Wacana Pluralisme di Indonesia

Dalam pengertian generiknya, pluralisme merupakan pandangan yang mengafirmasi dan menerima keragaman http:en.wikipedia.org. Situs ini juga mengemukakan penggunaan istilah pluralisme dalam agama pluralisme agama yang diartikan sebagai relasi damai antaragama yang berbeda. Jika bertolak dari pengertian tersebut, maka ada dua hal yang ditekankan dalam pluralisme agama. Pertama, pengakuan sekaligus penerimaan terhadap keragaman termasuk dalam agama. Keragaman agama merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Munculnya berbagai agama pada masa sebelumnya secara historis tidak bisa menghapus agama yang muncul pada masa sesudahnya. Begitu juga sebaliknya. Fakta ini meniscayakan adanya suatu pengakuan terhadap keragaman. Kedua, perlunya mengembangkan relasi damai dengan kelompok agama lain. Apa pun agamanya, bisa dipastikan memiliki kepedulian pada masalah kemanusiaan. Semua agama juga menekankan kepasrahan terhadap apa yang kita sebut dengan Tuhan. Poin- poin inilah yang memungkinkan adanya perjumpaan, dan bahkan kerja sama, antar-umat beragama, tanpa merasa perlu mempertukarkan keyakinannya. Wacana semacam ini berkembang cukup pesat di tanah air sejak 1990-an. Penelitian ini ingin merekontruksi wacana tersebut.

BAB III BIOGRAFI INTELEKTUAL DAN POLITIK HASYIM MUZADI

A. Kehidupan Sosio-Kultural Hasyim Muzadi

Hasyim Muzadi adalah termasuk salah satu seratus tokoh nasional Indonesia paling berpengaruh dipanggung politik nasional saat ini dan diprediksi akan mempunyai peran yang cukup signifikan dalam menentukan konfigurasi politik bangsa di masa-masa yang akan datang. 79 Hasyim Muzadi merupakan tokoh terpandang di negeri ini dan saat ini ia masih menjadi Rais Syuriah organisasi Nahdlatul Ulama NU, sebuah organisasi keagamaan yang memiliki basis terbesar di negeri ini. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa Hasyim Muzadi diakui kapasitas, kapabilitas dan ketokohannya oleh publik baik dibidang pemikiran ataupun sepak terjang politiknya. Sehingga Hasyim Muzadi menjadi tokoh yang diperhitungkan dalam kancah politik Indonesia saat ini. Tentunya hal itu tidak semata-mata karena ia pernah menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, akan tetapi karena komitmen dan kontribusi ide-ide kebangsaan dan pergulatan panjangnya dalam sejarah gerakan politik yang diawali sejak masih muda. Terbukti nama besar Hasyim dapat mendongkrak suara pasangan Capres- cawapres Mega-Hasyim pada pemilu 2004 secara signifikan walau tetap dibawah perolehan suara Capres-cawapres SBY-Budiono. Untuk mengurai dan membaca karakter pemikirannya secara detail diperlukan penelusuran yang mendalam atas latar teoritis dan latar belakang sosio- 79 Zaenal Ali, 100 Orang Indonesia Paling Berpengaruh Jakarta: Narasi, 2008, h. 162 kultural, pendidikan dan pengalaman dibidang organisasi, serta tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam membentuk gugusan pengetahuan personalnya yang nantinya banyak menyumbangkan dan mengilhami pandangan-pandangannya dalam bidang politik. Hasyim Muzadi dilahirkan di Tuban pada tanggal 8 Agustus 1944, dari pasangan Muzadi dan Rumiyati. Ia merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Secara geografis Tuban terletak dibagian Utara Pulau Jawa, tepatnya perbatasan Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro. Di daerah inilah ia menghabiskan masa kecilnya. Hasyim menikah dengan Muthomimah dan dikaruniai 6 anak, yakni 3 putra dan 3 putri. Di masa kecilnya ia berada dalam kehidupan yang tidak serba berkecukupan sehingga ia menjadi sosok pribadi yang pantang menyerah. Tak heran jika anak ke-tujuh dari delapan saudara ini mencanangkan kalimat “Tiada hari tanpa perjuangan”, sebagai motto hidupnya. 80 Hasyim Muzadi, begitu akrab disapa, menempuh pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di tanah kelahirannya Tuban pada tahun 1950-1953 lalu ia pindah ke Sekolah Dasar SD Tuban sampai lulus pada 1955. Setelah itu ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri di kota yang sama hanya menempuh satu tahun yakni dari tahun 1955-1956. Lalu ia pindah ke Pondok Pesantren Gontor dengan menempuh pendidikan KMI selama enam tahun tercatat dari 1956-1962. Lulus dari Gontor ia pindah ke Pondok Pesantren Senori Tuban tak lama kemudian ia pindah ke Pondok Pesantren Lasem pada tahun 1963. Setelah ia selesai berkeliling dari satu pondok ke pondok yang lain ia melanjutkan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang dari tahun 80 Mohammad Shodiq, Dinamika Kepemimpinan NU, Refleksi perjalanan KH. Hasyim Muzadi, Surabaya, LTN NU Jatim, 2004, h. 189 1964-1969. Sedangkan pendidikan non-formalnya ia tempuh di Pondok Pesantren Gontor dan tamat pada tahun 1963.

