan lancar.

4.2.4 Kinerja Guru

Penilaian kesesuaian guru dalam melakukan pengajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan lembar observasi. Kesesuaian kinerja


(62)

guru yang dinilai meliputi beberapa aspek penilaian yang disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penilaian kinerja guru kelas kontrol diperoleh hasil 80,95% dan dikategorikan baik sekali. Sedangkan hasil penilaian kinerja guru kelas eksperimen diperoleh hasil 90,48% dan dikategorikan baik sekali. Dengan kata lain kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru sebagian besar telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar. Pembelajar dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.

Berdasarkan observasi awal, kemandirian belajar siswa di SMA N 5 Magelang yang diperoleh belum optimal. Hal ini dilihat dari nilai populasi kelas X. Pencapaian yang tidak optimal itu sebagian besar disebabkan karena pembelajaran masih belum bervariasi dan monoton, artinya masih banyak menggunakan metode konvensional dimana guru menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan. Kegiatan pembelajaran hanya terpusat pada guru dan komunikasi yang terjadi hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa. Pembelajaran yang monoton juga berdampak pada kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang membuat siswa menjadi malas untuk beraktivitas dalam belajar, sehingga mengakibatkan siswa malas untuk belajar sesuai dengan kemauan dan keinginan dari diri sendiri.


(63)

Model pembelajaran interaktif berbasis komputer berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Dalam model pembelajaran interaktif berbasis komputer siswa diberi kebebasan untuk melakukan kegiatatan pembelajaran, memahami materi dan menyelesaikan soal.

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan analisis data tahap awal yaitu uji homogenitas populasi dengan menggunakan uji Bartlett. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan awal populasi dan untuk mengetahui homogen dan tidaknya populasi kelas X SMA Negeri 5 Magelang yang terdiri dari 5 (lima) kelas. Data yang digunakan untuk uji homogenitas adalah nilai ulangan harian kelas X. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh harga χ2hitung = 0,2665 dan χ2tabel = 0.7107 dengan taraf signifikansi (α) = 5%. Karena χ2hitung < χ2

tabeljadi populasi kelas X homogen sehingga kelas X dapat digunakan sebagai penelitian eksperimen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.

Nilai pretest dan postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan uji chi-kuadrat. Dengan melakukan uji normalitas pada nilai pretest, didapatkan nilai χ2hitungkelas eksperimen = 5,7489 dan χ2hitung kelas kontrol = 2,3910. Pengujian yang sama dilakukan pada nilai postest, didapatkan nilai χ2hitung kelas eksperimen = 5,5951 dan χ2hitung kelas kontrol = 6,4429. Dengan taraf signifikansi (α)= 5% diperoleh χ2tabel = 16,1514. Jelas χ2hitung< χ2tabel, sehinggga dapat dikatakan bahwa nilai pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22, 23, 24, dan 29.


(64)

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui kesamaan varians dari sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan melakukan uji kesamaan dua varians pada nilai pretest, didapatkan nilai Fhitung = 0,7286. Pengujian yang sama dilakukan pada nilai postest, didapatkan nilai Fhitung = 1,1531. Dengan taraf signifikansi (α)= 5% diperoleh Ftabel = 1,9048. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26. Jelas Fhitung < Ftabel, hal ini berarti kedua kelas mempunyai varians yang sama. Sehingga rumus yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata peningkatan hasil belajar adalah uji-t.

Uji perbedaan dua rata (uji-t) bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan uji-t data pretest, didapatkan thitung = 1,9078 dan ttabel = 2,0049 dengan taraf signifikansi (α) = 5%. Karena - t(1-1/2α)<thitung<t(1-1/2α), maka Hoditerima. Dengan kata lain rata-rata hasil pencapaian nilai pretest kelas eksperimen sama dengan pencapaian kelas kontrol. Hasil yang berbeda didapatkan pada pengujian data postest, didapatkan thitung = 2,8258 dan ttabel = 1,9607 dengan taraf signifikansi (α)= 5%. Karena thitung> ttable (1-1/2α)maka Ha diterima, sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan hasil rata-rata pencapaian kemandirian belajar siswa kelas ekperimen dan rata-rata pencapaian kemandirian belajar siswa kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28.

