HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN TAILOR DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

(1)

i

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS KARYAWAN TAILOR

DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

Skripsi

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana

Oleh: Dwi Wulandari

5401404014

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak pernah ada karya yang diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,dan sepanjang pengatahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diasuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk dalam kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2011

Peneliti,

Dwi Wulandari NIM.5401404014


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi FT UNNES pada tanggal 25 Agustus 2011

Panitia Ujian:

Ketua, Sekretaris

Ir. Siti Fathonah, M.Kes Dra.Sri Endah Wahyuningsih,M.Pd NIP. 196402131988032002 NIP. 196805281993032001

Penguji

Dra. Urip Wahyuningsih,M.Pd NIP.196704101991032001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dra.Erna styowati,M.Si Rina Rachmawati,S.E,M.M

NIP. 196104231986012001 NIP.198003072006042001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik UNNES

Drs.Abdurrahman,M.Pd NIP. 196009031985031002


(4)

iv

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Karyawan Tailor di Kecamatan Ungaran Barat”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Teknologo Jasa dan Produksi,Fakultas Teknik,Universitas Negeri Semarang. Melalui skripsi ini peneliti banyak belajar dan sekaligus memperoleh pengalaman-pengalaman baru secara langsung yang belum pernah diperoleh sebelumnya dan di harapkan pengalaman tersebut dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tersusun bukan semata-mata hasil usaha sendiri,akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua pihak. Pada kesempan ini ucapan terimakasih disampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang 2. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

3. Dra.Erna Setyowati,M.Si, dosen pembimbing I yang dengan penuh ketulusan, kesabaran dan penuh perhatian dalam mamberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk demi terselesainya skripsi ini.

4. Rina Rachmawati,S.E.M.M, dosen pembimbing II yang dengan penuh ketulusan, kesabaran dan penuh perhatian dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk demi terselesainya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu pemilik jasa penjahitan tailor di Kecamatan Ungaran Barat

6. Teman-teman mahasiswa PKK Konsentrasi Tata Busana angkatan 2004 dan 2005 yang selalu memberi dorongan dan semangat dalam pembuatan skripsi ini.


(5)

v

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat sebutkan satu persatu.

Menyadari bahwa hasil peelitian masih terdapat kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan, sarana kemampuan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya.

Semarang, Agustus 2011


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

 “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai sesuatu(dari urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (Al Insyiroh 6-7)

 “Dan Ia (Allah) menjadikan untuk kamu pakaian yang menjaga kamu dari panas dan pakaian yang memelihara kamu waktu peperangan. Demikianlah ia sempurnakan nikmatNya bagimu supaya kamu beserah diri”. (An nahl:81)

 “Wahai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian yang menutupi auratmu dan pakaian indah untuk (perhiasan). Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.Yang demikian itu adalah (termasuk) tanda-tanda Allah supaya mereka ingat”.(Al Araf: 26)

PERSEMBAHAN

Skipsi ini kupersembahkan kepada

1. Bapak dan ibu tercinta atas dukungan dan doanya.

2. Mas Sakur yang selalu memberi semangat dan dukungan. 3. Atika Bilqis Nur Azizah tersayang

4. Kakak dan adikku tersayang

5. Teman-teman angkatan 2004 dan 2005 PKK S1 Tata Busana 6. Almamater yang kubanggakan


(7)

vii

ABSTRAK

Wulandari,Dwi.2011; Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Karyawan Tailor di Kecamatan Ungaran Barat,Skripsi,Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi,Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.Pembimbing: 1. Dra.Erna Setyowati,Msi, 2. Rina Rachmawati,SE,MM

Kata Kunci: tingkat pendidikan, produktivitas karyawan tailor

Karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat memiliki tingkat pendidikan yang berbeda–beda. Pendidikan sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal, non formal, dan in formal. Pekerjaaan yang dilakukan dengan tingkat pendidikan yang sesuai akan mendorong setiap karyawan untuk bekerja dengan produktif, sehingga tercapailah produktivitas karyawan tailor.Penelitian ini dilakuakan untuk mengungkap permasalahan adakah hubungan tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat dan seberapa besar hubungan antara tingkat pendidikan terhadap produktivitas tailor di Kecamatan Ungaran Barat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan terhadap produktiviatas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat dan mengatahui seberapa besar hubungan tingkat pendidikan dengan produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

Penelitian ini dibuat dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat. Teknik pengambilan sampel menggunakan totalitas sampling, sampel sebanyak 97 responden.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan variabel terikat adalah produktivitas karyawan tailor. Metode pengambilan data dengan metode observasi,metode angket dan metode wawancara. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan korelasi product moment.

Hasil penelitian ini adalah variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel produktivitas kerja. Berdasarkan perhitungan korelasi product moment didapatkan hasil bahwa korelasi antara tingkat pendidikan dengan produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat sebesar 0,042 berintepretasi sangat rendah, r tabel dengan responden 97 dan tingkat signifikansi 5% adalah 0,202. Karena harga korelasinya 0,042 < 0,202 maka koefisien korelasinya tidak signifikan artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap produktivitas kerja karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat. Nilai Koefisien Determinasi yang dihasilkan dari perhitungan adalah sebesar 0,00176. Hal itu menunjukkan bahwa sumbangan tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat sebesar 0,18%; sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor yang lain.

Kesimpulan hasil penelitian ada hubungan positif antara tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di kecamatan ungaran barat meskipun dalam interpretasi yang sangat rendah. Hasil determinasi menyatakan bahwa sumbangan tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat sebesar 0,18%; sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor yang lain.Saran yang dianjurkan dalam penelitian ini adalah karyawan tailor untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang busana dapat dilakukan dengan pendidikan non formal dan in formal. Pengusaha tailor sebaiknya memperhatikan faktor pendidikan formal, non formal dan in formal dari karyawannya, karena pengetahuan karyawan dapat mendukung produktivitas kerja.


(8)

viii ABSTRACT

Wulandari, Dwi.2011; Relations Education Level Employees Against Productivity Ungaran Tailor in District West, Thesis, Department of Technology Services and Production, Faculty of Engineering, State University of Semarang. Pembimbing: 1. Dra.Erna Setyowati, Msi, 2. Rina Rachmawati, SE, MM

Keywords: level of education, employee productivity tailor

Employees tailor in the District of West Ungaran have levels of education vary. Education is aimed at improving the quality of human resources through formal education, non formal and in formal. Occupation is conducted with an appropriate level of education will encourage every employee to work productively, so that employee productivity achieved this tailor.Penelitian dilakuakan to uncover the problems is there a relationship of education level on the productivity of employees in District Ungaran tailor te West and how much the relationship between level of education on productivity tailor in the District of West Ungaran. The purpose of this study is to determine whether there is a relationship of education level of employees produktiviatas tailor in District West Ungaran and mengatahui how big the education level of relationship with employee productivity Ungaran tailors in the West District.

This study was made by quantitative descriptive approach. The population in this study were employees in the District Ungaran tailor the West. The sampling technique using a totality of sampling, sample size of 97 free responden.Variabel in this study is the level of education and the dependent variable is the productivity of employees tailor. Methods of data retrieval method of observation, the questionnaire method and interview method. Methods of data analysis using descriptive analysis and the percentage of product moment correlation.

The results of this study is the variable level of education has a positive influence on labor productivity variable. Based on the calculation of product moment correlation showed that the correlation between the level of a tailor education to the productivity of employees in the District of West Ungaran berintepretasi very low at 0.042, r table with respondents 97 and 5% significance level is 0.202. Because the price correlation is 0.042 <0.202 correlation coefficient is not significant then it means there is no relationship of education level on the productivity of employees working in District Ungaran tailor the West. Value of coefficient of determination resulting from the calculation amounted to 0.00176. It shows that the contribution level of a tailor education to the productivity of employees in the District of West Ungaran at 0.18%, while the remainder explained by other factors.

