merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara in situ, sedangkan landfarming, biopile, dan composting merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara ex situ
Arifin et al., 2004
2.5.4.1. Sumber dan Pengolahan Limbah Cair Minyak Bumi
Berdasarkan buku Pertamina 1986, sumber limbah cair minyak bumi berasal dari kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa
pendingin, bocoran minyak akan terbawa air. 2.
Air sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air. 3.
Air sisa dari lumpur pembocoran. 4.
Air bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan ceceran minyak di tempat kerja.
5. Air hujan.
Sedangkan pengolahan limbah cair minyak bumi dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Incineration
2. Dilution
3. Deep Well Disposal
4. Secara Mikrobiologis
1. Incineration adalah salah satu cara untuk menguraikan liquid wastes, dan
dengan cara dan alat yang didesain baik dapat menghasilkan effluent limbah yang memenuhi peraturan pencemaran.
Liquid waste dari sisi combustion dapat dikelompokkan atas :
Universitas Sumatera utara
1. Combustible Liquids
2. Partially Combustible Liquids
Combustible liquids tidak dapat dikerjakan atau dibuang ke incinerator. Pada kelompok pertama akan terdiri dari bahan-bahan yang mempunyai nilai yang cukup
menunjang pembakaran dalam combustor, burner, atau alat lain yang menghasilkan CO2 dan H2O bila dibakar. Kelompok kedua akan meliputi bahan-bahan yang sulit
terbakar tanpa penambahan bahan bakar. Bahan yang partially combustible mungkin mengandung mateial yang terlarut dalam fase liquid, bila zat inorganik akan
membentuk inorganik oxida. Dalam pelaksanaannya harus dialirkan udara secukupnya pada suhu diatas
ignation point agar terjadi pembakaran yang cepat dan menghasilkan CO2, N2 dan uap air. Karena pembakaran akan lebih cepat dan lebih baik bila bahan dalam
keadaan butir halus maka atomizer diperlukan untuk menginjeksikan waste liquids ke incinerator bila viscositinya memungkinkan.
2. Dilution Liquid Waste Dispersion
Suatu cara lain membuang cairan limbah yang dapat diterima adalah kembali ke lingkungan dengan pengenceran secukupnya hingga tidak menimbulkan bahaya
atau peracunan terhadap lingkungan. Dengan perancangan subsurface disfersion system yang baik, akan memungkinkan wadah penerima dapat menampung buangan
secara memadai. Beberapa peralatan yang dibutuhkan antara lain mencakup open end pipes dengan nozzle atau diffuser system yang terdiri dari sederetan pipa-pipa kecil
dengan lubang-lubang atau celah. Limbah harus dapat dibuang pada sudut yang baik terhadap aliran air agar terencerkan atau terdispersi secara sempurna. Pipa dispersi
Universitas Sumatera utara
harus ditempatkan sedemikian rupa agar discharge point cukup jauh dari garis pantai, dengan demikian pabrik dan water intake akan terlindungi.
3. Deep Well Disposal
Cara ini dilakukan oleh industri yang banyak membuang limbah asam lemah dalam jumlah besar. Limbah tersebut dipompakan ke dalam lapisan tanah sampai
pada lapisan tanah yang cocok untuk menampung limbah. Lapisan tanah dimana limbah ditampung harus lebih rendah dari lapisan fresh water circulation, dan area
tadi harus terisolasi oleh bahan yang kedap air. Lapisan sandstones, limestones atau dolomite umumnya membentuk lapisan
yang banyak mengandung air asin, tetapi cukup baik sebagai tempat penampungan limbah cair. Sedangkan lapisan yang mengandung minyak, gas, batubara dan
belerang harus dijaga agar tidak tercemar limbah. Lapisan yang kedap air harus berada diatas dan dibawah layer untuk mencegah vertical escape dari buangan, atau
dengan kata lain limbah harus ditempatkan pada kedalaman tertentu. Penetapan area buangan harus ditetapkan sesuai dengan keadaan subsurface geology, dimana daerah
yang banyak batuan vulkanik dihindari karena memungkinkan limbah lolos kepermukaan tanah atau badan air.
4. Secara Mikrobiologis
Limbah minyak bumi banyak mengandung unsur Hidrokarbon. Limbah Hidrokarbon cair bersifat hidrofob dan mempunyai kerapatan lebih rendah dari air.
Oleh sebab itu limbah ini selalu terapung diatas air. Pembuangan limbah ke sungai akan menutupi permukaan air yang mengakibatkan oksigen terlarut menurun, dan
pada akhirnya tumbuh-tumbuhan air dan hewan air dapat mati. Untuk penanganan
Universitas Sumatera utara
limbah Hidrokarbon sebagai salah satu alternatif adaalah dengan menggunakan mikroba.
Penanganan Limbah Hidrokarbon dimulai dengan pemisahan padatan dan pemisahan minyak yang terdapat dalam limbah, dan selanjutnya dilakukan
penanganan limbah secara mikrobiologi untuk mendegradasikan Hidrokarbon dan senyawa organik lain. Efluent lebih lanjut diolah secara kimiawi untuk
menghilangkan senyawa fosfat dan nitrogen. Selanjutnya logam-logam dan senyawa organik yang terlarut dipisahkan melalui proses filtrasi dan absorbsi oleh karbon
aktif. Efluent sebelum dibuang, diklorinasikan untuk mematikan mikroba patogen dan dinetralkan pH-nya sehingga aman bagi lingkungan.
Pengolahan limbah Hidrokarbon secara mikrobiologis dilakukan dengan proses aerob. Oleh sebab itu dalam kolam-kolam pengolahan limbah diperlukan
aerasi yang cukup agar oksidasi Hidrokarbon berlangsung. Aerasi yang dilakukan adalah memasukkan oksigen ke dalam limbah melalui proses pengadukan. Gabungan
aerasi dan pengadukan lebih cocok karena permukaan limbah yang luas membuat kontak mikroba menjadi lebih besar dan degradasi lebih efektif. Hidrokarbon tidak
akan larut dalam air pada saat pengadukan. Untuk memperbesar distribusi mikroba dalam limbah Hidrokarbon, maka perlu ditambah zat pengemulsi sehingga terjadi
emulsi Hidrokarbon, maka perlu ditambah zat pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon dalam air. Selama degradasi, maka temperatur harus diperhatikan.
Temperatur akan naik dari suhu psikofilik 4-20 ºC sampai mesofilik 20-40 ºC. Namun hal ini tidak banyak mempengaruhi aktivitas mikroba. pH limbah yang netral
atau sedikit asam kurang mempengaruhi aktivitas mikroba. Namun setelah
Universitas Sumatera utara
dimetabolisme, maka pH efluent menjadi asam. Oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan kapur gamping setelah tahap klorinasi.
Menurut Sugiharto 1987, pengolahan limbah cair minyak bumi dilakukan dengan 2 cara pengolahan pendahuluan pre treatment, yaitu:
1. Pengambilan penyedotan minyak, dan menyaring kotoran atau sampah padat
seperti daun-daunan, plastic dan lain sebagainya. 2.
Pengambilan pasir-pasir yang mengendap yang didapat dari proses pengolahan minyak bumi yaitu lumpur sludge.
Proses pengambilan pengerukan pasir atau lumpur dilakukan setiap 3 bulan sekali dan pasir atau lumpur yang telah dikeruk akan dibuang ke tempat khusus yang
ada di sekitar lokasi pengolahan limbah.
2.5.4.2. Pengendalian Sumber Limbah Cair Minyak Bumi