Islam Rahmatan lil Alamin

berani, yakni salah satunya, agama harus dikembalikan pada kedudukannya yang sebenarnya yakni sebagai pemersatu umat. Agama itu hadir tidak dipakai tujuan- tujuan kekerasan. Artinya agama harus dikembalikan ke rahmatan lil ‘alamin yaitu menjadi pedoman kehidupan yang penuh rahmat dan kasih sayang. Disinilah pentingnya dunia silam berkesempatan untuk menata diri. Konsep Islam rahmatan lil ‘alamin yang paling awal dilakukan menurut Hasyim Muzadi, adalah melalui ma’ruf dan nahi munkar. Akan tetapi ketika gairah untuk nahi munkar naik, amar ma’ruf sering kali tertinggal atau bahkan energi hanya terkonsentrasi untuk nahi mukar saja. Inilah yang kemudain melahirkan persoalan baru yang mengarah memunkar-kan hal baru. Atau justru me-makrufkan sebuah kemunkaran orang yang munkar, karena salah sasaran. 105 Ada suatu pendapat yang dikemukakan Imam al-Ghazali didalam kitab Ihya’ Ulumuddin, yang diadopsi pemikirannya oleh Hasyim Muzadi, bahwa Amar ma’ruf nahi munkar itu memiliki etika, yaitu adabu al-amr bi al-ma’ruf dan adab al nahy ‘anil al-munkar. Ada tiga etika yang disampaikan oleh al-Ghozali. Salah satunya adalah memerintahkan orang untuk berbuat baik dan mencegah berbaut jahat jangan sampai menimbukan kemungkaran yang lebih besar. Fikih Islam mengenal “akhaffu aldhararain”. Maksudya, dalam kondisi yang dilematis, dimana pilihan-pilihan untuk beramal semuanya buruk maka yang dipilih adalah yang lebih sedikit bahayanya. Demikian dijelaskan oleh Ulil Abshar Abdala. Dari dua konsepsi fikih diatas menurut penulis, Hasyim berusaha mewujudkan sikap pluralis terutama dalam upaya mendialogkan kesenjangan Timur dan Barat. Dalam usaha mewujudkan usaha diatas, Hasyim menggelar sebuah Konferensi Internasional Ilmuan Islam Sedunia yang bekerja sama dengan Departemen Luar Negri RI. Hasyim berhasil menghimpun seluruh tokoh pemikir Islam Internasional, ulama, dan dunia barat untuk duduk dalam satu forum majlis membicarakan persoalan umat manusia. Kegiatan tersebut bertajuk Internasional Conference Of Islamic Scholar atau Konferensi 105 Ibid., h. 44. Internasional Ilmuan Islam yang berlangsung di Jakarta Convention Centre JCC tanggal 23-26 Februari 2004, Hasyim menghadirkan 300 ilmuan dengan 120 diantaranya uandangan berasal dari luar negri. Dua puluh orang dan yang separuh diataranya merupakan tokoh dunia ditampilkan sebagai pembicara. 106 Menurut Hasyim, diharapkan dengan konferensi itu bisa meredakan ketegangan antara dunia Timur dan Barat, dengan tujuan untuk menata uamt Islam secara internasional dan melahirkan pemikiran khusus, khususnya dibidang pendidikan, ekonomi dan media. 107 Acara yang digagas Hasyim ini adalah kegiatan society to society antara jam’iyah satu negara dengan jam’iayah negara lain dengan melibatkan tokoh dunia baik sebagi perorangan maupun sebagi lembaga. Hal itu dilakukan dalam kerangka untuk menghindari tarik menarik kepentingan. Sebab konflik-konflik yang mengunakan Islam itu jarang sekali yang murni dari agama. Biasanya suatu negara dengan negara lain yang kebetulan umat Islamnya banyak berperang dimana umat bernegara tersebut ikut terlibat maka agamanya juga ikut sertakan. Dengan hanya dihadiri oleh ulama’ dan tokoh pemikir berkumpul Hasyim ingin meletakan agama, sebagai sumber nilai kemanusiaan, sumber persatuan dan ilmu pengetahuan serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. 108 Pemahaman seperti itu bukan berarti secara otomatis memisahkan antara agama dan negara, tetapi dimaksudkan supaya orang melihat hubungan antara keduanya secara propesional. Pemisahan agama dan negara merupakan konsep yang masih pro-kontra, walaupun seyogyanya harus dapat dibedakan antara posisi dan peran masing-masing. 109 106 Ibid., h. 45. 107 Ibid., h. 57 108 Ibid., h. 46. 109 Ibid, h. 47.