Conclusion The results of the study there is a positive relationship between level of education on the productivity of employees in the district Ungaran tailor the west although the interpretation is very low. Results of determination stating that the contribution rate to employee productivity tailor education in the District of West Ungaran at 0.18%, while the remainder is explained by factors that lain.Saran recommended in this study is to improve its ability to tailor an employee in the field of fashion can be done with non-formal education and in formal. Employers should consider factors tailor formal education, non-formal and informal of the employees, because employees can support the productivity of knowledge work.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN... ii

PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PRAKARTA... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 4

1.3.Tujuan penelitian... 5

1.4.Manfaat penelitian... 5

1.5.Batasan Penelitian………. 5

1.6.Penegasan istilah... 6

1.7.Sistematika Skripsi... 9


(10)

x

2.1.Sumber Daya manusia... 12

2.2.Pendidikan... 13

2.2.1. Pendidikan Formal... 14

2.2.2. Pendidikan Non Formal... 19

2.2.3. Pendidikan In Formal... 19

2.3.Produktivitas Karyawan Tailor... 21

2.3.1. Produktivitas... 21

2.3.2. Kemampuan Kerja... 31

2.4.Macam–Macam Usaha Busana... 33

2.5.Kerangka Berfikir... 35

2.6.Hipotesis ... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 39

3.1.Pendekatan Penelitian... 39

3.2.Populasi penelitian... 39

3.3.Sampel penelitian... 40

3.4.Variabel penelitian... 41

3.5.Metode Pengumpulan Data... 42

3.6.Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 44

3.7.Uji Prasyarat... 46

3.8.Analisis Data... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

4.1. Hasil Penelitian... 51

4.1.1 Analisis Deskriptif... 51


(11)

xi

4.1.2.1. Uji Normalitas... 52

4.1.3. Korelasi Product Moment... 52

4.2. Pembahasan ... 52

4.3. Keterbatasan Penelitian... 56

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN... 57

5.1 Simpulan... 57

5.2. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA... 59


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Populasi penelitian ... 39

3.2 Kriteria Persentase ... 48 4.1 Hasil Penelitian Tingkat Pendidikan dan Produktivitas Karyawan ... 50


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian... 37


(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak lepas dari kebutuhan busana, mengingat fungsi busana yang sangat penting bagi kehidupan manusia selain untuk melindungi tubuh, juga untuk memperindah penampilan. Dengan busana kita dapat mengetahui kepribadian, budaya, serta tingkat sosial ekonomi. Meningkatnya kebutuhan hidup memicu munculnya usaha-usaha kecil khususnya bidang busana seperti modiste, konveksi dan tailor.

Tailor adalah penjahit pakaian pria, tempat penjahit pakaian pria. (M.H.Wancik,2003:96). Usaha tailor merupakan usaha jahit–menjahit yang menerima pesanan pembuatan pakaian pria, misalnya jas, safari, kemeja, dan celana. Usaha tailor cukup potensial untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena usaha ini bertujuan untuk mencari laba dengan memberikan jasa pelayanan kepada konsumen melalui kegiatan usahanya. Dengan adanya usaha tailor memberikan peluang yang besar bagi penyerapan tenaga kerja yang memiliki keahlian dibidang busana.

Produktivitas adalah hubungan antara output dan input dalam suatu sistem. Produktivitas merupakan hasil perolehan output yang lebih dengan menggunakan jumlah input yang sama atau kuantitas yang sama dengan input yang lebih kecil (R. D. Jatmiko,2004:147). Menurut Pandji Anoraga (2006:52) Produktivitas adalah menghasilkan lebih banyak, dan berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan.Produktifitas sangatlah penting karena peningkatan


(15)

2

kesejahteraan diperoleh dengan peningkatan keefektifan dan mutu tenaga kerja dibandingkan dengan melalui formasi modal dan penambahan kerja.

Produktivitas merupakan tujuan dari setiap organisasi apapun bentuknya, termasuk usaha tailor, maka upaya–upaya untuk mengarah pada pencapaiannya terus dilakukan. Pencapaian produktivitas usaha tailor tidaklah mudah, banyak hal yang harus dilakukan. Salah satunya yaitu peran serta tenaga kerja atau karyawan.Produktivitas karyawan tailor merupakan kemampuan dari seorang karyawan tailor untuk menghasilkan sebuah produk pakaian, ditinjau dari penggunaan waktu dan hasil kerja yang efisien. Langsung maupun tidak langsung produktivitas karyawan tailor memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas usaha, karena peningkatan usaha tergantung pada hasil kerja karyawan baik kuantitas maupun kualitas.

Persaingan usaha tailor semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan banyaknya usaha tailor baru, khususnya di Kecamatan Ungaran Barat yang tahun 2006 berjumlah 28 tailor dan sekarang tahun 2010 menjadi 33 tailor (hasil observasi awal), untuk itu secara langsung ataupun tidak muncul persaingan yang membuat pengusaha tailor dituntut lebih produktif dan professional dalam mengelola usahanya agar bertahan dan berkembang dengan cara meningkatkan mutu dan produktivitas karyawan.Sesuai hasil pengamatan diperoleh bahwa setiap tailor kebanyakan memiliki 3 orang karyawan, ada yang memiliki lebih dari 10 karyawan dan ada pula yang hanya memiliki 1 orang karyawan, yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda–beda. Ada yang berpendidikan sampai tingkat menengah dan ada pula yang hanya tingkat pendidikan dasar.

Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pruduktifitas kerja yang lebih baik, hal demikian ternyata merupakan syarat


(16)

3

yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan, mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal–hal yang bersifat baru didalam cara atau suatu sistem kerja (Pandji Anoraga,2004:178).

Karyawan yang berpendidikan menengah dengan yang berpendidikan rendah akan berbeda, baik dari cara kerja mupun hasil kerjanya. Karyawan yang mencapai tingkat pendidikan dasar memiliki kemampuan bekerja yang terbatas, sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sehingga hasil yang diperoleh relatif sedikit. Karyawan yang mencapai tingkat pendidikan formal sampai tingkat menengah memiliki pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman yang luas, sehingga mampu mengemban tugas dan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Sehingga yang dihasilkan juga relatif lebih banyak.

Karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat memiliki tingkat pendidikan formal yang berbeda-beda, ada yang berpendidikan rendah dan ada yang berpendidikan tinggi yang didukung dengan pendidikan non formal dan in formal. Namun kemampuan karyawan tailor ada yang mampu bekerja dengan produktivitas yang tinggi dan ada pula yang bekerja tidak produktif.

Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencanaan dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. (Malayu S.P. Hasibuan,2007:27). Mereka memiliki pikiran, perasaan, keinginan, status, tingkat pendidikan , usia, dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi perusahaan yang sepenuhnya untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kualitas diri individu, terutama dalam bekerja. Pekerjaan yang dilakukan dengan tingkat pendidikan yang yang sesuai isi kerja akan mendorong kemauan setiap karyawan


(17)

4

untuk bekerja dengan produktif, sehingga tercapailah produktivitas karyawan. Usaha tailor dalam proses pembuatan pakaian memakai sistem kerja persatuan, artinya setelah kain dipotang diserahkan ke bagian penjahitan dan dikerjakan perpotong sampai selesai. Sehingga karyawan harus memiliki keahlian dibidang busana dengan baik, sehingga mampu mengerjakan pekerjaan yang beraneka ragam.

Pentingnya tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor maka peneliti terdorong untuk mengungkap lebih lanjut tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Karyawan Tailor Di Kecamatan Ungaran Barat “

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini yaitu :

1.2.1. Adakah hubungan tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

1.2.2. Seberapa besar hubungan tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengatahui hubungan tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

1.3.2 Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

1.4.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Memberikan masukan kepada pemilik tailor untuk meningkatkan produktivitas karyawannya.


(18)

5

1.4.2 Menambah pengalaman dan praktek yang bermanfaat bagi peneliti untuk bekal berwirausaha dalam bidang busana.

1.4.3 Dapat digunakan sebagai bahan acuan perpustakaan bagi mahasiswa untuk termotivasi berwirausaha dalam bidang busana.

1.5.

Batasan Penelitian

1.5.1. Penelitian tentang tingkat pendidikan mengungkap tentang pendidikan formal, non formal, dan in formal karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

1.5.1. Penelitian tentang produktivitas karyawan tailor mengungkap tentang kemampuan kerja dan faktor motivasi, disiplin kerja, kesempatan berprestasi, serta tingkat penghasilan karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

1.6.

Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari salah penafsiran terhadap judul, “Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Karyawan Tailor di Kecamatan Ungaran Barat” maka diperoleh istilah sebagai berikut:

1.5.1 Hubungan

Hubungan adalah rangkaian, keterkaitan antara suatu benda atau keadaan yang satu dengan yang lainnya.(KBBI, 2007:363). Menurut Sutrisno Hadi (1994: 28) Hubungan (korelasi) berarti suatu penyelidikan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan gejala yang satu dengan yang lainnya. Jadi yang dimaksud dengan hubungan adalah keadaan yang terdapat suatu jalinan dari beberapa variabel untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain.

1.5.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat adalah jenjang, strata, atau tata urut (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:856). Pendidikan dengan berdasarkan asal usul kata diartikan sebagai


(19)

6

segala sesuatu yang mengacu pada cara melakukan perbuatan yang mendidik atau membina. (Kamus Besar Bahasa Indonesia ,2007:235)

Pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan sikap dan bentuk– bentuk perilaku lainnya didalam masyarakat tempat ia hidup sebagai proses sosial dimana individu dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.(Achmad Munip, 2004:33)

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian adalah jenjang pendidikan atau pelatihan yang diperoleh melalui lembaga pendidikan formal, pendidikan non formal dan in formal.

