selfconcept, misalnya Friedman, 1955; Mussen dan Jones, 1957; Linton dan Graham, 1959. Mereka menggunakan pendekatan ini karena mereka
yakin aspek-aspek tidak sadar bersangkut-paut dengan teori-teori diri. 5. Metode wawancara, metode ini sangat sering dilakukan pada usaha
konseling dan didalam studi-studi psikoterapi tentang konsep diri dan perubahan konsep diri.
Dalam peneliltian ini, cara yang digunakan untuk mengukur konsep diri akademik subjek adalah dengan kuesioner. Hal ini disebabkan karena
kuesioner dalam penelitian kuantitatif dianggap lebih praktis dibanding cara pengukuran yang lain. Subjek memilih satu dari keempat pilihan jawaban yang
dianggap paling tepat mengenai dirinya, sehingga tidak ada campur tangan peneliti atau orang lain.
2.3 Attachment Style
2.3.1 Pengertian attachment kelekatan Istilah Kelekatan attachment untuk pertama kalinya dikemukakan
oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby dalam Meins, 1997. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan
oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 . Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan
orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Menurut Santrock 1995 Attachment ialah suatu ikatan emosional yang kuat
antara bayi dan pengasuhnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau
hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada
ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak
dalam pandangan anak. 2.3.2 Pembentukan tingkah laku lekat attachment behavior
Monks 2006 berpendapat bahwa tingkah laku lekat merupakan tingkah laku yang khusus bagi manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan
seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain, untuk mencari kepuasan dalam hubungannnya dengan orang lain tersebut. Bowlby dalam Santrock,
1995 yakin bahwa bayi dan ibunya secara naluriah membentuk suatu keterikatan. Ia mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir secara biologis
diberi kelengkapan untuk memperoleh perilaku keterikatan ibu. Bayi menangis, menempel, merengek dan tersenyum. Kemudian, bayi merangkak perlahan-
lahan, berjalan dan mengikuti ibu. Tujuan bayi itu ialah untuk mmpertahankan agar ibu selalu dekat.
Schaffer dalam Monks, 2006 mengemukakan bahwa anak pada waktu dilahirkan mempunyai semacam struktur kognitif yang spesifik, yaitu suatu
struktur kognitif yang terarah pada jenisnya sendiri yang dapat menambah kemungkinan untuk mempertahankan hidupnya. Dalam tiga bulan yang
pertama akan timbul daya tarik terhadap manusia pada umumnya, kemudian struktur kognitif tersebut berubah arah akibat pengalaman dan belajar hingga
anak lebih tertarik pada orang-orang tertentu saja. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bowlby dalam Meinz, 1997 bahwa keterikatan anak dengan orang
tuanya berkembang dari hal-hal yang tidak terarah, sedikit demi sedikit menjadi lebih terarah dan tertentu.
Menurut Monks 2006 ada dua macam tingkah laku yang menyebabkan seseorang dipilih sebagai objek kelekatan atau figur lekat, yaitu:
1. Sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku anak yang dimaksudkan untuk menarik perhatian.
2. Sering membuat interaksi secara spontan dengan anak. Bowlby dalam Monks, 2006 berpendapat bahwa timbulnya kelekatan
anak terhadap figur lekatnya adalah suatu akibat menjadi aktifnya sejumlah sistem tingkah laku behavioral system yang membutuhkan kedekatan dengan
ibu. Bila anak ditinggalkan oleh ibu atau dalam keadaan takut, sistem tingkah laku tadi segera menjadi aktif dan hanya bisa dihentikan oleh sentuhan, suara
atau kehadiran ibu. Bowlby dalam Meinz, 1997 menambahkan ikatan antara ibu-anak sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kelekatan
emosional diantara keduanya. Ibu dapat memberi kasih sayang dan perhatian kepada bayinya. Bayi merasa aman, nyaman dan percaya pada ibunya sebab
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. 2.3.3 Jenis-jenis attachment
Gaya kelekatan adalah kecenderungan perilaku lekat individu yang terdiri dimensi positif dan negatif pada dua sikap dasar, yaitu sikap dasar
mengenai self dan sikap dasar mengenai orang lain. Bartholomew dalam Baron Byrne, 2003 membagi gaya kelekatan Attachment Style menjadi
empat tipe yaitu: 1. Secure attachment style gaya kelekatan aman
Seseorang dengan gaya kelekatan aman memiliki self esteem yang tinggi dan positif terhadap orang lain, sehingga ia mencari kedekatan interpersonal
dan merasa nyaman dalam hubungan. Contohnya, orang dengan gaya kelekatan aman melaporkan memiliki hubungan yang hangat dengan orang
tua mereka dan mempersepsikan kehidupan keluarga mereka dimasa lampau dan masa sekarang secara positif. Dibandingkan dengan gaya kelekatan
yang lain individu dengan gayakelekatan aman tidak mudah marah, tidak mengatribusikan keinginan keinginan bermusuhan dengan orang lain dan
mengharapkan hasil positif dan konstruktif dari konflik. 2. Fearful-avoidant attachment style gaya kelekatan takut-menghindar
Memiliki self esteem yang rendah dan negatif terhada orang lain. dengan meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab,
mereka berharap dapat melindungi diri mereka sendiri dari rasa sakit ditolak. Individu yang takut ditolak menggambarkan orang tua mereka
secara negatif, memendam perasaan hostile bermusuhan dan marah tanpa menyadarinya.
3. Preoccupied attachment style gaya kelekatan terpreokupasi Memiliki ketidakkonsistenan antara self image dengan image mengenai
orang lain. Individu dengan gaya kelekatan ini mempunyai pandangan negatif mengenai self dikombinasikan dengan harapan yang positif bahwa
orang lain akan mencintai dan menerima mereka. Sebagai akibatnya individu yang terpreokupasi mencari kedekatan dalam hubungan kadang-
kadang kedekatan berlebihan, tapi mereka juga mengalami kecemasan dan rasa malu karena mereka merasa ‘tidak pantas’ menerima cinta orang lain.
4. Dismissing attachment style gaya kelekatan menolak Memiliki self image yang sangat positif kadang kala tidak realistis dan self
description yang berbeda jauh dari gambaran orang lain tentang mereka. Individu yang menolak melihat dirinya sebagai berharga, independen dan
sangat layak untuk mendapatkan hubungan yang dekat; orang lain lebih mungkin melihat mereka secara lebih tidak positif dan mendeskripsikan
mereka sebagai tidak ramah dan terbatas kempuan sosialnya. Masalah utamanya adalah mereka mengharapkan yang terburuk dari orang lain,
sehingga mungkin saja merasa takut kedekatan yang jujur. Berikut ini empat kategori model attachment style yang dikembangkan
oleh Bartholomew dan Horowitz dalam Polek, 2007.
Peneliti menyimpulkan bahwa ke empat attachment style gaya kelekatan tersebut mempunyai kombinasi aspek yang berbeda, secure
attachment style gaya kelekatan aman mempunyai kombinasi self evaluation yang positif dan persepsi mengenai orang lain yang positif, fearful-avoidant
attachment style gaya kelekatan takut menghindar mempunyai kombinasi self evaluation yang negatif dan persepsi mengenai orang lain yang negatif,
preoccupied attchment style gaya kelekatan terpreokupasi mempunyai kombinasi self evaluation yang negatif dan persepsi mengenai orang lain yang
positif, dan dismissing attachment style gaya kelekatan menolak mempunyai kombinasi self evaluation yang positif dan persepsi mengenai orang lain yang
negatif.
2.4 Kerangka Berfikir