Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
mikroorganisme masih dapat kembali Gomes et al., 1996; Molander et al., 1998
4
dan beberapa bakteri masih tertinggal di dalam tubulus dentin Byström et al.,
1985
31
. Kembali atau masih tertinggalnya bakteri di saluran akar karena didukung oleh adanya ramifikasi dan tubulus dentin radikuler, karena itu penggunaan dressing
saluran akar diindikasikan untuk mengeliminasi bakteri yang tidak hilang atau setidaknya menghambat terjadinya infeksi berulang pada saluran akar Siqueira.,
1997.
3,9
Penggunaan bahan dressing yang semakin berkembang memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan material atau bahan lain yang lebih aman dan
dapat diterima oleh jaringan tanpa menimbulkan efek samping. Seperti yang diketahui bahwa material non-biologi yang biasa digunakan sebagai bahan dressing
diantaranya kalsium hidroksida CaOH
2
, cyanoacrylate, semen zinc-oxide dan fosfat. Walaupun memiliki kemampuan antibakterial yang baik namun bahan-bahan
ini masih memiliki efek samping bagi jaringan tubuh yang perlu dipertimbangkan.
13
Sehubungan dengan itu, dikembangkan suatu material biologi sebagai bahan dressing yang bersifat alami, biodegradabel, biokompatibel dan memiliki efek antibakteri
yakni kitosan blangkas.
20
2.3.1 Definisi dan komposisi Kitosan
Kitosan poly- -1,4-glucosamine merupakan biopolymer karbohidrat polisakarida dari glukosamin yang dihasilkan dari proses N-deasetilasi kitin. Bahan
ini pertama kali ditemukan oleh Rouget 1859. Kitosan merupakan polimer alam yang memiliki rantai linear dengan rumus struktur C
6
H
11
NO
4
n. Kitosan dapat
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
diperoleh dari hewan berkulit keras terutama yang berasal dari laut seperti kulit udang, rajungan, kepiting, cumi-cumi Allan et al., 1979, dari jenis serangga insect
dan jamur fungi.
13,32-36
Kitosan hanya dapat larut dalam pelarut asam seperti asam asetat, asam formiat, asam laktat, asam sitrat dan asam hidroklorat. Kitosan tidak
larut dalam air, alkali dan asam mineral encer kecuali dibawah kondisi tertentu yaitu dengan adanya sejumlah pelarut asam sehingga dapat larut dalam air, methanol,
aseton dan campuran lainnya.
13,36
Salah satu pelarut asam ialah asam asetat yang memiliki struktur kimia CH
3
COOH. Sifat kelarutannya disebabkan oleh kemampuan disosiasi menjadi ion H
+
dan CH
3
COO- sehingga berperan sebagai salah satu pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting.
37
Kitosan merupakan polymer alami terbesar kedua setelah selulosa Ruiz- Herra, 1978 dan struktur keduanya juga hampir sama. Perbedaannya hanya pada
gugus rantai C-2 pada selulosa mengandung gugus hidroksida OH sedangkan pada kitosan diganti dengan gugus amina NH
2
.
33,34,36
CHITIN CHITOSAN
n n
Gambar 2. Struktur Chitin dan Chitosan
36
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan struktur kimianya, kitin dan kitosan memiliki susunan yang sama. Kitin terbentuk dari ikatan linear asetilglukosamin sedangkan kitosan
dihasilkan dari perpindahan gugus asetil CH
3
-CO agar molekul dapat larut pada sebagian besar pelarut asam, proses ini disebut deasetilasi. Perbedaan yang nyata
antara kitin dan kitosan ialah kandungan asetil dari polimer tersebut. Faktanya, terdapat dua kelebihan kitosan dibandingkan kitin. Dalam proses melarutkan, kitin
memerlukan pelarut toksik seperti lithium chloride dan dimethylacetamide sedangkan kitosan cepat larut dalam pelarut asam asetat. Kelebihan yang kedua ialah kitosan
memiliki gugus amino bebas yang merupakan bagian aktif yang dapat berikatan dalam banyak reaksi kimia Knaul et al., 1999
36
Kitosan memiliki muatan molekul positif NH
3 +
yang dapat berikatan secara kimia dengan muatan negatif yang dimiliki oleh lemak, lipid, kolesterol, ion-ion
metal, protein dan makromolekul Li et al., 1992. Kitin dan kitosan mengalami peningkatan secara komersial sehingga sesuai digunakan sebagai sumber material
karena memiliki sifat yang sangat baik yakni biokompatibilitas, biodegradabilitas, kemampuan adsorpsi, dapat membentuk film dan sebagai chelating agent ion metal
Rout, 2001.
36
Menurut viskositasnya, berat molekul kitosan dibagi atas tiga yaitu kitosan bermolekul tinggi, sedang dan rendah. Kitosan bermolekul tinggi biasanya berasal
dari hewan laut bercangkang keras misalnya kepiting, kerang dan blangkas dengan berat molekul 800.000-1.100.000 Mv sedangkan kitosan bermolekul sedang dengan
berat molekul 400.000-800.000 Mv dan bermolekul rendah dengan berat molekul
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
dibawah 400.000 Mv berasal dari hewan laut dengan cangkang atau kulit yang lunak misalnya udang, cumi-cumi dan rajungan.
20
2.3.2 Kitosan blangkas