1.5.3 Produktivitas

Produktivitas adalah keberhasilan atau kegagalan menghasilkan barang dan jasa dalam kualitas dan kuantitas dengan pemanfaatan yang benar dari sumber daya, pencampaian kerja yang diterapkan pada individu, kelompok dan organisasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:571). Menurut R.D.Jatmiko (2004:147) produktivitas adalah hubungan antara output dan input dalam suatu sistem yang merupakan hasil perolehan output yang lebih dengan menggunakan jumlah input yang sama atau kuantitas yang sama dengan input yang lebih kecil. Pengertian lain produktivitas adalah menghasilkan lebih banyak, dan berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan. (Pandji Anoraga,2006:52)

Dalam Berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai produktivitas, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :


(20)

7

a. Rumusan tradisional bagi seluruh produktivitas tidak lain ialah ratio dari pada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).

b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni : investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset,manajemen dan tenaga kerja. (Murdasyah Sinungan,2008:16).

Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan diatas maka produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Output merupakan keluaran, baik yang berbentuk barang maupun jasa, sedangkan input adalah masukan, yang meliputi tenaga kerja, modal kerja, dan satuan waktu kerja, yang lebih mudah dicapai melalui peningkatan kualitas.

1.5.4 Karyawan tailor

Karyawan adalah pegawai atau pekerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia :2007:243). Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan, (2009:248) karyawan adalah orang– orang penjual jasa dan pendapatannya merupakan kompensasi yang besarnya telah diketahui terlebih dahulu. Pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan karyawan adalah pegawai atau pekerja yang menjual jasa dan pendapatannya merupakan kompensasi yang besarnya telah diketahui terlebih dahulu.Tailor adalah penjahit pakaian pria, tempat menjahit pakaian pria. (M.H.Wancik,2003 :96)

Dari uraian diatas yang dimaksud dengan karyawan tailor adalah pegawai atau pekerja yang menjual jasa ditempat menjahit pakaian pria dan pendapatannya merupakan


(21)

8

kompensasi yang besarnya telah diketahui terlebih dahulu. Karyawan tailor dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat, yang berjumlah 33 tailor dengan karyawan 97 orang.

1.7.

Sistematika Skripsi

Penyusunan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian sebagai berikut: 1.6.1 Bagian pendahuluan

Bagian pendahuluan ini berisikan: a. Halaman judul

b. Halaman penngesahan c. Abstrak

d. Motto dan persembahan e. Kata pengantar

f. Daftar isi g. Daftar table h. Daftar gambar i. Daftar lampiran 1.6.2 Bagian isi

Bagian ini terdiri dari lima bab yaitu BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang 1.2.Rumusan Masalah 1.3.Tujuan Penelitian 1.4.Manfaat Penelitian 1.5.Penegasan Istilah


(22)

9

1.6.Sistematika Skripsi

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Sumber Daya Manusia

2.2. Pendidikan

2.3. Produktivitas Karyawan Tailor 2.4. Karyawan

2.5. Macam–Macam Usaha Tailor 2.6. Kerangka Berfikir

2.7. Hipotesis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian

3.2. Variabel Penelitian 3.3. Populasi Penelitian 3.4. Sampel Penelitian

3.5. Metode Pengambilan Data

3.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

4.2. Pembahasan hasil penelitian 4.3. Keterbatasan penelitian BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan 5.2. Saran 1.6.3 Bagian Akhir


(23)

10

Bagian akhir skripsi berisi : a Daftar Pustaka


(24)

11

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1.

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah potensi yang ada pada diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam, untuk menuju tercapainya kesejahteraan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Potensi sumber daya manusia sangat penting karena potensi sumberdaya manusia pada hakekatnya adalah modal dasar pembangunan nasional. Potensi sumberdaya manusia belum dapat dimanfaatkan secara optimal mengingat sebagian angkatan kerja memiliki keterampilan dan pendidikan yang rendah. Keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap sikap mental tenaga kerja dilingkungan kerjanya yang berakibat rendahnya hasil kerja. Hal ini dapat berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup. Oleh karena itu diperlukan kejujuran untuk membentuk sikap mental dan sosial yang dilandasi semangat dikalangan karyawan dan pengusaha (Murdasyah Sinungan,2002:133).

Penarikan (recruitment) sumber daya manusia adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon tenaga kerja (karyawan) yang mempunyai kemampuan sesuai dengan kebutuhan suatu organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia dalam pengelolaan usaha adalah tenaga kerja, dimana tenaga kerja merupakan orang yang memberikan tenaga, bakat, kreatifitas,dan usaha mereka pada perusahaan (Handoko,1997:233)

Karyawan atau sumber daya manusia merupakan satu–satunya aset perusahaan yang bernafas atau hidup disamping aset–aset lain yang tidak bernafas atau bersifat kebendaan seperti modal, bangunan gedung,mesin peralatan kantor, persediaan barang.


(25)

2.2.

Pendidikan

Pendididikan sangat penting bagi kehidupan manusia, pendididikan merupakan disiplin ilmu tersendiri yang pengkajiannya diperlukan studi khusus. Melalui pendidikan kepribadian dan kemampuan karyawan tailor dapat dibentuk dan dikembangkan. Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa : “Pendidikan usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Zahara idris (1992:4) Mengemukakan bahwa pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi antara manusia dengan anak didik secara tatap muka, menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya agar dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin supaya menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Potensi yang dimaksud meliputi potensi fisik,emosi, moral, pengetahuan dan ketrampilan. Pendapat M Ngalim Purwanto (1993:13) mangatakan bahwa pendidikan adalah sagala usaha yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak–anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Menurut Redja Mudyahardjo (2001:3) berpendapat bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

Berdasarkan pendapat diatas maka pendidikan dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan orang dewasa terhadap anak didiknya secara sadar dan sengaja untuk membantu mengembangkan dan meningkatkan potensi pribadinya baik rohani (pengetahuan dan sikap) maupun jasmani (keterampilan)


(26)

agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat serta mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi pendidikan formal, non formal, dan in formal.

2.2.1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan berprogram, berstruktur, dan berlangsung disekolah, mempunyai bentuk organisasi dibagi dalam waktu–waktu tertentu, berlangsung dari kanak–kanak sampai perguruan tinggi. (Umar T ,1995:63). Pendidikan formal dimulai sejak manusia sadar bahwa pengalaman yang harus dibedakan kepada generasi berikutnya semakin banyak. Hal ini mendorong untuk mengusahakan suatu lembaga yang biasa digunakan untuk menyampaikan berbagai ilmu pengatahuan atau keahlian yang dimiliki. Lembaga ini dikenal dengan nama sekolah, yang mempunyai kewajiban untuk mengusahakan agar kecerdasan pikiran anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Struktur yang harus dilalui dan ditempuh oleh murid pada pendidikan formal seperti SD, SMP, SMU / SMK dan perguruan Tinggi dengan jenjang atau masa belajar tertentu, direncanakan dengan sistematis dengan periode waktu tertentu melalui tahapan–tahapan, seseorang tidak dapat belajar pada SLTP jika tidak memiliki Surat Tamat Belajar pada Sekolah Dasar atau yang sederajad.

Sesuai UU RI No 20 Tahun 2003 bab I Pasal 1 Ayat 11 dinyatakan bahwa “ Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang dan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.”

2.2.1.1. Pendidikan Dasar

Menurut PP No. 28 Tahun 1990, pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya 9 tahun, diselenggarakan 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP atau satuan pendidikan yang sederajad. Pendidkan di Sekolah Dasar bertujuan memberikan bekal


(27)

kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama. Pada Sekolah Dasar diberikan pengetahuan yang bersifat umum dan mendasar seperti mata pelajaran matematika, agama, bahasa Indonesia, manulis, membaca, kerajiana tangan. Sehingga dari sekolah dasar hanya akan memperolah bekal kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang masih dasar dan sedikit.

Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di Sekolah Dasar. Manfaat bagi siswa adalah mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara yang sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat atau mengikuti pendidikan menengah. Pada SMP mata pelajaran yang diberikan lebih luas daripada SD , misalnya diberikan mata pelajaran ketrampilan jasa dan PKK baik boga maupun busana. Mata pelajaran PKK merupakan muatan lokal yang memberikan pelajaran tentang busana seperti menyulam, membuat pola, dan menjahit. Bahan kajian mangenai busana masih taraf sederhana, sehingga pengetahuan dan keterampilan bidang busana masih sedikit. Seorang karyawan tailor yang mencapai pendidikan formal sampai tingkat dasar dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya akan terbatas sesuai dengan pengatahuan yang dimilikinya.

