Penyalahgunaan Formalin sebagai Pengawet Ikan

detoksikasi senyawa kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel dan tembaga yang berlebihan dalam tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kanker. Kandungan asam amino dalam sulfurnya juga berkhasiat menurunkan kadar kolesterol yang tinggi, penenang saraf, dan membangkitkan semangat. Manfaat lain dari kubis juga dapat membantu ibu menyusui dan mengurangi bengkak Dalimarta, 2001.

2.6. Penyalahgunaan Formalin sebagai Pengawet Ikan

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsetrasi 10-40 dari formaldehid. Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan. Melainkan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet nonmakanan. Formalin mempunyai banyak nama kimia yang biasa kita dengar di masyarakat, diantaranya formol, methylene aldehyde, parafori, morbicid, oxomethane, polyoxymethylene glycols, methanol, formoform, superlysoform, formic aldehyde, formalith, tetraoxymethylene, methyl oxide, karsan, trioxane, oxymethylene, dan methylene glycol. Di pasaran formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah di encerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 persen Yuliarti, 2007. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai anti bakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun serangga lainnya. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis. Dalam konsentrasi yang sangat kecil digunakan sebagai pengawet Universitas Sumatera Utara untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin, dan karpet Anonimous, 2009. Di dalam industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup disisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah sehingga terkadang ikan yang diobati mati akibat formalin dari pada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan sampel ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan sebagai bahan pengawet mayat yang akan dipelajari dalam pendidikan mahasiswa kedokteran maupun kedokteran hewan. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10 Yuliarti, 2007. Besarnya manfaat di bidang industri tersebut ternyata disalahgunakan untuk pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industry rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mie basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan lainnya Anonimous, 2008 . Sangat dimengerti mengapa formalin disalahgunakan, selain harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang memakannya. Jangan dikira dengan mengurangi kadarnya, formalin juga tidak dapat hilang dengan pemanasan. Oleh karena bahayanya bagi manusia maka penggunaan formalin dalam Universitas Sumatera Utara makanan tidak dapat ditoleransi dalam jumlah sekecil apa pun. Dampak formalin bagi kesehatan Yuliarti, 2007 : 1. Akut : merupakan efek yang langsung terlihat seperti alergi, iritasi, mual, muntah, sakit perut dan pusing, radang tenggorokan, sakit kepala, dan pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Kronik : merupakan efek yang terlihat setelah terkena dalam jangka panjang seperti gangguan pencernaan, hati, gangguan pankreas, system saraf pusat, dan bersifat karsinogen.

2.7. Kerangka Konsep