Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu Tradisional
1. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu Tradisional
Konsumen yang membeli jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan akan mempertimbangkan atribut-atribut menurut kepentingannya. Atribut-atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan merupakan salah satu daya tarik
Salah satunya yaitu kemasan, kemasan yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan dapat berupa kertas maupun plastik dan jenis yang ditawarkan bermacam-macam sehingga konsumen dapat memilih sesuai dengan kebutuhanya. Kemasan yang melekat pada jamu tradisional rebusan berupa plastik bening, mika dan bok karton dengan ukuran berbeda-beda sehingga konsumen dapat membeli sesuai yang diinginkan. Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut jamu tradisional dapat diketahui dengan cara perangkingan atribut-atribut yang ada pada jamu tradisional berdasarkan data yang dihimpun dari konsumen jamu tradisional pada saat penelitian, yaitu sebagai berikut : Tabel 23. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
N Wi Rang- king
4 Informasi pemakaian
5 Batas waktu
1 Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan : STP : Sangat Tidak Penting TP : Tidak Penting N : Netral PT : Penting SPT : Sangat Penting N : Jumlah Konsumen
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa dalam mengkonsumsi Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa dalam mengkonsumsi
Atribut keamanan produk menjadi pertimbangan pertama konsumen dalam melakukan pembelian jamu tradisional, karena konsumen jamu tradisional menginginkan jamu yang mereka beli merupakan jamu yang benar-benar aman dikonsumsi dan terbuat dari bahan-bahan alami. Sebagai tanda bahwa jamu tradisional yang dipasarkan merupakan jamu tradisional yang aman untuk dikonsumsi dan telah teruji kesehatannya, biasanya produsen jamu menyantumkan izin dari Departemen Kesehatan ataupun dari badan POM. Dengan dicantumkannya izin tersebut maka konsumen jamu tradisional dapat memilih jamu yang aman dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagian besar jamu yang dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo hanya memiliki izin dari DEPKES saja, hanya beberapa saja yang telah menyantumkan izin dari BP POM, misalnya dari pabrik-pabrik besar dan Sabdo Palon.
Atribut yang dipertimbangkan konsumen jamu tradisional yang kedua adalah batas waktu penggunaan. Batas waktu penggunaan tersebut berupa tanggal, bulan dan tahun yang tertera pada kemasan jamu tradisional yang menunjukkan batas akhir menggunaan jamu tersebut dan setelah tanggal tersebut maka jamu tradisional sudah tidak layak dikonsumsi lagi. Atribut ini sangat dipertimbangkan oleh konsumen jamu tradisional karena dengan adanya batas waktu penggunaan pada produk jamu tradisional, maka konsumen jamu tradisional akan dapat mengetahui tanggal kadaluwarsa dari jamu tradisional yang dikonsumsinya, sehingga konsumen dapat pembelian jamu tradisional produksi baru yang aman dikonsumsi.
Atribut yang ketiga yaitu, komposisi jamu. Seseorang yang akan
Atribut ini dipertimbagkan oleh konsumen jamu tradisional guna mengetahui bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk meramu jamu tradisional, serta memastikan bahwa jamu tradisional yang dikonsumsi merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan yang alami dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Jamu tradisional biasanya terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, dapat berupa rimpang (kunyit, temulawak, kencur, jahe, temu hitam, lempuyang, dan lengkuas); buah (adas, cengkeh, asam, jambu biji); daun (daun papaya, daun sirih, daun katup, sembukan, sambiloto, kumis kucing, kecibeling, tempuyung daun beluntas); kayu (kayu manis, kayu secang); dan masih banyak bahan-bahan lain. Bahan-bahan tersebut ada yang dikeringkan untuk jamu rebusan dan ada yang dibuat serbuk untuk jamu serbuk instan. Komposisi dari jamu rebusan antara lain sambiloto, kunyit, jahe, temulawak, kayu manis, kayu secang, adas, dawung, sere dan lain sebagainya.
Atribut khasiat merupakan atribut yang dipertimbangkan selanjutnya setelah komposisi jamu. Konsumen mempertimbangkan khasiat pada jamu tradisional karena konsumen yang mengkonsumsi jamu pasti mempunyai tujuan agar jamu yang dikonsumsinya bermanfaat untuk kesehatannya. Maka dari itu konsumen akan memilih jamu yang menurut mereka berkhasiat dan memberikan manfaat untuk dikonsumsinya. Khasiat atau kegunaan dari sebuah produk jamu tradisional berbeda-beda sesuai dengan jamunya, misalnya jamu pegal linu berkhasiat untuk mengobati sakit encok seperti rasa kejang pada otot, pinggang pegal, dan sendi-sendi terasa nyeri/linu. Dengan ada khasiat atau kegunaan yang ditawarkan oleh jamu tradisional tersebut, maka konsumen jamu dapat menentukan jamu apa yang akan mereka beli sesuai dengan keluhan yang mereka rasakan.
Informasi pemakaian adalah atribut urutan kelima yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk jamu tradisional.
mengkonsumsi jamu tradisional. Informasi pemakaian menjadi atribut yang dipertimbangkan kelima, karena menurut konsumen bukan suatu hal yang susah untuk mengkonsumsi jamu tradisional dan sebagian besar dari konsumen telah mengetahui cara serta penggunaan jamu tradisional baik jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan.
Atribut yang dipertimbangkan selanjutnya adalah kemasan. Kemasan menjadi pertimbangan konsumen jamu tradisional karena dari kemasan suatu produk yang menarik pastilah akan menarik perhatian konsumen untuk membelinya. Produk jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo dinilai konsumen telah memiliki kemasan yang cukup baik. Hanya saja masih ada beberapa jamu yang kemasannya kurang menarik, misalnya jamu rebusan yang dikemas dengan kemasan primer berupa plastik bening. Konsumen mengginginkan kemasannya dibuat lebih rapi dengan menggunakan bok karton.
Atribut terakhir yang dipertimbangkan konsumen jamu tradisional adalah kepraktisan. Atribut ini menjadi pertimbangan terakhir konsumen jamu tradisional karena konsumen merasa mengkonsumsi jamu tradisional adalah hal yang cukup praktis dan cepat. Untuk jamu serbuk instan tinggal disedu dengan air panas sebanyak 100 ml atau setengah gelas kecil dan langsung siap dikonsumsi, sedangkan untuk jamu rebusan konsumen harus merebus jamu tersebut terlebih dahulu, walaupun merebusnya terlebih dahulu tetapi konsumen merasa tidak repot dan dianggap cukup praktis.