2.2.1.2. Pendidikan Menengah

Menurut PP No 29 Tahun 1990, Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. (Abu Ahmadi, 2001:163)


(28)

2.2.1.2.1. Pendidikan Menengah Umum

Pendidikan menengah umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan, peningkatan keterampilan, dan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat akhir masa pendidikan. (Madyo Eko Susilo,1993:80). Pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Sekolah Menengah Umum menyelenggarakan program yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memasuki perguruan tinggi dan kurikulum yang menitik beratkan pada pengetahuan yang bersifat akademik. Sekolah Menengah Umum mempunyai dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Mata pelajaran yang bersifat umum seperti PKN dan bersifat khusus sesuai jurusan IPA mempelajari fisika dan jurusan IPS mempelajari akuntansi. Pada Sekolah Menengah Umum tidak diberikan pelajaran PKK sehingga lulusan sekolah menengah umum tidak mempunyai keterampilan bidang busana kecuali jika mengikuti kursus menjahit. Dengan demikian karyawan tailor dengan tingkat pendidikan sekolah menengah umum untuk dapat mengerjakan pekerjaanya menjahit harus belajar dalam bidang busana dengan mengikuti kursus menjahit ataupun belajar secara otodidak di tailor.

2.2.1.2.2. Pendidikan Menengah Kejuruan

Pendidikan menengah kejuruan adalah lembaga pendidikan sekolah yang mempersiapkan anak untuk menguasai keahlian–keahlian tertentu seperti : SMEA, SMKK, STM, dan sebagainya. (Hasbullah,2001:53) Pada pendidikan menengah kejuruan kurikulum bersifat fungsional yang berisi teori dan praktek sesuai jenis sekolahnya. Mata pelajaran sesuai dengan ciri khas sekolah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum nasional. Pada SMEA terdapat jurusan akuntasi, manajemen, dan lain-lain. Untuk SMKK terdiri dari jurusan tata busana, tata boga, tata kecantikan dan pariwisata.


(29)

Dan STM terdiri dari jurusan elektro, mesin otomotif, teknik bangunan dan teknik listrik industri.

Pemerintah juga mempunyai program dalam dunia pendidikan, yaitu untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMU. Perubahan jumlah sekolah ini dipicu data yang diperoleh dilapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMU. Pada dasarnya SMU diprogramkan untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill (untuk SMU) bisa dikatakan tidak ada. Berbeda dengan dunia SMK, mereka dituntut untuk menguasai untuk skill serta harapan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

SMK dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dari segi keterampilan kerja, maka dari itu saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan lulusan SMK. Dinas pendidikan telah menganjurkan untuk lebih memilih SMK karena lebih menjanjikan dalam dunia kerja.

Pendidikan menengah kejuruan benar–benar mempersiapkan peserta didik untuk terjun didunia kerja, maka karyawan tailor yang mencapai pendidikan sekolah menengah kejuruan khususnya jurusan tata busana mampu mengerjakan pekerjaanya yang beraneka ragam sesuai dengan pesanan pelanggan dengan baik karena telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas.

2.2.1.3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat diartikan sebagai perguruan tinggi yaitu suatu istilah umum dalam kelembagaan pendidikan yang digunakan untuk menunjukkan suatu lembaga yang memberikan pendidikan yang setinggi–tingginya antara lain mencakup akademi, sekolah tinggi, institute, dan universitas (Achmad Munif,2002:189). Menurut


(30)

Cipta Ginting (2003:137) Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah.

Pengajaran suatu mata kuliah pada pendidikan tinggi biasanya mencakup berbagai kegiatan seperti kuliah, praktikum, diskusi dan response. Praktikum yang efektif bermanfaat dalam melatih keterampilan mahasiswa, menerapkan dan mengintegrasikan pengetahuan secara nyata, membuktikan sesuatu secara ilmiah, serta menimbulkan penghargaan terhadap ilmu dan keterampilan yang dimiliki (Cipta Ginting, 2003:105). Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi telah mencapai kedewasaan yang baik dan matang, sehingga dalam pengkajian materi lebih diarahkan pada tanggung jawab kepada diri sendiri maupun masyarakat.

2.2.2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan diluar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan menggantikan pendidikan formal dalam aspek–aspek tertentu seperti : pendidikan dasar dan keterampilan khusus. Pendidikan non formal diselenggarakan dengan sengaja dan sistematis, tertib, berencana, diluar persekolahan dengan menyesuaikan waktu pelaksanaan, waktu yang diberikan, proses belajar yang dipakai, fasilitas dan tenaga pengajar dengan kebutuhan dan keadaan peserta didik agar memperoleh hasil yang memuaskan. Pendidikan non formal antara lain, pendidikan mayarakat, keolahragaan, keterampilan, kepemudaan, dan kebudayaan. Lembaga Pendidikan keterampilan (LPK) memberikan pengetahuan berupa kursus menjahit, kursus memasak, kursus merias, kursus bahasa Inggris, kursus komputer. Kursus menjahit terdiri dari tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir.Pendidikan non formal juga dapat berupa seminar,pelatihan,tentang busana. Pengajaran dalam pendidikan non formal mempunyai nilai praktis dan dapat digunakan untuk bekerja di tailor.


(31)

2.2.3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah suatu proses yang sesungguhnya terjadi seumur hidup karena tiap–tiap individu memperoleh sikap, nilai, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman sehari–hari, teman, pergaulan, pasar, perpustakaan, dan media massa. Pada umumnya tidak terdapat perjenjangan. Pendidikan ini berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa orang tertentu harus diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Namun demikian pendidikan informal ini sangat penting bagi pembentukan pribadi seseorang. Pengaruh oramg tua, orang lain yang ditemui anak dalam pergaulan sehari hari dapat membentuk sikap dan nilai–nilai yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam hidupnya.

Pendidikan yang diperoleh dari keluarga disebut sebagai lingkungan atau lembaga pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidikan yang lain inilah yang pertama ada. Kegiatan membuat busana ini merupakan suatu kegiatan rutinitas bagi keluarga tersebut untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka secara tidak langsung anak–anak mereka mewarisi keahlian yang dimiliki orang tuanya. Sejak kecil mereka melihat kegiatan orang tuanya setelah tumbuh dan berkembang, mereka mulai mencoba dan menirukan untuk menjahit,sehingga secara tidak sadar telah terjadi adanya proses belajar mengajar yang dilakukan di lingkungan keluarga yang merupakan pendidikan informal. Pendidikan ini diberikan secara turun temurun kepada anak –anaknya. Seorang penjahit yang memiliki keturunan menjahit dari orang tuanya akan dapat lebih terampil dibandinngkan dengan pengrajin ynag bukan dari keturunan penjahit, sehingga keterampilan yang dimiliki tidaklah sama antara penjahit yang satu dengan yang lainnya. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas kerjanya.


(32)

2.3.

Produktivitas Karyawan Tailor

2.3.1. Produktivitas

Sumber daya manusia modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang dan jasa. Penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara ekstensif telah banyak ditinggalkan orang.Sebaliknya pola itu bergeser menuju penggunaan cara lebih intensif dari semua sumber–sumber ekonomi. Sumber–sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan ketrampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan berbagi input lainnya yang bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal yang bisa dihemat. Yang jelas waktu tidak terbuang sia–sia, tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara dengan baik, efektif, dan efisien. Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental terhadap kemajuan dan kehidupan yang lebih mudah dicapai melalui peningkatan kualitas.

Produktivitas adalah keberhasilan atau kegagalan menghasilkan barang dan jasa dalam kualitas dan kuantitas dengan pemanfaatan yang benar dari sumber daya, pencampaian kerja yang diterapkan pada individu, kelompok dan organisasi. (Kamus Bahasa Indonesia,2007:571). Menurut R.D. Jatmiko (2004:147) Produktivitas adalah hubungan antara output dan input dalam suatu sistem yang merupakan hasil perolehan output yang lebih dengan menggunakan jumlah input yang sama atau kuantitas yang sama dengan input yang lebih kecil.


(33)

Pengertian lain dari produktivitas adalah menghasilkan lebih banyak, dan berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan. (Pandji Anoraga,2006:52). Produktivitas merupakan sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang diproduksi dengan sumber (tenaga kerja, modal, tanah, energi) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Dengan demikian untuk menghasilkan barang atau jasa dibutuhkan sumber-sumber, baik yang berupa tenaga kerja, modal, dan kemampuan lainnya. Dalam melaksanakan target produktivitas, tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan penting, karena peranan manusia dalam kegiatan organisasi dapat bersifat multi fungsi. Manusia dapat berperan sebagai perencana, pelaksana, penggerak, dan pengawas.

