fungsi wakaf. Begitu pula dalam Kompilasi Hukum Islam, hanya disebutkan dengan pasal 215 dan 216 mengenai definisi dan fungsi wakaf.
Menurut PP No. 28 Tahun 1977, UU No. 41 Tahun 2004 dan Kompilasi Hukum Islam, tujuan perwakafan adalah untuk kepentingan
peribadatan atau keperluan umum lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan fungsi wakaf menurut PP No. 28 Tahun 1977 pasal 2 adalah
mengekalkan manfaat wakaf sesuai dengan tujuan wakaf, begitu pula dengan bunyi pasal 216 dari Kompilasi Hukum Islam.
Yang dimaksud dengan tujuan wakaf disini ialah wakaf untuk kepentingan peribadatan dan umum lainnya. Agar wakaf itu dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, maka pelembagaannya haruslah untuk selama- lamanya. Syarat pelembagaan untuk selama-lamanya ini merupakan
pengaruh kuat mazhab Syafi’i juga mazhab Hambali, Hanafi dan Zahiri. Selain itu juga harta kekayaan yang dipisahkan haruslah tanah milik.
B. Macam-macam Harta Wakaf Menurut PP No. 28 Tahun 1977
Benda wakaf menurut hukum positif adalah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 pasal 49 ayat 1 poin
b dan c, PP No. 28 Tahun 1977, UU No. 41 Tahun 2004 dan Kompilasi Hukum Islam. Jika memperhatikan pasal 49 ayat 1 poin b dan c UUPA No. 5 Tahun
1960, maka akan diketahui bahwa benda wakaf itu meliputi tanah milik dan tanah bukan milik, seperti tanah guna pakai dan sebagainya. Akan tetapi jika
dilihat dari PP No. 28 Tahun 1977, bahwa benda wakaf itu hanya tanah milik. Sementara Kompilasi Hukum Islam, dalam buku ketiga yang mengatur tentang
perwakafan mengatakan bahwa benda wakaf itu dimungkinkan berupa benda tidak bergerak dan benda bergerak. Benda tidak bergerak itu ialah tanah, baik
yang berstatus tanah milik maupun tanah bukan milik, seperti tanah guna pakai dan sebagainya. Dan yang termasuk benda bergerak itu adalah segala jenis
benda sebagaimana yang telah diungkapkan oleh para fuqaha. Pembatasan wakaf
hanya dengan tanah milik dilakukan untuk menghindari kekaburan status dan kekacauan persengketaan mengenai tanah
wakaf dikemudian hari nanti. Di dalam UUPA dinyatakan bahwa hak milik yang mempunyai sifat kepemilikan yang penuh dan bulat. Apabila benda yang
bukan hak milik, ia tidak mempunyai sifat kepemilikan yang penuh dan bulat. Artinya, hak-hak atas tanah tersebut hanya dapat dimanfaatkan selama jangka
waktu tertentu, dan pemegangnya tidak mempunyai kewenangan pemilikan seperti halnya dengan pemegang hak milik. Maka hal ini tidak akan memenuhi
fungsi wakaf agar mengekalkan manfaat dari benda wakaf tersebut, atau dengan kata lain bahwa benda wakaf itu harus bersifat selama-lamanya mu’abbad.
Walaupun dalam Kompilasi Hukum Islam benda wakaf tidak dibatasi hanya tanah milik saja, pada intinya tanah milik inilah yang harus diutamakan.
C. Pengelolaan Harta Wakaf Menurut PP No. 28 Tahun 1977