C. Pengelolaan Harta Wakaf Menurut PP No. 28 Tahun 1977
Pengelolaan yang dimaksud oleh PP No. 28 Tahun 1977 ialah yang menyangkut dengan hak dan kewajiban nadzir, karena pengelola wakaf adalah
nadzir. Sebagaimana yang dijelaskan oleh PP No. 28 Tahun 1977 pada pasal 1 ayat 4. Hal ini juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 220 ayat
1 dan 3. Mengenai kewajiban nadzir dijelaskan oleh PP No. 28 Tahun 1977 pada pasal 7 ayat 1, 2 dan 3, yang kemudian diperjelas dalam PMA No. 1
Tahun 1978 pasal 10 ayat 1, 2, 3 dan 4 yang berbunyi : 1. Nadzir berkewajiban mengurus dan mengawasi kekayaan wakaf dan
hasilnya yang meliputi : a. Menyimpan lembar salinan Akta Ikrar Wakaf
b. Memelihara tanah wakaf c. Memanfaatkan tanah wakaf
d. Memanfaatkan dan berusaha menigkatkan hasil wakaf e. Menyelenggarakan pembukuan administrasi yang meliputi :
1 Buku catatan tentang keadaan tanah wakaf 2 Buku catatan pengelolaan dari hasil tanah wakaf
3 Buku catatan tentang penggunaan hasil tanah wakaf 2. Nadzir berkewajiban melaporkan :
a. Hasil pencatatan perwakafan tanah milik dalam buku dan sertifikatnya kepada KUA
b. Perubahan status milik yang telah diwakafkan dan perubahan penggunaannya akibat ketentuan pasal 12 dan 13, dan sebagiannya
diatur dalam pasal 11 ayat 3 dari peraturan ini c. Pelaksanaan yang tersebut dalam ayat 1 pasal ini, dilaporkan kepada
kepala KUA setiap satu tahun sekali yaitu pada akhir bulan Desember 3. Nadzir berkewajiban pula untuk melaporkan adanya salah seorang anggota
nadzir yang berhenti dari jabatannya, sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat 2 peraturan ini
4. Bilamana jumlah anggota nadzir kelompok karena berhentinya salah satu anggota atau lebih berakibat tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur
dalam pasal 8 ayat 1 peraturan ini, maka anggota nadzir lainnya berkewajiban mengusulkan penggantiannya dan disahkan oleh pembuat
Akta Ikrar Wakaf Sebagai imbalan kewajiban-kewajiban yang dibebankan di pundak nadzir,
maka nadzir juga mempunyai hak-hak tertentu atas harta wakaf yang diurusnya tersebut. Hal ini dijelaskan dalam PP No. 28 Tahun 1977 pasal 8, yang
pelaksanaannya diatur dalam PMA No. 1 Tahun 1978 pasal 11 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1. Nadzir berhak menerima penghasilan dari tanah wakaf yang besarnya ditetapkan oleh kepala Kandepag cq. kepala seksi dengan ketentuan tidak
melebihi sepuluh persen dari hasil bersih tanah wakaf
2. Nadzir dalam menunaikan tugasnya berhak menggunakan fasilitas sepanjang diperlukan bagi tanah wakaf atau hasilnya, yang jumlahnya
ditetapkan oleh kepala Kandepag dan diteruskan kepada kepala seksi. Hal ini juga dijelaskan dalam UU No. 41 Tahun 2004 pasal 12 dan Kompilasi
Hukum Islam pada pasal 222 Dalam kamus umum bahasa Indonesia “Pengelola” adalah “Pengurus atau
Penyelenggara”. Sedangkan pengelolaan adalah penyelenggaraan dan sebagainya. Pengelolaan adalah sama pengertiannya dengan manajemen, yaitu
pengurusan atau mengurus. Lebih jauh Mudhofir menjelaskan, bahwa fungsi pengelolaan terdiri dari
pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan oraganisasi bertujuan mengawasi salah satu atau lebih dari fungsi
pengembangan atau fungsi pengelolaan lainnya untuk menjamin pengoperasian yang aktif, yakni fungsi pengelolaan tujuan dan prosedur administratif suatu
organisasi untuk melaksanakan salah satu atau beberapa fungsi pengembangan atau fungsi pengelolaan. Sedangkan pengelolaan personalia bertujuan untuk
berinteraksi atau mengawasi orang yang melaksanakan kegiatan dalam fungsi. Menurut MC Forland 1987 : 1 ada tiga langkah dalam manajemen, yaitu:
1 Perencanaan, 2 Pengorganisasian, dan 3 Pengawasan. Ketiganya mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan lainnya.
Perencanaan merupakan upaya untuk memahami dan mengontrol komitmen-komitmen yang akan datang, yang harus dilakukan dalam kaitan
dengan proses penganggaran.
3
Pengorganisasian itu menyangkut hal-hal pokok sebagai berikut : 1 Maksud dari tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 2 Pembagian tugas
kewajiban dan kewenangan serta tanggung jawab yang berkaitan dengan pengelompokan spesialisasi, dan 3 Tata hubungan antara tugas-tugas tersebut
yang mengarah kepada sasaran yang hendak dicapai.
4
Pengawasan ditujukan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas. Sedangkan hakikat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan-penyimpangan. Pengurusan dan pengelolaan tanah wakaf ini dilakukan oleh nadzir, sedangkan sebagai pengawasnya adalah KUA dan MUI
setempat dimana wakaf tersebut berada.
3
Dorojatun Kuntjoro Jakti, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, Jakarta : LP3S 1987, h. 325
4
Ahmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, Jakarta : Pradya Paramita 1987, h. 217
55
BAB IV PERWAKAFAN DI KECAMATAN CILANDAK