Menurut Muchdarsyah Sinungan (2008:16) terdapat banyak sekali pengertian mengenai produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Rumusan tradisional bagi seluruh produktivitas tidak lain ialah ratio dari pada apa yang dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).

b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni : investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen dan tenaga kerja.

Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan diatas maka produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Output merupakan keluaran, baik yang


(34)

berbentuk barang maupun jasa. Sedangkan input adalah masukan, yang meliputi tenaga kerja, modal kerja, dan satuan waktu kerja. Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental terhadap kemajuan dan kehidupan produktivitas lebih mudah dicapai melalui peningkatan kualitas.

Pentingnya produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang maupun jasa. Peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dan perolehan produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja.

Konsep produktivitas didasarkan pada asumsi :

1. Suatu organisasi bisnis adalah suatu badan yang mampu menentukan nasibnya. 2. Organisasi yang produktif akan menyingkirkan organisasi yang kurang produktif. 3. Organisasi harus berkembang supaya bertahan hidup.

4. Kesehatan organisasi diukur berdasarkan gambaran keuntungan jangka pendek dan jangka panjang.

5. Kwalitas yang rendah akan menyebabkan kerugian. (Sedarmayanti, 2009:203)

Produktivitas merupakan tujuan dari setiap organisasi apapun bentuknya, maka upaya–upaya yang mengarah pada pencapaiannya terus dilakukan. Kualitas merupakan unsur yang paling penting dalam upaya peningkatan produktivitas, kualitas tidak terlepas dari aspek persaingan. Produktivitas mempunyai lima dimensi, yaitu : efisiensi, efektivitas, mutu, pelayanan, dan edge (kompetitif). Dengan kelima dimensi tersebut, maka dalam mewujudkan pandangan tersebut tidak mudah, banyak hal yang harus


(35)

dilakukan. Salah satunya adalah dengan adanya pemahaman tentang hakekat manusia yang produktif, artinya bahwa organisasi harus mampu menjamin dipilihnya orang yang tepat dengan pekerjaan yang tepat serta kondisi yang memungkinkan mereka bekerja secara optimal, dengan kata lain produktivitas kerja bukan hanya sebaik–baiknya, tetapi bagaimana ia melakukan pekerjaan tersebut.

Produktivitas individu mendapat perhatian cukup besar, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebenarnya produktivitas manapun bersumber dari individu yang melakukan kegiatan. Namun individu yang dimaksudkan adalah individu sebagai tenaga kerja yang memiliki kualitas kerja yang memadai. Kualitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhi sebagai persyaratan, spesifikasi dan harapan. Produktivitas individu merupakan perbandingan antara efektivitas keluaran (pencapaian kinerja yang maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (pegawai) yang mencakup kuantitas, kualitas dalam satuan waktu. (Sedarmayanti,2009:203)

2.3.1.1. Karyawan Yang Produktif

Karyawan atau dengan kata lain pegawai atau pekerja, adalah orang yang bekerja pada suatu pekerjaan tertentu. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam organisi perusahaan.

Elemen penting dalam sebuah usaha yaitu pemberdayaan karyawan, oleh karena itu karyawan perlu mendapat perhatian khusus dari manajemen, yaitu dengan cara memberdayakannya kearah yang lebih baik. Selanjutnya terdapat tiga dimensi dalam membangun pemberdayaan karyawan yaitu:


(36)

2) Membangun kemampuan ( capability )

3) Membangun kepercayaan (trust), bila dicapai dengan cara saling mempercayai antara para manajer dan para karyawan (IGP Kawiana, 2009 :2)

Produktivitas dapat ditinjau berdasarkan tingkatnya dengan tolak ukur masing– masing. Tolak ukur produktivitas kerja dapat dilihat dari kinerja pegawai. Untuk melihat sejauh mana produktivitas kerja pegawai, diperlukan penjelasan tentang dimensi, urut, indikator dan kriteria yang menyatakan prodiktivitas kerja pegawai. Dimensi produktivitas menyangkut masukan, proses atau produk atau keluaran. Masukan marajuk kepada pelaku produktivitas dan produk sedangkan keluaran berkaitan dengan hasil yang dicapai.

Produktivitas kerja bukan semata–mata ditujukan untuk mendapat hasil kerja sebanyak–banyaknya, melainkan kualitas kinerja juga penting diperhatikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Laeham dan Wexley (1928:2,dalam Sedarmayanti 2009:234);

……… Performance appraisals are crucial to the effectivity menegent of an organization’s human resources, and the proper management of human resources iis a critical variable affecting an organization’s productivity”.

“produktivitas individu dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya. Dengan kata lain, produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksakan pekerjaannya atau untuk kerja (job performance)”.

Sejauh mana seorang pegawai dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam kerja, tergantung dari kemampuan dan kecakapannya. Setiap jenis pekerjaan menuntut pengetahuan, kecakapan dan keterampilan tertentu, agar pekerjaan menuntut pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang menentukan


(37)

kesiapan untuk melakuan suatu pekerjaan,hal mana tergantung dari pendidikan yang telah diterima maupun pelatihan yang telah didapat.

Pada umumnya, seorang pegawai akan mengalami kepuasan kerja apabila mempunyai kebebasan dalam menentukan pekerjaan yang ingin dilakukannya dengan cara yang diinginkanya. Demikian pula peran serta dan keterlibatan diri tanpa paksaan, akan meningkatkan motifasi kerja.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Para pegawai sebagai faktor yang menentukan produktivitas kerja semakin kuat oleh adanya kemajuan teknologi yang mempermudah cara pembuatan barang dan jasa yang tepat serta melibatkan pegawai sebagai faktor produksi.

Apabila tenaga yang dikeluarkan, waktu yang dihabiskan dan pikiran yang di curahkan oleh seorang pegawai untuk mengatur segenap sarana dan sumber daya tersebut masing-masing ditunjukkan kepada sasaran yang produktif, maka diharapkan volume atau jumlah produk yang dihasilkan akan meningkat. Dengan data kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang tentram, aman dan menyenangkan maka akan dapat dicapai produktivitas kerja yang tinggi.

Produktivitas pegawai perlu memperhatikan usaha yang dilakukan pegawai dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui berbagai kegiatan yang berkesinambungan, dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dirinya sesuai dengan tuntutan tugas. Dengan demikian, pengukuran produktivitas kerja pegawai disamping berkaitan dengan tugas utamanya juga perlu dilihat dari kualivikasi dan pengembangan profesionalnya.


(38)

Ciri–ciri individu yang produktif, yaitu : (1) cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat, (2) kompeten secara profesional, (3) kreatif dan inovatif, (4) memahami pekerjaan, (5) belajar dengan cerdik menggunakan logika, efisien, tidak mudah macet dalam pekerjaan, (6) selalu mencari perbaikan– perbaikan, tetapi tahu kapan harus berhenti, (7) dianggap bernilai oleh atasannya, (8) memiliki catatan prestasi yang baik, dan (9) selalu meningkatkan diri. (IGP Kawiana,2009:7)

Pribadi yang produktif adalah pribadi yang yakin akan kemampuan dirinya, yang dalam istilah psikologi sering disebut sebagai orang yang memiliki rasa percaya diri (Selft Konfidence), harga diri (Selft Esteem) dan konsep diri (Selft Concept) yang tinggi, orang yang demikian dapat dikatakan sebagai orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Hal tersebut berkaitan dengan individu yang kratif, yakni memiliki kepandaian untuk menggunakan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan persoalan. Individu produktif adalah orang yang memiliki kasih sayang, kecakapan untuk menggunakan kemampuannya dan dapat merealisasikan potensi yang ada pada dirinya, individu yang menghasilkan produk yang bermutu, dapat diamati serta berguna bagi masyarakat, maksudnya berkenaan dengan kontribusi individu secara kualitatif, yang mempunyai dampak positif bagi masyarakat.

2.3.1.2. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Produktivitas pada tingkatan perorangan dipengaruhi oleh faktor–faktor yang bersifat nyata ataupun tidak nyata, misalnya alat–alat, perlengkapan, kondisi lingkungan kerja, proses–proses, pengetahuan tentang pekerjaannya dan motivasi.

Pandji Anoraga,(2004:178-179) faktor–faktor yang mempengaruhi produtivitas kerja karyawan adalah sebagai berikut :


(39)

1. Motivasi

Pimpinan organisasi perlu mengetahui motifasi kerja dari anggota organisasinya (karyawan). Dengan mengetahui motifasi itu maka pimpinan dapat mendorong karyawan bekerja lebih baik.

2. Pendidikan

Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik, hal demikian ternyata merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan, mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal–hal yang bersifat baru didalam cara atau suatu sistem kerja.

3. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang erat dengan motifasi, kedisiplinan dengan suatu latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja karyawan.

4. Ketrampilan

Ketrampilan banyak mempengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan, ketrampilan karyawan dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui training, kursus– kursus, dan lain–lain

5. Sikap etika kerja

Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang didalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain. Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena dengan tercapainya hubungan yang selaras dan serasi serta seimbang antara perilaku dalam proses produksi akan meningkatkan produktivitas kerja.


(40)

6. Gizi dan kesehatan

Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang didapat, hal itu akan mempengaruhi kesehatan karyawan, dengan semua itu akan mempengaruhi terhadap produktivitas kerja karyawan.

7. Tingkat penghasilan

Penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja karyawan karena semakin tinggi prestasi karyawan akan makin besar upah yang diterima. Dengan itu maka akan memberikan semangat kerja setiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja karyawan akan tercapai.

8. Lingkungan kerja dan ikatan kerja

Lingkunan kerja dari karyawan disini termasuk hubungan kerja karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan kerja, penerangan dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja karena tidak ada kekompakan dalam kelompok kerja atau ruang kerja yang tidak menyenangkan, hal ini akan mengganggu kerja karyawan.

9. Teknologi

Dengan adanya kemajuan teknologi yang meliputi peralatan yang semakin otomatis dan canggih, akan mendukung tingkat produksi dan

mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan. 10. Sarana produktif

Faktor–faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses produksi. 11. Jaminan sosial

Perhatian dan pelayanan perusahaan pada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja.


(41)

12. Menejemen

Dengan adanya menejemen yang baik maka karyawan akan berorganisasi dengan baik, dengan demikian produktivitas kerja karyawan akan tercapai.

13. Kesempatan berprestasi

Setiap orang akan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dengan diberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan produktivitas.

2.3.2. Kemampuan Kerja

Moenir (1994), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan dalam hubungannya dengan pekerjaan adalah suatu keadaan pada seseorang yang secara penuh kesanggupan berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaan sehingga menghasilkan suatu yang optimal. Dengan demikian dengan kemampuan yang tinggi, seorang pegawai akan mampu berbuat banyak bagi organisasi, sebaliknya dengan kemampuan yang rendah seseorang pegawai tidak akan dapat meyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, yang akhirnya akan menghambat pencapain tujuan organisasi. Kemampuan merupakan kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan serupa. Kemampuan pada hakekatnya menujukkan kecakapan seperti kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebabankan kepadanya. Kemampuan kerja dalam penelitian ini adalah kemampuan karyawan tailor dalam pengetahuan bahan busana, pembuatan pola, teknik memotong dan teknik menjahit, serta


(42)

hasil kerja. Pengatahuan bahan busana terdiri dari kemampuan karyawan dalam memilih model sesuai bahan, memilih panjang setikan sesuai bahan, dan memilih jarum masin sesuai dengan bahan. Untuk pembuatan pola terdiri dari kemampuan karyawan dalam pembuatan pola dengan teknik konstruksi dan teknik pola standart dalam pembuatan celana, kemeja, safari, blaser, dan jas. Kemampuan karyawan dalam teknik memotong dan menjahit meliputi kemampuan menjahit dengan teknik tailoring, semi tailoring, semi konveksi dan konveksi.

Hasil kerja adalah sesuatu yang diperoleh atau didapat karena melakukan sesuatu hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sesuatu hal disini adalah pekerjaan pembuatan busana yang dilakukan oleh karyawan tailor di Kecamatan Uangaran Barat. Hasil pekerjaan atau prestasi kerja seorang individu dapat langsung diukur secara objektif, melalui berapa jumlah yang dihasilkan maupun mutu yang dihasilkan (Wijono,2007:35). Hasil kerja dalam penelitian ini adalah kemampuan karyawan tailor dalam menjahit dengan kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan. Kuantitas yaitu banyaknya pakaian yang dihasilkan karyawan tailor dalam satu hari. Kualitas yaitu kemampuan karyawan dalam menjahit dengan rapi, halus, cepat, tepat waktu dan penyelesaian busana dengan baik.

2.4.

Macam

Macam Usaha Busana

Pada masa–masa terakhir ini ada kecenderungan bagi masyarakat di Indonesia lebih suka membeli pakaian jadi dari pada menjahit sendiri. Hal ini disebabkan oleh macam–macam alasan, antara lain: banyak anggota keluarga, baik suami maupun istri bekerja diluar rumah sehinngga tidak ada kesempatan untuk menjahit pakaiannya sendiri, dan modelnya dapat memenuhi selera masing –masing orang. Sejalan dengan keadaan


(43)

ini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ini muncullah bermacam–macam usaha busana.

Macam–macam usaha busana mempunyai sifat–sifat tertentu. Menurut (Rulanti S, 1997:111) Usaha busana menurut sifatnya dibedakan menjadi tiga yaitu bersifat sosial : pada pelayanan dipanti–panti sosial dan pada lembaga permasyarakatan. Kedua usaha busana yang bersifat semi komersial : pembuatan pakaian atau busana untuk pasien dirumah sakit, meskipun pakaian yang dikenakan tidak semata–mata dibebani biaya, tetapi telah diperhitungkan dalam servis perawatan secara keseluruhan.Dan yang ketiga usaha busana yang bersifat komersial : kursus usaha menjahit, butik, modiste, konveksi, mode atelier, dan tailor.

Penelitian ini menitik beratkan pada usaha busana tailor yang merupakan usaha yang banyak bermunculan, tumbuh dengan pesat dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga. Tailor adalah penjahit pakaian pria, tempat menjahit pakaian pria.(M.H.Wancik,2003:96). Menurut Tigor P (1996:173) tailor adalah usaha jahit menjahit pakaian. Usaha tailor merupakan usaha jahit–menjahit yang menerima pasanan pembuatan pakaian pria, misalnya : jas, safari, celana, dan kemeja. Pada saat sekarang ini usaha tailor juga menerima pesanan pembuatan pakaian wanita.Untuk menjahitkan pakaian pada usaha tailor biasanya pemesan datang dengan membawa bahan berupa kain, sedangkan bahan tambahan berupa kancing, benang, kain kapas dan resluiting sudah disediakan oleh penjahit. Ada juga usaha tailor yang sudah menyediakan kain untuk dijual sehingga konsumen langsung dapat membeli ditempat tersebut.

Usaha tailor dalam proses pembuatan pakaian memakai sistem kerja persatuan, artinya setelah kain dipotang diserahkan ke bagian penjahitan dan dikerjakan perpotong sampai selesai, dimana sistem kerja ini menuntut kehalusan dan ketelitian, sehingga


(44)

jahitan seorang karyawan tailor halus dan rapi. Setiap pakaian yang dipesan akan selesai sesuai perjanjian dengan pemesan.Sistem menjahit usaha tailor adalah sistem tailoring artinya dalam penyelesaian pakaian menggunakan furing penuh misalnya jas, dan sistem semi tailoring artinya penyelesaian pakaian menggunakan furing sebagian, misalnya safari. Usaha tailor biasanya dikelola oleh seorang pria, karyawannya juga kebanyakan pria dan sedikit yang wanita.

2.5.

Kerangka Berfikir

Produktivitas merupakan komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu perusahaan, menunjukkan tingkat kualitas usaha dalam menghadapi persaingan sehingga suatu usaha dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produktivitas juga merupakan ukuran tingkat efisiensi dan aktivitas setiap sumber daya (tenaga kerja, mesin,bahan) yang digunakan selama proses produksi berlangsung dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan dengan setiap sumber yang digunakan atau seluruh sumber.

Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran dari produksi dan aktivitas, daya produksi sebagai penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produksi tersebut. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output saja, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu : sisi output dan sisi input.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan jasa) Masukan (input) tersebut dinamakan faktor produksi, masukan atau faktor produksi dapat berupa tenaga kerja, bahan, teknologi, dan energi. Salah satu masukan seperti tenaga kerja, dapat menghasilkan keluaran yang dikenal dengan produktivitas individu, atau yang dapat juga disebut sebagai produktivitas parsial.Kemauan dari seorang karyawan tailor untuk


(45)

menghasilkan sebuah produk pakaian, ditinjau dari penggunaan waktu dan hasil kerja yang efisien merupakan produktivitas karyawan tailor. Langsung maupun tidak langsung produktivitas karyawan tailor memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas usaha, karena peningkatan usaha tergantung pada hasil kerja karyawan baik kuantitas maupun kualitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya produktivitas karyawan tailor antara lain motivasi, disiplin kerja, tingkat penghasilan, dan kesempatan berprestasi,.

