Jenis dan Patofisiologis Hipertensi Gejala Klinis Pencegahan Hipertensi

e. Kolom merkuri harus turun hingga 2 sampai 3 mms, suara pertama yang terdengar akan menjadi tekanan sistolik dan suara yang didengar terakhir kali akan menjadi tekanan diastolik. Kolom harus dibaca dengan ketelitian 2 mmHg. f. Baik pasien maupun pengamat harus berbicara selama pengukuran. g. Pengukuran sebaiknya dilakukan 2 kali dengan selang waktu 1-2 menit Kaplan dan Michael, 2010. Rata-rata dari kedua hasil tersebut kemudian menjadi hasil akhir tekanan darah pasien. Namun, ketika ada perbedaan 5 mmHg atau 10 mmHg antara pengukuran pertama dengan kedua maka dilakukan pengukuran ulang kemudian hasilnya dirata-ratakan Kaplan dan Michael, 2010; Kemenkes RI, 2013. Hasil rata-rata dari semua pengukuran tersebut kemudian menjadi tekanan darah akhir pasien.

3. Jenis dan Patofisiologis Hipertensi

Hipertensi terbagi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer esensial adalah hipertensi yang hingga sekarang tidak jelas penyebabnya. Interaksi faktor genetik dengan lingkungan yang rumit kemudian dihubungkan oleh pejamu mediator neuro-hormonal merupakan ciri dari hipertensi esensial. Sejauh ini hipertensi primer disebabkan oleh peningkatan aktifitas sistem rennin-angiotensin- aldosteron, system saraf simpatis, gangguan transport garam dan interaksi yang kompleks antara resistensi insulin dengan fungsi endotel Brashers, 2003. Berbeda dengan hipertensi primer, hipertensi sekunder lebih jelas penyebabnya, yaitu karena adanya penyakit atau gangguan tertentu. Contohnya, penyakit renovaskular yang terjadi karena aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan arteri renalis dikarenakan berkurangnya perfusi ginjal. Selain itu ada juga hipertensi akibat peningkatan volume darah Baradero, 2005.

4. Gejala Klinis

Gejala klasik dari hipertensi adalah sakit kepala, epistaksis, perdarahan hidung, dan pusing. Namun, berbagai studi mengindikasikan frekuensi yang rendah atas gejala-gejala tersebut di populasi. Gejala lain yang lebih umum di populasi adalah kemerahan, berkeringat, dan pandangan kabur. Walaupun begitu, tidak sedikit juga yang asimtomatik tidak menunjukkan gejala Lilly, 2011. Peningkatan tekanan, termasuk hipertropi ventrikel kiri dan retinopati adalah beberapa tanda-tanda dari hipertensi. Selain itu, hipertensi dengan komplikasi aterosklerosis akan menyebabkan arterial bruits, khususnya pada karotid dan arteri femoral Lilly, 2011.

5. Pencegahan Hipertensi

Penanggulangan kejadian hipertensi di masyarakat dapat dilakukan dengan pengendalian faktor risiko. Pengendalian faktor risiko hipertensi dapat dilakukan melalui upaya promosi kesehatan, yaitu komunikasi- informasi-edukasi KIE. Posbindu berperan besar dalam pelaksanaan KIE di masyarakat Kemenkes RI, 2013. Pengendalian faktor risiko meliputi Kemenkes RI, 2013: a. Makan gizi seimbang, yaitu dianjurkan untuk mengonsumsi sayur dan buah 5 porsihari, melakukan pembatasan konsumsi gula, garam dan makanan berlemak. b. Mengatasai obesitas. c. Olahraga teratur, yaitu disarankan senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sejauh 3 kilometer lima kali per minggu. d. Berhenti merokok. Saran untuk berhenti merokok mungkin sulit untuk dilakukan, tetapi konseling terkait rokok harus dilakukan agar perokok dapat terus mendapatkan dorongan untuk berhenti merokok. Selain itu, metode lain yang dapat digunakan adalah menyarankan perokok untuk mennganti rokok dengan permen yang mengandung nikotin dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu kebiasaan merokok perlahan-lahan dapat ditinggalkan.

B. Epidemiologi Hipertensi