Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua penyakit endodontik baik pada pulpa maupun periapeks berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap keberadaan mikroorganisme. Pintu
gerbang bagi bakteri untuk memasuki pulpa paling sering terjadi melalui karies.
1
Infeksi bakteri pada pulpa menyebabkan kerusakan pulpa dan selanjutnya akan
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
merangsang respon sel inflamasi serta penghancuran tulang pada bagian periapeks. Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa infeksi saluran akar merupakan infeksi
polimikroba yang didominasi oleh bakteri anaerob.
2
Menurut Sundqvist 1992, pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa dan lesi periapikal, 90 bakteri yang diisolasi
merupakan bakteri anaerob dengan jenis spesies yang berbeda.
3
Pada penelitian Sundqvist et al, 1989 dan Gomes et al, 2004 menunjukkan bahwa Prevotella intermedia dan Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri gram
negatif yang ditemukan pada penyakit pulpa dan periapikal.
4
Begitu juga pada penelitian Bolstad et al. 1996, Dahlén dan Möller 1992 dan Moraes et al. 2002
menyatakan bahwa Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri yang sering ditemukan pada infeksi endodonti.
5
Selama proses infeksi, Fusobacterium nucleatum berperan sebagai penghasil asam butirat dari proses metabolisme dan mengubah treonin menjadi asam
propionat.
6
Asam butirat, propionat dan ion ammonium yang dihasilkan oleh Fusobakterium nucleatum dapat menghambat proliferasi fibroblast gingiva. Selain
itu, asam butirat juga berperan sebagai bahan yang dapat mengiritasi jaringan. F.nucleatum juga mampu mengakumulasi glukosa untuk membentuk glukan
interseluler yang berguna sebagai sumber energi ketika jumlah glukosa dalam keadaan terbatas. Hal ini memungkinkan bakteri lain seperti Porphyromonas
gingivalis beragregasi dengan F. nucleatum untuk menghasilkan enzim proteolitik.
7
Keberhasilan perawatan endodonti secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengeliminasi miroorganisme yang terdapat pada saluran akar
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
yang terinfeksi.
8
Preparasi biomekanikal dan irigasi saluran akar sangat penting untuk mengurangi jumlah bakteri selama perawatan endodonti. Hal ini juga perlu ditunjang
dengan pemberian bahan dressing karena akan sangat membantu untuk mengeliminasi bakteri yang masih tertinggal setelah dilakukan preparasi atau
setidaknya menghambat infeksi berulang pada saluran akar diantara kunjungan.
9
Bahan dressing yang paling umum digunakan saat ini ialah kalsium hidroksida CaOH
2
. Bahan ini digunakan sebagai dressing selama kunjungan terapi endodonti dan memiliki sifat antibakterial yang sangat baik. Sjogren et al., 1991
menyatakan bahwa sifat antibakteri kalsium hidroksida ini disebabkan oleh penguraian ion-ion Ca
2+
dan OH
-
.
10
Namun, menurut Tam et al., 1989 kalsium hidroksida juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya kekuatan kompresif yang
rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan dressing.
11
Selain itu, Haapasalo et al dan Portenier et al melaporkan bahwa dentin dapat meng-
inaktifkan aktifitas antibakteri kalsium hidroksida. Begitu juga pada penelitian Peters et al., 2002 menunjukkan jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri
meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida.
12
Oleh karena itu, sangat diharapkan berkembangnya aplikasi bahan dressing yang berasal dari alam
dan lebih kompatibel terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan antibakteri yang sama dengan bahan non-biologi.
Bahan alami yang sedang berkembang saat ini dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan dressing adalah kitosan blangkas. Kitosan poly- -1,4-glucosamine
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
merupakan biopolymer alami yang mempunyai rantai linier dengan rumus kimia C
6
H
11
NO
4
n dan merupakan turunan utama kitin. Kitosan pertama kali ditemukan oleh C. Rouget pada tahun 1859 dan merupakan produk dari proses deasetilasi kitin
yang berasal dari ekstrak kulit hewan laut yang keras seperti udang, rajungan, kepiting dan ditemukan juga pada dinding sel jamur jenis Zygomycetes serta kulit
serangga.
13-14
Kitosan blangkas merupakan hasil proses deasetilasi kitin yang diperoleh dari cangkang udang blangkas. Berdasarkan penelitian Trimurni et al., 2006, kitosan
blangkas memiliki derajat deasetilisasi dan Berat Molekul BM yang tinggi yakni 84,20 dan 893.000. Kitosan mempunyai derajat kereaktifan yang tinggi disebabkan
adanya gugus amino bebas sebagai gugus fungsional. Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus amino dan hidroksil yang terikat. Gugus-gugus tersebut
menyebabkan kitosan dapat berperan sebagai amino pengganti amino exchanger. Selain itu, kitosan juga dapat berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya, seperti
protein sehingga kitosan relatif banyak digunakan dalam bidang kesehatan.