Produktivitas kerja sering dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Diasumsikan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dicapainya. Tingkat pendidikan diperoleh melalui lembaga pendidikan formal, yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi–potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, cipta,rasa dan budi nurani) serta jasmani (panca indra dan keterampilan).

Pendidikan dapat diperoleh melalui sekolah atau pendidikan formal yang memberikan pengetahuan dan wawasan secara umum maupun secara khusus tentang tata busana dan pengatahuan lainnya sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada, melalui pendidikan non formal seperti pelatihan atau kursus tentang tata busana, dan melalui pendidikan in formal yakni pendidikan yang berada didalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal. Keterampilan tata busana yang diperoleh secara turun temurun.

Produktivitas kerja dari karyawan tailor yang satu dengan yang lainnya tidak sama, karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki juga berbeda,Produktivitas dapat meningkat apabila karyawan tailor mau bekerja keras dan penuh tanggung jawab,


(46)

sehingga dapat menghasilkan produk pakaian sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan.

Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa karyawan tailor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik pula. Pengetahuan dan ketermpilan tata busana dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal, non formal, dan in formal, sehingga dapat memberikan wawasan yang luas dan kreatifitas yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas kerangka berfikir penelitian ini dapat dibuat sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian

2.6.

Hipotesis

Landasan teori diatas mengajukan hipotesis yang merupakan pendapat sementara yang masih perlu di teliti dan dibuktikan ketelitiannya.

Adapun hipotesis tersebut adalah Tingkat Pendidikan

(Variabel X) 1. Formal 2. Non Formal 3. In Formal

Produktivitas Karyawan Tailor

(Variabel Y) 1. Motivasi 2. Disiplin Kerja 3. Kemampuan Kerja 4. Kesempatan

Berprestasi


(47)

1. Hipotesis Kerja ( Ha )

Bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

2. Hipotesis Nihil ( Ho )

Bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.


(48)

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang digunakan untuk mengungkap masalah penelitian. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan dekskriptif kuantitatif, artinnya mendrekskripsikan hal–hal terkait dengan tujuan penelitian secara kuantitatif. Disamping itu juga ingin melihat hubungan antara tingkat pendidikan tarhadap produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.

3.2.

Populasi Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat yang berjumlah 97 karyawan dari 33 tailor.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian Karyawan Tailor di Kecamatan Ungaran Barat

NO NAMA TAILOR NAMA

PENGUSAHA

JUMLAH KARYAWAN

1 Larissa Tailor Bp. Purhadi 3 orang

2 Mulya tailor Bp. Mulya 2 orang

3 Shella Tailor Bp. Muazalin 2 orang

4 Idola Tailor Bp. Agus 6 orang

5 ABC Tailor Bp. Sutopo 2 orang

6 Family Tailor Bp. Hajari 3 orang

7 Barokah Tailor Bp. Nurkolis 12 orang

8 Sanjaya Tailor Bp. Hartono 2 orang

9 Esa Tailor Bp Erik 3 orang

10 Ratih Tailor Ibu Marsini 2 orang

11 Ulya tailor Bp Dzakirin 2 orang

12 Cita Karya Tailor Bp Abdul 2 orang

13 Baru Tailor Ibu Titik 2 orang

14 Santana Tailor Bp Santono 3 orang


(49)

16 Andyka Tailor Bp.Kusyanto 2 orang

17 Serasi Tailor Bp Ehsan 2 orang

18 Goen Tailor Bp Gunawan 2 orang

19 Karya Barokah Tailor Bp Ahmad 2 orang

20 Kiki Tailor Bp Kiki 2 orang

21 Estika Tailor Bp Kuslani 2 orang

22 Kerent Tailor Bp Pandu 11 orang

23 Bonavid Tailor Bp Subhan 5 orang

24 Sinar Tailor Bp Sutoro 2 orang

25 Jaya Tailor Bp Suroso 2 orang

26 Java Tailor Bp Muhtarom 2 orang

27 Alvin Tailor Bp Alvin 2 orang

28 Cahaya Indah Tailor Bp Roni 1 orang

29 AA Tailor Bp Yasman 2 orang

30 Ahmad Tailor Bp Ahmadi 2 orang

31 Karya Tailor Bp Azab 3 orang

32 Relax Tailor Bp Munalip 2 orang

33 Arman Tailor Bp Arman 2 orang

Jumlah Karyawan 97 orang

3.3.

Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,2002:109). Pengambilan sampel untuk penilitian menurut Suharsimi Arikunto, menyatakan jika subjeknya kurang dari 100 sebaiknya diambil semua, jika subjeknya besar sampel dapat diambil 10–15 % atau 20–25 % atau lebih (Suharsimi Arikunto,2002:112). Karena jumlah populasinya 97 responden yang berarti kurang dari 100, maka semua diambil sebagai sampel dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah totalitas sampling, karena semua responden yang ada dalam populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.

Untuk uji coba instrument (try out) dilakukan di luar kecamatan yang mempunyai karakteristik sama, uji coba dilakukan di Kecamatan Bergas yaitu karyawan tailor di Kecamatan Bergas sebanyak 30 orang karyawan.


(50)

3.4.

Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian(Suharsimi Arikunto,2002:9), variabel dalam penelitian ini adalah:

3.4.1.Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain disebut juga independen variabel. Variabel bebas dalam penelitian adalah tingkat pendidikan karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat.Meliputi tiga indikator:

a. Pendidikan Formal b. Pendidikan Non Formal c. Pendidikan In Formal 3.4.2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel akibat, disebut juga variabel dependen. Variabel terikat dalam penelitian adalah produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat, indikatornya meliputi:

a.Motivasi b.Disiplin Kerja

c.Kesempatan Berprestasi d.Tingkat Penghasilan e.Kemampuan Kerja

3.5.

Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data adalah metode-metode yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam suatu penelitian dapat digunakan beberapa metode, hal ini dimaksudkan agar data yang terkumpul semakin lengkap karena setiap metode terdapat kelemahan maupun kelebihan. Dengan digunakan beberapa metode


(51)

secara bersama-sama dalam penelitian ini, dimaksudkan dapat mengurangi kelemahan metode tertentu.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah 3.5.1. Metode Observasi

Metode observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra seperti penglihatan, penciuman, perabaan. ( Suharsimi arikunto, 2002:145)

Metode observasi digunakan sebagai surve awal untuk memperoleh data mengenai penentuan usaha tailor yang ada di Kecamatan Ungaran Barat yang tidak dapat diungkap dengan metode angket atau yang lainnya, sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan akurat. Metode observasi dilakukan peneliti dengan pengamatan. Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah tailor di Kecamatan Ungaran Barat dan jumlah karyawan di setiap tailor yang ada di Kecamatan Ungaran Barat.

3.5.2. Metode Angket

Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden. (Suharsimi arikunto, 2002:130)

Metode angket digunakan untuk mengungkap :

a) Tingkat pendidikan karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat dengan indikator pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan in formal

b) Produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Uangaran Barat dengan indikator motivasi, disiplin kerja, kesempatan berprestasi, dan tingkat penghasilan.

Perencanaannya dengan cara menyebarkan angket langsung pada responden. Metode angket digunakan dengan alasan untuk menghemat waktu dan tenaga, karena dalam waktu singkat dapat diperoleh data yang diperlukan.


(52)

Selain itu, peneliti beranggapan bahwa :

a) Subyek adalah orang yang paling mengerti keadaan dirinya. b) Perkataan subyek adalah benar dan dapat dipercaya.

Bentuk pertanyaan yang digunakan berupa pertanyaan tertutup yaitu memberikan soal sekaligus dengan alternatif jawaban, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia.

3.5.3. Metode Interview atau Wawancara

Metode interview ini digunakan untuk memperoleh jawaban dari responden dengan cara bertatap muka, metode ini dilakukan untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari angket. Wawancara dilakukan kepada pengusaha tailor untuk memperoleh data tentang produktivitas keryawan tailor dengan indikator kemampuan kerja karyawan tailor berupa kemampuan karyawan dalam pengatahuan bahan, pembuatan pola, cara memotong dan teknik menjahit, kualitas dan kuantitas kerja karyawan.

3.6.

Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

3.6.1. Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat–tingkat kevalitan dan kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto,2002:160). Untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen, maka instrumen yang telah disusun perlu diuji coba kapada sebagian responden. Hasil uji coba dilakukan perhitungan menggunakan analisis butir.

Teknik uji coba dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar dari pearson, sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

. . .