Analisis tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan. Data yang digunakan adalah nilai pretest dan postest. Uji normalitas dengan menggunakan chi-kuadrat didapatkan bahwa nilai pretest dan


(65)

postest kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdistribusi normal. Selanjutnya uji kesamaan dua varians dilakukan untuk mengetahui kesamaan varians dari sampel dan untuk menentukan perhitungan statistik dalam uji-t (uji perbedaan dua rata-rata). Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians didapatkan bahwa sampel mempunyai varians yang sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26.

Analisis yang terakhir adalah uji-t (uji perbedaan dua rata-rata) yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pencapaian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji-t pada nilai pretest, pencapaian nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hal ini terjadi karena kelas eksperimen dan kelas kontrol belum mendapat perlakukan atau belum dilakukan pembelajaran pada kelas tersebut. Hasil yang berbeda didapatkan pada pengujian data postest, didapatkan thitung= 2.8258 dan ttabel = 1.9607 dengan taraf signifikansi (α)= 5%. Karena thitung > ttable (1-1/2α)maka Haditerima. Dengan kata lain terdapat perbedaan rata-rata pencapaian hasil kemandirian belajar siswa kelas ekperimen dan rata-rata pencapaian hasil kemandirian belajar siswa kelas kontrol.

Hasil kemandirian belajar siswa pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu oleh Yunginger (2008: 67). Dari penelitian Yunginger (2008: 67) diperoleh besarnya visual activities = 79,5%, oral activities = 67,8%, listening activities = 92,1%, writing activities = 72,8%, dan emotional activities = 74,5%. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian sebelumnya. Hal ini terjadi karena media pembelajaran yang digunakan kurang interaktif, dimana peneliti masih


(66)

dalam tahap sebagai pemula dalam penyusunan media, sehingga hasil dari media pembelajaran masih jauh dari sempurna.

Gambaran umum dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa kemandirian belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan, tetapi untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran interaktif berbasis komputer lebih dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dibandingkan dengan hasil kemandirian belajar siswa kelas kontrol yang menggunakan metode alat peraga. Dari pembahasan yang dikemukakan di atas didapat kesimpulan yang sama dengan Hipotesis Alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa model pembelajaran interaktif berbasis komputer mampu menumbuhkan kemandirian belajar siswa.


(67)

53

5.1

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran interaktif berbasis komputer pada pembelajaran fisika mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa. Ada beberapa aspek yang mengalami peningkatan besar dan ada beberapa aspek yang peningkatannya kecil untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Aspek yang mengalami peningkatan cukup besar adalah aspek visual activities, oral activities, dan emotional activities. Sedangkan aspek yang peningkatannya kecil adalah aspek listening activities dan writing activities.

5.2

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1) Untuk penelitian selanjutnya harus memperhatikan aspek listening activities dan writing activities, karena aspek ini yang peningkatannya kecil dalam penelitian ini.

2) Dalam pelaksanaan model pembelajaran interaktif berbasis komputer, harus diperhatikan apakah komputer benar-benar siap untuk digunakan pembelajaran.


(68)

3) Guru harus mempersiapkan media pembelajaran dengan baik supaya siswa lebih bersemangat dalam belajar.

4) Dalam pelaksanaan model pembelajaran menggunakan metode alat peraga, harus diperhatikan kelengkapan alat yang akan digunakan untuk peragaan. 5) Guru harus mengecek apakah alat yang akan digunakan peragaan masih

berfungsi dengan baik atau tidak supaya tidak mengganggu jalannya peragaan.

6) Guru harus mampu mengkondisikan siswa supaya jalannya pembelajaran menjadi tertib dan teratur.