13
Penggu naan kitosan di bidang kedokteran gigi telah diteliti oleh Sapeli et al. 1986 dan Muzzarelli et al. 1989 yang menggunakan kitosan dalam bentuk powder
dan membran untuk perawatan saku gigi dengan poket periodontal infraboni yang luas dan dalam prosedur bedah mukogingiva. Aplikasi kitosan berat molekul rendah
dilaporkan dalam penelitian Tarsi et al. 1997, dimana kitosan dengan berat molekul rendah dapat menghambat aktivitas Streptococcus mutans yang berperan dalam
adsorpsi hidroksiapatit dan mengurangi jumlah kolonisasi Streptococcus mutans
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
dalam rongga mulut. Trimurni et al., 2006 secara in-vivo pada tikus wistar berhasil
meneliti penggunaan kitosan blangkas 893.000 Mv dan kitosan komersil 870.000 sebagai bahan pembanding pada perawatan kaping pulpa. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan keduanya lebih mampu menstimulasi pembentukan dentin reparatif dan dengan jumlah sel-sel inflamasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan
kontrol yaitu kalsium hidroksida.
13
Pelarut terbagi atas tiga jenis yaitu larutan aqueous, viscous dan oily.
15
Pelarut gliserin merupakan jenis pelarut viscous yang umum digunakan di bidang kedokteran
gigi, baik digunakan sendiri maupun dikombinasikan dengan bahan lain.
16
Gliserin ditemukan pada tahun 1779 oleh Schele, yang berasal dari proses saponifikasi minyak
zaitun. Gliserin merupakan jenis alkohol dengan rumus kimia C
3
H
5
[OH]
3
, bersatu dengan asam lemak seperti palmitat, oleat, stearat untuk menghasilkan trigliserida
atau lemak. Gliserin sifatnya jernih, tidak berwarna, tidak berbau, cair seperti sirup, manis, dapat larut dengan air dan alkohol dan akan sedikit panas jika dirasa.
17
VCO virgin coconut oil merupakan minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak melalui
penambahan bahan kimia ataupun proses yang melibatkan panas yang tinggi. VCO mengandung banyak asam lemak rantai menengah Medium Chain Fatty
AcidMCFA. MCFA memiliki sifat yang mudah diserap oleh mitokondria sehingga mampu meningkatkan metabolisme tubuh. MCFA yang paling banyak terkandung
dalam VCO adalah asam laurat CH
3
CH
2 10
COOH.
18
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
Asam laurat yang terkandung pada VCO terbukti memiliki daya antibakteri, antivirus, antijamur dan antiprotozoa. Asam laurat pertama kali ditemukan oleh John
J Kabra pada tahun 1960an. Asam laurat mampu membunuh berbagai macam jenis mikroba yang membran selnya berasal dari asam lemak lipid coated
microorganism. Sifat asam laurat dapat melarutkan membran virus berupa lipid sehingga akan mengganggu kekebalan virus dan membuat virus inaktivasi.
19
Pada penelitian Banurea dan Trimurni 2008 kitosan blangkas bermolekul tinggi yang digunakan ialah dalam bentuk powder
20
, namun pemakaian bahan powder di klinik sulit dalam manipulasi ke dalam saluran akar secara klinis. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini akan diuji daya hambat kitosan blangkas yang dimanipulasi dengan pelarut gliserin dan VCO pada konsentrasi yang sama yaitu 1; 0,5 dan
0,25. Pemilihan konsentrasi ini didasarkan oleh beberapa penelitian sebelumnya
yang menunjukkan bahwa kitosan sudah memiliki efek antibakteri pada konsentrasi yang cukup rendah. Pada penelitian Fernandes et al., 2008 yang menggunakan
kitosan bermolekul tinggi dan sedang pada konsentrasi 0,5 terbukti efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan E. Coli.
21
Begitu pula pada penelitian Sano et al., 2003 yang membuktikan bahwa pada konsentrasi 0,5, kitosan mampu
mengurangi jumlah pembentukan plak dan kandungan bakteri Streptococcus mutans alam saliva.
22
Pada penelitian lainnya, menurut Ramisz et al., 2005 kitosan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 1.
23
Fania Maulani Rahmy : Perbedaan Daya Hambat Kitosan Blangkas Lymulus polyphemus Bermolekul Tinggi Dengan Pelarut Gliserin Dan VCO Virgin Coconut Oil Terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 Penelitian
IN-VITRO, 2009. USU Repository © 2009
Pada penelitian ini bahan coba dan kultur bakteri diinkubasi pada suhu 37
o
C karena pada suhu tersebut adalah suhu optimal untuk pertumbuhan F.nucleatum dan
dilakukan selama 24 jam karena merupakan waktu yang optimal untuk pertumbuhan F.nucleatum.
24
1.2 Perumusan Masalah