    Y Y N X X N Y X XY N rxy


(53)

rxy = 30 6570 - 50

3760

30 108 - 50 30 481550 - 3760

= 0,602

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi produk moment N = Jumlah responden

∑X = Jumlah skor butir (X) ∑Y = Jumlah skor total (Y)

Berdasarkan hasil try out pada N = 30 diperoleh hasil rxy (r hitung) sebesar 0,602

lebih besar dari rtabel 0.367 pada α = 5%, karena r hitung lebih besar dari rtabel maka

dinyatakan valid dan instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian. 3.6.2.Reliabilitas instrumen

Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk menggunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2002 :170). Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya instrumen, hasil uji coba ditabulasikan dalam table analisis data dan dicari varian tiap item, kemudian dijumlahkan menjadi varian total. Rumus yang akan digunakan adalah rumus Alpha yaitu :

               

2

1 2 11 1 1

b k K r

r11 = 50

1 -

25,817 50 - 1 355,06

2

2




(54)

r11 = 0,946

Keterangan:

r11 = Reliabilitas alat ukur

k = Banyaknya butir soal ∑σb² = Jumlah varian butir

σt² = Varian total ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 193 )

Dalam menentukan reliabel atau tidaknya instrumen dilakukan dengan cara mengkonsultasikan harga r11 dengan rtabel product moment pada taraf signifikan 5%.

Apabila r11 lebih besar dari rtabel, maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel dan

dapat digunakan untuk mengambil data. Apabila r11 lebih kecil dari rtabel, maka instrumen

tersebut tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengambil data.

Berdasarkan hasil try out pada N = 30 diperoleh nilai r11 sebesar 0,946 lebih besar

dari rtabel sebesar 0, 367 pada taraf signifikan 5%, karena r11 lebih besar dari rtabel maka

dinyatakan reliabel sehingga instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.

3.7.

Uji Prasyarat

3.7.1. Uji Normalitas

Sebelum data dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu data di uji dengan uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Apabila distribusi normal maka dapat menggunakan statistik parametrik dan pabila tidak normal dapat menggunakan statistik non parametrik.


(55)

%

100

X

%

N

n

100% 100% x 4 4 100% x maksimal Skor maksimal Skor    25,00% 100% x 4 1 100% x maksimal Skor minimal

Skor

3.8.

Analisis Data

Metode yang akan digunakan terdiri dari dua analisis yaitu analisis deskriptif prosentase dan korelasi product:

3.8.1.

Analisis Deskriptif Persentase

Analisis deskriptif presentase yaitu analisis yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadan atau fenomena(Suharsimi Arikunto,2006:239) . Analisis deskriptif persentase dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat pendidikan karyawan tailor dan keadaan produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat. Teknik analisis deskriptif persentase dengan rumus :

Keterangan :

n : jumlah skor observasi yang diperoleh N : skor ideal (skor maksimal butir soal x)

% : tingkat persentase yang dicapai (Ali 1993 : 184) a. Mencari persentase maksimal

b. Mencari persentase minimal

c. Menghitung rentang persentase

Rentang = Persentase maksimal – Persentase minimal = 100% - 25,00% = 75,00%


(56)

19 18,75 4 75 option jumlah ndah skor tere

-inggi skor tert nilai Interval    

d. Menentukan interval nilai

e. Membuat tabel kriteria persentase sebagai berikut: Tabel 3.2 Krirteria Persentase

Kelas interval persentase Kriteria 82 % - 100 %

63 % - 81 % 45 % - 62 % 25 % - 44 %

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah

Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya di bandingkan dengan kriteria persentase untuk ditarik kesimpulan.

3.8.2.

Korelasi

Product

Moment

Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan produktivitas karyawan tailor di Kecamatan Ungaran Barat. Rumus yang digunakan adalah rumus kolerasi product moment dengan angka kasar dari pearson, yaitu:

 

2 2

2

 

2

. . .

    Y Y N X X N Y X XY N rxy

rxy =

2



2

) 7490 ( ) 579392 ( 97 ) 6778 ( ) 1235 . 478040 ( 97 ) 7490 )( 6778 ( ) 6492 . 523428 ( 97    = 0.042


(1)

27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 UC-33 UC-34 UC-35 UC-36 UC-37 UC-38 UC -39 UC40 UC-41 UC-42 UC-43 UC-44 UC-45 UC-46 UC-47 UC-48 UC-49 UC-50 UC-51 UC-52 UC-53 UC-54 UC-55 UC-56 UC-57 UC-58 KABUL.P. HERIYANTO SLAMET IDA KOKO DIMAS BAGUS. S DIANJAR ANDIK ARDIAN AGUS EKO LAKSONO DIDIK FAJAR AGUS SOBIRIN SUCIPTO HERI ABIDIN HUSEIN KHOIRUL ADE NUR.R DWI SASONO ARIYANTO HERMAWAN PRASETYO SOLIKIN MUFLIKHUN NUR YARKOWI HAMAMI AZIZ 76% 79% 72% 74% 78% 74% 76% 75% 74% 76% 72% 74% 75% 74% 76% 72% 74% 75% 79% 76% 74% 81% 76% 78% 75% 82% 76% 86% 81% 71% 72% 84% TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI


(2)

59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89 90. UC-59 UC-60 UC-61 UC-62 UC-63 UC-64 UC-65 UC-66 UC-67 UC-68 UC-69 UC-70 UC-71 UC-72 UC-73 UC-74 UC-75 UC-76 UC-77 UC-78 UC-79 UC-80 UC-81 UC-82 UC-83 UC-84 UC-85 UC-86 UC-87 UC-88 UC-89 UC-90 JUNA THOLIB AHMADI ZULKIFLI S.RIYADI M. ANSORI AGUS ANANTO YULIANTO SUGIYANTO IMAM ARDI ANGGUN P YOYOK ARIYANTO A. SUKAMTO RUHMATULLAH ABDUL MUIS ABDUL WAHID ROZIKUN LILIK AGUNG YAN DWI TAUFIK ISMIYANTO DODI SUPRIYANTO WALUYO MUSTOFA BEKTI GUFRON MUJI 75% 78% 79% 79% 74% 79% 78% 79% 74% 75% 84% 79% 76% 79% 76% 79% 72% 81% 79% 69% 79% 81% 76% 74% 74% 78% 78% 76% 79% 82% 79% 78% TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI


(3)

91. 92. 93. 94. 95. 96. 97.

UC-91 UC-92 UC-93 UC-94 UC-95 UC-96 UC-97

YANTO IMAN RIDA CATUR ALIP SUGIONO DANANG

84% 79% 75% 87% 79% 79% 78%

SANGAT TINGGI TINGGI

TINGGI

SANGAT TINGGI TINGGI

TINGGI TINGGI


(4)

Lampiran 15

TABEL INTERPRETASI NILAI r

Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai dengan 1,00

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah (Tak Berkorelasi) (Suharsimi arikunto,2002:245)


(5)

Lampiran 16

PEDOMAN WAWANCARA

PENGUSAHA TAILOR DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

Nama Responden :

Alamat :

Nama Karyawan :

A. KEMAMPUAN KERJA

a. Pengetahuan Bahan

- Bagaimanakah pengadaan bahan untuk menjahit di tailor ini ?

- Bagaimana pengetahuan karyawan tentang bahan busana ditailor ini? b. Pembuatan Pola

- Bagaimana sistem pembuatan pola di tailor ini?

- Bagaiamana kemampuan karyawan anda dalam pembuatan pola busana? c. Memotong dan Menjahit

- Bagaimana cara memotong bahan dan teknik menjahit di tailor ini? - Bagaimana kemampuan teknik menjahit karyawan tailor ini? d. Kualitas

No Aspek yang dinilai Sangat Baik

Baik Cukup Baik

Kurang Baik 1. Kerapihan Jahitan

2. Kehalusan Jahitan 3 Kecepatan Menjahit 4 Ketepatan Waktu 5 Penyelesaian e. Kuantitas

1. Berapa banyak anda menjahit busana setiap minggu?

2. Jenis jahitan apa yang paling banyak dikerjakan di tailor ini? 3. Berdasarkan apakah ongkos jahit yang tetepkan ditailor ini ? 4. Bagaimanakah cara rekruitmen karyawan di tailor ini ? 5. Bagaimanakah sistem pengupahan karyawan di tailor ini ?


(6)

Lampiran 17

PEDOMAN WAWANCARA

KARYAWAN TAILOR DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

Nama Responden :

Alamat :

1. Apa pendidikan terakhir anda?

2. Berapa lama anda bekerja dalam bidang busana? 3. Bagaimana produktivitas usaha anda per bulan? 4. Apakah yang menjadi kendala anda dalam bekerja?

5. Bagaimanakah cara anda mengatasi kendala – kendala tersebut? 6. Apakah yang memotivasi anda bekerja di tailor ini ?

7. Apa yang anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan anda dalam bidang busana?

8. Apakah yang anda lakukan untuk mendapatkan prestasi kerja? 9. Berapa upah anda setiap bulannya?

10. Untuk apa sajakah upah tersebut?