(1)

107

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis

Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakan

Ho diterima jikac2 < c2tabel

Keterangan

Nilai maksimal = 62 5

Nilai minimal = 34 47.82

Rentang = 28 7.46

Banyak kelas = 5.8 N = 28

N o (Oi-Ei)²

Kelas Ei

1 34 - 39 33.5 -1.92 0.0274 0.1049 2.9361 5 1.4508

2 40 - 45 39.5 -1.12 0.1323 0.2455 6.8747 7 0.0023

3 46 - 51 45.5 -0.31 0.3778 0.3112 8.7149 9 0.0093

4 52 - 57 51.5 0.49 0.6891 0.2137 5.9844 4 0.6580

5 58 - 63 57.5 1.30 0.9028 0.0794 2.2242 3 0.2706

6 64 - 69 63.5 2.10 0.9822 0.0150 0.4198

68.5 2.77 0.9972

S Oi = 28

2.3910

Untuk a= 5%, dengan dk = 28 - 1 = 27 diperoleh c²tabel = c²(95%,27) = 16.151

Didapatkan nilai c2hitung = 2.3910 dan c 2

tabel = 16.151

2.3910 16.151

Karena c2hitung < c 2

tabeljadi Ho diterima dengan kata lain data berdistribusi NORMAL UJI NORMALITAS

DATA HASIL PRETEST KELAS KONTROL

Kelas Interval Batas Kelas Z untuk batas kls. Peluang untuk Z Luas Kls.

Untuk Z Ei Oi

Panjang Kelas = Nilai Rata-rata = S =

c² hitung =

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

Lampiran 29


(2)

108

Pretest PosttestgPretest Posttestg

1. Visual Activities (Aktifitas Pandang) 65.18% 69.64% 0.13 67.19% 72.77% 0.17

2. Oral Activities (Aktifitas Lisan) 57.14% 62.50% 0.13 60.04% 66.74% 0.17

3. Listening Activities (Aktifitas Dengar) 68.30% 70.09% 0.06 70.54% 75.45% 0.17

4. Writing Activities (Aktifitas Tulis) 52.68% 57.81% 0.11 58.48% 62.28% 0.09

5. Emotional Activities (Aktifitas Emosional) 55.58% 63.84% 0.19 64.73% 70.54% 0.16

JUMLAH 298.88% 323.88% 0.60 320.98% 347.77% 0.76

RATA-RATA 59.78% 64.78% 0.12 64.20% 69.55% 0.15

KRITERIA CUKUP CUKUP RENDAH CUKUP BAIK RENDAH

Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

TABEL PENCAPAIAN PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA LEMBAR ANGKET

59.78% 64.20%

64.78%

69.55%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA LEMBAR ANGKET

Pretest Posttest


(3)

109

Pretest PosttestgPretest Posttestg1. Visual Activities (Aktifitas Pandang) 52.68% 66.07% 0.28 57.14% 70.54% 0.31

2. Oral Activities (Aktifitas Lisan) 82.14% 90.18% 0.45 70.54% 81.25% 0.36

3. Listening Activities (Aktifitas Dengar) 73.21% 76.79% 0.13 73.21% 78.57% 0.20

4. Writing Activities (Aktifitas Tulis) 46.43% 64.29% 0.33 53.57% 67.86% 0.31

5. Emotional Activities (Aktifitas Emosional) 77.68% 87.50% 0.44 78.57% 89.29% 0.50

JUMLAH 332.14% 384.82% 1.64 333.04% 387.50% 1.68 RATA-RATA 66.43% 76.96% 0.33 66.61% 77.50% 0.34

KRITERIA BAIK BAIK SEDANG BAIK BAIK SEDANG

Kemandirian Kelas Kontrol Kelas Eksperimen TABEL PENCAPAIAN PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

LEMBAR OBSERVASI

66.43% 66.61%

76.96% 77.50%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA LEMBAR OBSERVASI

Pretest Posttest


(4)

110

Foto 1. Siswa mengisi angket kemandirian

belajar


(5)

111

Foto 3. Siswa melakukan peragaan


(6)

112

Foto 4.Siswa mengoperasikan media pembelajaran intreraktif

Foto 4. Suasana pembelajaran kelas eksperimen

Lampiran 32