B. Latar Belakang Pemikiran Hasyim Muzadi

Semenjak duduk dibangku kuliah, ia mulai mengenal berbagai tokoh politik mulai dari tokoh-tokoh dunia hingga tokoh politik nasional, dari yang klasik sampai kontemporer. Pada fase ini, Hasyim berkenalan dengan beragam pemikiran politik mulai dari yang paling kiri hingga yang paling kanan. 81 Keterlibatan Hasyim dalam medan politik pergerakan dimulai sejak ia menginjakkan kaki di bangku kuliah, ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII komisariat IAIN Malang. PMII 82 adalah salah satu organ gerakan mahasiswa dari berbagai organisasi gerakan mahasiwa yang ada di Indonesia yang memiliki kedekatan sosio-kultural dengan Nahdlatul Ulama NU. Di organisasi inilah Hasyim mulai bergelut dengan berbagai persoalan kebangsaan dan terlibat langsung dalam konfrontasi gerakan mahasiswa dengan Orde Lama yang sedang harmonis dengan kelompok komunis. PMII yang baru seumur jagung pada masa itu sangat gencar sekali melakukan gerakan anti-komunis. Bahkan melancarkan gerakannya lewat 81 http:id.wikipedia.orgwikihasyim-muzadi 82 PMII adalah salah satu gerakan mahasiswa organisasi mahasiswa di Indonesia PMII, yang sering kali disebut Indonesia Moslem Student Movement atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah anak cucu NU Nahdlatul Ulama yang terlahir dari kandungan Departemen Perguruan Tinggi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama IPNU, anak yang juga anak dari NU. Status anak cucu ini pun diabadikan dalam dokumen kenal lahir yang dibikin di Surabaya tepatnya di Taman Pendidikan Putri Khadijah pada tanggal 17 April 1960 bertepatan dengan tanggal 21 Syawal 1379 Hijriah. Namun, pada akhirnya PMII memilih lepas yakni independent dari organisasi induknya. Hal ini dipertegas dan dijelaskan pada kongres V PMII di Ciloto Jawa BArat pada tangggal 28 desember 1973. Semenjak itu PMII lepas secara structural sampai sekarang meski secara structural PMII tidak jauh brda dari tradisi NU. demontrasi-demontrasi di jalan. Sehingga PMII meski berada dibawah naungan NU namun, telah menunjukkan karakternya sebagai the agent of control.

C. Karier Organisasi dan Politik

Hasyim dikenal sebagai sosok yang sangat tulus memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia. Selain sebagai ulama, sosok Hasyim cukup nasionalis dan pluralis. Apa saja yag dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukannya. 83 Karakter tersebut ia bangun semenjak dalam organisasi kepemudaan seperti gerakan pemuda Anshor 84 dan organisasi kemahasiswaan, yakni PMII. Hal inilah yang menjadikan modal kuat Hasyim untuk terus berkiprah di NU. 85 Kiprah organisasinya mulai dikenal sejak tahun 1992 ketika ia terpilih menjadi ketua pengurus wilayah NU Jawa Timur. Posisi ini mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi ketua umum PBNU pada tahun 1999. Sebagai organisasi keagamaan yang terbesar di tanah air ini, NU selalu menjadi daya tarik bagi partai politik untuk dijadikan basis dukungan. Hasyim pun juga menjadi daya tarik bagi partai politik untuk dijadikan basis dukungan. Hasyim tidak bisa mengelak dari kenyataan tersebut. Tercatat suami dari Hajah Muthomimah ini pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986. Karena itu partai Islam hanya diwakili satu partai yakni Partai Persatuan Pembangunan PPP. Namun, jabatan sebagai ketua PBNU-lah yang membuat Hasyim mendadak menjadi pembicaraan 83 Mohammad Shodiq, Dinamika Kepemimpinan NU, Refleksi Perjalanan KH. Hasyim Muzadi, h. 196-198 84 Gerakan Pemuda Anshor merupakan lembaga otonom yang bergerak sebagai lokus gerakan kaum muda NU. 85 Diakses dari http:id.wikipedia.orgwiki, pada hari selasa, 30 Juni 2009