Analisis Prosedur Pemberian Kredit

Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Resiko utama yang dihadapi dunia perbankan adalah kredit bermasalah. Apabila jumlah kredit bermasalah suatu bank sudah melampaui batas kemampuan bank, maka akan menjadi bencana bagi bank yang bersangkutan karena tidak hanya profitabilitas bank yang terkena imbasnya, tetapi likuiditas bank akan terancam. Pada bab ini akan dibahas hasil analisis prosedur pemeberian kredit dan penagihan piutang yang dilakukan pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.

A. Analisis Prosedur Pemberian Kredit

Perkembangan bank sangat tergantung pada tingkat kesehatannya yang ditentukan oleh kondisi kredit bank tersebut. Dalam menyalurkan kredit kepada calon debitur Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan mengambil suatu kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen agar kredit yang disalurkan benar-benar sesuai dengan prosedur pemberian kredit, agar dapat menghindari terjadinya kredit macet. Dalam memberikan kredit, bank harus telebih dahulu meneliti kepada siapa kredit itu akan diberikan, apa jenis usahanya, berapa jumlah kredit yang diinginkan, dan sebagainya. Hal ini merupakan penilaian bank terhadap calon debitur serta jenis usahanya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam memberikan kredit kepada calon debitur perlu dilakukan analisis kredit. Tujuan dari analisis kredit yaitu untuk memperoleh keyakinan apakah calon debitur memiliki kemampuan dan kemauan memenuhi kewajibannya Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009. USU Repository © 2009 kepada bank tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank tersebut. Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan dalam pemberian kredit kepada calon debitur dinilai telah melaksanakan prosedur sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, meskipun kadang kala terjadi penyimpangan dalam pemberian kredit. Penyimpangan dalam prosedur pemberian kredit harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari manajemen agar kredit tersebut dapat disalurkan kepada kredit dan sebaliknya kredit tersebut tidak dapat diberikan apabila penyimpangan prosedur pemeberian kredit tidak disetujui. Apabila suatu unit menjalan penyimpangan terhadap pemberian kredit tanpa adanya persetujuan dari manajemen maka akan berdampak pada petugas kredit dan bank itu sendiri. Bank harus mempunyai kebijakan kredit yang jelas dan komprehensif untuk mengelola kredit secara profesional. Kebijakan itu perlu dinyatakan secara tertulis dalam bentuk manual atau buku panduan, sehingga dengan mudah dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja, sekaligus sebagai bahan masukan untuk menilai pelaksanaan pemberian kredit pada Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan. Pemberian kredit memuat unsur kepercayaan, artinya pihak pemberi kredit kreditur mempercayai pihak penerima kredit debitur dimana debitur akan dapat membayar kreditnya tepat waktu. Dalam lembaga pembiayaan kredit terdapat dilema antara produktivitas kredit yang disalurkan dengan kualitas kredit. Pihak perusahaan menginginkan penyaluran kredit yang banyak dan berkualitas tetapi di lapangan sering tidak sesuai dengan keinginan perusahaan. Petugas kredit banyak yang terdesak dan tertekan didalam melakukan keputusan kredit. Setiap pemberian kredit memiliki prosedur Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009. USU Repository © 2009 yang harus dipatuhi tetapi karena tekanan terhadap produktivitas membuat petugas merasa tertekan dan tidak bebas dalam melakukan penilaian kredit. PT. Bank Danamon Indonesia Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan sampai dengan bulan Juni 2008 telah menyalurkan kredit sebesar Rp 33 Milyar. Namun demikian pencapaian angka tersebut tidak dibarengi dengan kualitas kredit yang baik. Ini terlihat dari persentase Non Performing Loan NPL yang relatif tinggi yaitu sebesar 4,5. Dengan kata lain kredit bermasalah atau macet mencapai Rp. 1,485 Milyar. Dari hasil penelitian yang dilakukan, tingginya persentase NPL disebabkan adanya kesalahan ataupun penyimpangan yang dilakukan dalam melakukan prosedur pemberian kredit kepada debitur. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan kredit yang telah disalurkan kepada debitur menjadi bermasalah atau macet yaitu: 1. Dari sisi debitur, antara lain: a. Masalah operasional usaha, omzet yang menurun b. Pinjaman tidak dipergunakan untuk menunjang usaha c. Kekurangan dan atau ketidakjujuran debitur d. Adanya kesengajaan untuk tidak membayar kewajibannya. e. Karakter debitur yang buruk, misalnya suku bunga bank yang tinggi. 2. Dari sisi intern Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan: a. Itikad tidak baik dari pejabatkaryawan Danamon Simpan Pinjam, seperti: 1. Rekayasa dan praktek perkreditan yang menyimpang dari ketentuan perkreditan karena target belum tercapai. 2. Tidak melakukan maintain kepada debitur dengan baik. Joel Hari Junjunan Purba : Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan, 2009. USU Repository © 2009 b. Kekurang mampuan dari pejabat kredit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan 1. Pengetahuan, pengalaman dan manajemen di bidang perbankan, khususnya perkreditan yang kurang memadai 2. Pengetahuan mengenai bisnis nasabah yang kurang memadai 3. Kelemahan analisis sejak awal pemberian kredit. c. Kelemahan pembinaan dan monitoring kredit 1. Kelemahan dalam pengawasan penggunaan kredit 2. Kelemahan dalam pembinaan nasabah 3. Kelemahan dalam analisa perubahan-perubahan situasi bisnis nasabah beserta internal lingkungan bisnisnya 3. Sisi ekstern Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan : a. Force mejeur adalah kondisi yang timbul karena faktor alam yang tidak bisa dihindari, contoh: kebakaran, banjir, debitur meninggal dunia. b. Perubahan-perubahan eksternal lingkungan, contoh: perubahan kebijaksanaan pemerintah, perubahan eksternal persaingan bisnis perbankan, perubahan eksternal bisnis debitur.

B. Tata Cara Penilaian Kualitas Kredit